Icah memasuki rumahnya dengan segunung kekesalan dalam hatinya, hari ini Icha mendatangi tempat yang biasa digunakan untuk syuting para artis idolanya.
Sampai sana, Icha harus gigit jari karena ternyata lokasinya telah pindah sejak 3 hari lalu.
Icha semakin kesal saja dengan kedua orang tuanya, karena mereka yang selalu menghalangi langkah Icha, sekarang Icha juga harus kehilangan impiannya.
Andai Icha memutuskan untuk kabur dari rumah sejak 1 minggu lalu, mungkin Icha gak akan terlambat seperti sekarang.
Setelah sampai Kota, ternyata Icha tidak mendapatkan apa pun, yang menjadi impiannya telah menjauh pergi entah kemana.
Icha tak mendapatkan informasi apa pun tentang kemana pindahnya mereka semua, sekarang Icha hanya bisa terdiam melamun di rumahnya.
Apa yang harus Icha lakukan sekarang, jika jalan terdekatnya mencapai mimpi, kini telah menjauh dan hilang.
Icha tak ada apa pun untuk bisa mencari keberadaan mereka, ponsel pun Icha tak punya.
Dulu sewaktu Icha di Kampung, Icha suka meminjam ponsel milik temannya yang memang anak dari keluarga terpandang disana.
Dan Icha bisa mencari tahu dimana lokasi syuting itu, tapi sekarang harus pakai apa Icha mencari tahunya lagi.
Temannya tak ada bersama Icha, dan rasanya akan bodoh sekali jika Icha kembali ke Kampung hanya untuk meminjam ponsel itu lagi.
"Aaaaa .... Ini gara-gara Ayah dan Ibu, coba saja izinkan pergi dari dulu, gak akan terlambat seperti ini."
Omel Icha dengan segenap kekesalannya saat ini, Icha mungkin tak sadar jika langkahnya itu salah, dan mungkin keadaan saat ini adalah bukti kesalahannya.
"Lapar lagi nih."
Icha merogoh tasnya, mengambil beberapa lembar uang disana, dan kembali pergi dari rumahnya.
Icha harus pergi berjalan kaki meski sekedar untuk mendapatkan makan, padahal zaman sydah modern tapi Icha tetap saja Kampungan.
Disaat yang lain bisa santai duduk atau berbaring, makanan akan datang dengan sendirinya.
Tapi Icha harus berjalan dan mencari menu yang diinginkannya.
"Tidak apa Icha, sabar .... Ini proses, Icha gak boleh kalah dengan keadaan ini."
Ucap Icha untuk dirinya sendiri, bagaimana pun Icha masih ingat dengan tekadnya.
Icha akan membuat mereka menyesal telah menghalangi langkah Icha untuk ke Kota, disini Icha akan buktikan kalau Icha bisa meraih mimpinya selama ini.
"Lihat saja nanti," ucapnya lagi, yang kemudian memasuki satu rumah makan.
Icha memesan menunya, dan memutuskan untuk makan di tempat saja, berhubung jarak yang lumaya jauh, perut Icha juga sudah sangat lapar.
Icha duduk menunggu pesanannya diantar, sembari menunggu pesanan datang, Icha melihat sekitar.
Banyak sekali orang yang makan disana, penampilannya ok-ok semuanya, berbeda jauh dengan Icha yang hanya memakai baju daster saja.
Tanpa polesan makeup dan riasan rambut apa pun.
"Kampungan sekali aku, gak kaya mereka keren-keren gitu," ucapny pelan.
Icha menghembuskan nafasnya berat, Icha ingin seperti mereka semua, ingin terlihat keren, cantik, dan juga menarik.
Bukankah wajah Icha memang cantik, pasti akan lebih cantik lagi kalau ditambah dengan polesan makeup seperti mereka.
Icha tersenyum dan mengangguk, Icha akan membeli beberapa makeup setelah makan nanti.
Icha juga akan memebeli pakaian dan riasan untuk rambutnya, Icha akan menjadi seperti mereka.
Kalau mereka bisa, kenapa Icha tidak bisa, bukankah mereka tinggal di Kota yang sama saat ini.
"Silahkan."
Icha menoleh, ternyata pesanannya sudah datang.
"Terimakasih."
"Sama-sama."
Icha lantas menikmati makanannya saat ini, Icha harus makan cepat, agar bisa cepat membeli apa yang dibutuhkannya.
Icha tidak ingin tinggal di Kota tapi berpenampilan orang Kampung seperti ini, tidak akan ada yang melirik Icha jika Icha seperti ini terus.
Jika di Kampungnya Icha termasuk kembang desa, berbeda dengan di Kota.
Sosok Icha tidak ada artinya jika dibandingkan dengan mereka semua, Icha kucel dan penampilannya pun buruk.
Icha makan dengan lahapnya, menghabiskan semua menu makan dan minumannya di meja.
Icha telah membayar pesanannya sejak awal, jadi sekarang Icha tinggal langsung pergi saja.
"Aku harus pulang, mandi, rapi-rapi terus pergi lagi buat belanja, aku harus terlihat cantik dan menarik seperti wanita tadi"
Icha tersenyum mengingat wajah dan penampilan menarik wanita di rumah makan tadi, Icha sangat ingin menjadi seperti mereka semua.
Pasti akan ada banyak orang yang mau berteman dengan Icha, tidak seperti sekarang Icha terlihat seperti gembel sekali.
Tak ada yang mau meliriknya apa lagi untuk berteman dekat dengannya, tapi Icha tidak akan kehabisan akal.
Dengan cara apa pun, Icha akan merubah dirinya menjadi seorang wanita Kota.
"Mandi mandi mandi mandi"
Ucap Icha seraya memasuki kamar mandi, tak menghabiskan waktu banyak karena Icha merasa masih banyak yang harus ditujunya.
Selang 10 menit, Icha telah selesai dengan mandinya, sudah lengkap dengan pakaiannya.
Icha bercermin dan merapikan dirinya, tidak apa hari ini adalah haris terakhir Icha dengan penampikan Kampungnya itu.
Esok .... lusa, dan seterusnya Icha akan menjadi wanita Kota, berpenampilan modis dan menarik.
Icha tidak terlalu bodoh dalam bermakeup, karena selama Icha suka meminjam ponsel temannya itu, Icha sering kali menonton para beauty vloger.
Icha keluar dengan senyuman penuh di bibirnya, semangat Icha begitu terlihat dengan jelas saat ini.
Kakinya terayun dengan terarah, Icha benar-benar akan merubah diri menjadi orang Kota.
Melupakan segala hal yang bersangkutan dengan Kampung dan Kampung itu, Icha hanya akan hidup dengan serba Kota dan Kota saja.
"Pak ke Mall ya."
"Baik."
Taxi yang ditumpangi Icha melaju untuk mengantar Icha ke tempat tujuannya, Icha masih harus bersabar untuk sampai kesana dan memenuhi segala kebutuhannya.
"Habis ini akan banyak yang datang mendekat pada ku."
Ucap Icha penuh percaya diri, Icha memang tidak ingin terus sendirian.
Di Kampung saja Icha memiliki teman, jadi di Kota pun Icha harus memiliki teman, dan temannya itu harus keren.
"Pak, masih jauh?"
"Tidak, sebentar lagi sampai."
"Ok."
Icha kembali diam dan sibuk dengan fikirannya sendiri, Icha memikirkan akan seperti apa model pakaian yang akan dibelinya.
Dan makeup merk apa yang akan membuat penampilannya semakin sempurna, Icha akan memilih semuanya dengan baik agar baik juga untuk Icha nantinya.
"Silahkan."
Icha melihat sekitar .... Mall besar, Icha akan memasuki Mall itu sekarang.
"Ini Pak, terimakasih."
Icha membayar tagihannya dan keluar dari taxi, Icha kembali tersenyum sampai akhirnya Icha memasuki Mall tersebut.
Icha benar-benar memilih apa pun yang diinginkannya, beruntung sekali Icha memiliki tabungan banyak, sehingga saat ini Icha bisa membeli apa pun yang memang diinginkannya.
"Semua untuk penampilan ku yang sempurna, lihat saja aku akan menjadi seperti ratu"