Icha sudah mengemas semua baju dan barangnya ke dalam koper miliknya, Icha tidak bisa sabar lagi dengan keegoisan orang tuanya itu.
Icha tak peduli dengan apa yang akan terjadi pada hidupnya setelah sampai ke Kota nanti, yang jelas untuk saat ini yang ada dalam fikiran Icha adalah untuk pergi sejauh mungkin dari orang tuanya.
Icha muak dengan segala ceramah yang disampaikan kedua orang tuanya, yang tak mampu merubah apa pun.
Segala yang diceramahkan orang tuanya pada Icha, tak mampu membuat izin pergi itu didapatkan Icha.
Sekarang Icha sudah memutuskan semuanya, Icha tak ingin lagi terus menerus berdebat dengan orang tuanya dengan hal yang serupa.
Icha keluar dari kamarnya dengan menarik kopernya, sepertinya saat sudah sore seperti ini, Dea dan Galih masih belum kembali ke rumah.
Icha sempat mendengar kedatangan Dea saat siang tadi, tapi Icha tak mau menemuinya.
Dan sekarang, sebelum mereka kembali ke rumah, Icha harus segera pergi dari rumah ini, untuk terbebas dari larangan orang tuanya.
Masa bodoh dengan yang namanya dosa atau pun durhaka, tapi Icha ingin mencoba meraih mimpinya di Kota besar.
Bukankah tidak ada salahnya jika mencoba apa yang memang belum pernah dilakukan, selagi memang tekadnya kuat sudah seharusnya Galing dan Dea itu mendukung saja.
Icha keluar dengan terus saja memperhatikan sekitarnya, berharap tidak ada orang yang melihat kepergiannya.
Sepertinya memang mereka lagi sibuk di satu rumah itu, Icha tersenyum karena bisa berjalan bebas meninggalkan rumahnya.
Icha berjalan cukup jauh sampai akhirnya bisa menemukan kendaraan, yang memang bisa mengantarkannya ke Kota.
Icha memiliki uang untuk perjalanan dan bekal disana nanti, Icha akan berjuang untuk bisa meraih impiannya disana.
Melupakan segala larangan orang tuanya, Icha akan melangkah sesuai dengan keinginannya.
Icha yakin, pilihannya kali ini adalah yang paling benar.
Karena jika menuruti apa kata orang tuanya, Icha tak akan bisa meraih mimpinya.
Akan selalu ada jalan dalam setiap pilihan hidup, dan Icha yakin pilihannya kali ini adalah benar.
Pergi dari orang tuanya, meninggalkan kampung halamannya, Icha akan bisa meraih mimpinya di Kota nanti.
Icha bertekad akan membuat orang tuanya menyesal karena telah menahan Icha selama ini.
Lama dan lama sekali, karena perjalanan jauh dan jauh sekali.
Kini Icha telah sampai di Kota, Icha menghirup udara disana, lelah sekali rasanya Icha setelah melewati perjalanan panjangnya menuju Kota.
Dan sekarang Icha telah menginjak Kota, Icha akan memulai kehidupannya yang baru mulai detik ini.
Bukankah Kota ini adalah impian Icha sejak lama, dan sekarang Icha sudah benar-benar sampai dititik awal meraih mimpinya.
Icha sudah sering mencari tahu tentang lokasi para artis itu melakukan syuting, dan Icha akan mencari tempat tinggal didekat sana.
Icha ingin agar semakin dekat dengan mimpinya, menjadi seorang artis ternama seperti mereka yang begitu diidolakan oleh Icha.
Setelah lama berkeliling, Icha akhirnya mendapat tempat sewa, memang tidak sesuai harapan.
Icha mendapat tempat sewa yang agak jauh dari yang Icha inginkan, tapi tidak masalah karena Icha masih bisa melihat artis idolanya dengan cukup berjalan kaki.
Icha melepaskan kopernya dan merebahkan tubuhnya di kasur, Icha masih tak bisa menghilangkan senyum bahagianya karena telah sampai di Kota.
Icha mengingat kedua orang tuanya, sekarang mereka pasti sudah menyadari kepergian Icha.
Masa bodoh, mereka tak akan bisa mencari Icha sekarang.
"Biarkan saja, kenapa harus melarang ku sampai seperti itu, apa mereka tidak bisa melihat jika aku ini sudah dewasa sekarang."
Icha memejamkan matanya, biarkan saja lama kelamaan orang tuanya akan bisa menerima kepergian Icha.
"Aku harus istirahat, karena besok aku harus memulai petualangan ku dalam mengejar mimpi." ucap Icha dengan penuh semangat dan keyakinan, Icha tak pernah sedikit pun memikirkan tentang akibat dari langkahnya saat ini.
Icha hanya ingin mencoba dan mencoba saja, tapi tidak memikirkan akhir dari apa yang menjadi pilihannya kali ini.
Pergi menginggalkan kampung halaman tanpa restu orang tua, akan seperti apa hidup Icha setelah ini.
Icha tak pernah pedulikan semua itu, Icha akan mejalani apa pun yang memang mampu Icha lakukan.
Bukankah itu sudah seharusnya, bermimpilah setinggi langit, dan Icha akan meraihnya dengan segenap perjuangannya.
Meski entah kapan pun itu, yang jelas Icha yakin kalau Icha akan mampu meraih mimpinya.
Kedua mata itu terpejam, Icha tertidur tanpa sempat membersihkan diri.
Mungkin karena memang terlalu lelah juga akibat perjalanan jauhnya, sehingga Icha dengan mudahnya terlelap.
----
"Ichaaaa ...." jerit Dea yang kini berada di kamar Icha, Dea sudah melihat kamar itu kosong dan semua barang milik Icha juga telah menghilang.
Galih berusaha menenangkan Dea saat ini, Galih tidak pernah memikirkan hal ini, hal dimana Icha berani kabur dari rumahnya sendiri.
"Ichaaaa ...." jeritnya lagi, Galih memeluk Dea dengan erat.
Tidak bisa seperti ini .... Icha tidak akan kembali meski Dea menjerit bahkan hingga habis suaranya sekali pun.
Entah dimana Icha sekarang, dan yang pasti Icha tak akan mampu mendengar jeritan Dea.
"Tenang dulu, Bu."
"Tidak .... Icha tidak boleh ke Kota akan sangat berbahaya bagi Icha, Icha tak akan mampu hidup disana."
"Iya tenang, kita fikirkan solusi terbaiknya dulu, Bu."
"Icha .... Pulang nak."
Galih memejamkan matanya sesaat, memang keterlaluan anak itu, kenapa bisa-bisanya mengambil keputusan seperti ini.
"Kita susul Icha, Yah."
"Kemana, kita gak tahu Icha pergi kemana."
"Kota .... Icha pergi ke Kota."
"Iya tapi Kota mana, Bu?"
Dea terdiam, kenapa Galih malah banyak bertanya seperti itu.
"Tenang dulu bu, kita akan cari Icha pastinya."
"Sekarang, kita harus cari Icha sekarang."
"Cari kemana?"
"Kemana saja, ayo cepat."
"Tidak mungkin Bu, ini sudah larut malam bisa bahaya."
"Tidak, Icha juga pasti dalam bahaya, kta harus cari Icha."
"Jagan berkata seperti itu Bu, kita harus mendoakan Icha agar bisa tetap dalam keadaan baik-baik saja."
"Tidak, Kota tidak cocok untuk Icha, Icha harusnya tetap disini sama kita."
"Iya kita akan cari solusinya nanti, kita akan minta bantu yang lain untuk cari Icha."
"Tidak nanti, sekarang Ayah."
"Tidak bisa, mereka pasti sudah tidur sekarang."
Dea terdiam, tidak bisa .... Dea tidak bisa diam saja setelah tahu kalau Icha kabur dari rumah.
Dea tidak ingin ada apa-apa pada putrinya itu, Dea yakin kalau Kota bukanlah tempat yang baik buat Icha.
Galih juga sedang memutar otak untuk bisa menemukan keberadaan Icha, kemana anak itu pergi sekarang.
Galih juga tidak rela jika Icha meninggalkan rumah dengan cara yang sangatlah salah.