"Ini sudah waktunya."
Ellina hanya mendengar ucapan itu sekilas sebelum akhirnya dia dibawa Eyve untuk mandi di air terjun dengan beberapa wanita yang melayaninya.
Ellina kebingungan dengan situasi yang tiba-tiba ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia juga merasa agak tidak tepat untuk bertanya ketika para penduduk suku ini terlihat sibuk.
"Itu apa?" Tanya Ellina tanpa sadar.
"Ini adalah air susu yang diperas langsung dari sapi. Supaya kulit anda lembut, kami juga membawa beberapa bunga wangi yang sedang diambil wewangiannya untuk anda."
Setelah mendengar ucapan Eyve tersebut, Ellina merasa kembali aneh. Kenapa mereka tiba-tiba memandikannya seperti ini?
"Untuk apa sebenarnya ini?"
"Malam ini adalah malam anda dan Raja Eyden membuat penerus suku."
"Hah?"
"Maksud kamu apa?" Tanya Ellina yang semakin tidak paham.
"Malam penyatuan," sahut salah satu wanita yang sedang membersihkan punggung Ellina.
Ellina membulatkan matanya tidak percaya, maksudnya dia harus nunu nina dengan Eyden begitu? Astaga, terlambat! Kenapa dia baru ingat tentang hal ini.
Seharusnya Ellina bergerak cepat untuk kabur. Kalau Ellina bangun tiba-tiba dan kabur sekarang, sepertinya akan percuma. Karena mereka pasti akan mengejar Ellina dan mengira Ellina penghianat, lalu Ellina malah dibunuh.
Astaga! Jangan sampai Ellina keluar dengan keadaan tidak selamat. Masih ada awards akhir tahun yang harus dia hadiri. Bahkan sebentar lagi masuk musim dingin.
Sementara itu di sebuah balai pertemuan dari gubuk jerami yang dibangun cukup luas. Ada beberapa sesepuh yang berkomentar tentang perjanjian damai antara suku mereka dan suku sebelah.
Sebelum itu terlaksana ada persyaratan dimana kalau Eyden memiliki penerus nanti, jika perempuan akan menikah dengan salah satu penerus dari suku sebelah, namun jika laki-laki, harus datang belajar ke sana.
Sungguh persyaratan yang jomplang. Sehingga para penatua berharap dimalam ini Ratu Ellina berhasil memberikan keturunan untuk menjadi penerus.
"Anda sudah siap dengan malam ini?" Tanya salah satu penatua.
Entah kenapa wajah datar Eyden tidak sebanding dengan telinganya yang merah karena mendengar ucapan salah satu penatua.
"Jangan menggodanya, ingat untuk menyuruh semua untuk diam."
Ellina hanya diberi satu helai kain sebagai pakaian. Ellina menduga kalau ini adalah langkah ritual untuk malam ajaib yang mereka katakan.
"Aku tidak mungkin pergi hanya dengan menggunakan kain bukan?" Pikirnya.
Dia hanya bisa mencari cara untuk melewati malam ini secepat mungkin. Hanya perlu beradegan ranjang bukan? Ellina pasti bisa, walaupun selama ini dia tidak pernah berhubungan dengan pria, tapi ini akan menjadi pengalaman pertamanya.
Karena ada dua pilihan sekarang, kabur atau menerima. Ellina berpikir terlalu keras sampai melupakan kalau waktu terus berjalan.
Hingga malam pun tiba. Bahkan Eyden terdengar sudah berada di depan kamarnya. Suara deheman itu membuat Ellina berada di posisinya.
"Kamu tidak tidur kan?"
"Kalau aku tidur?"
"Maka aku akan melakukannya sampai kamu bangun," balas Eyden dengan ekspresi wajah santai.
"Ka-kamu serius?"
"Iya, apa ada tampangku ingin berbohong?"
Eyden bergerak untuk mematikan pencahayaan yang ada. Kemudian menutup pintu yang terbuat dari kayu itu dan menguncinya dengan tepat.
Sejujurnya Eyden sedang tidak baik-baik saja. Jantungnya berdegup kencang, seakan bisa meledak kapan saja, karena ini pengalaman pertamanya.
"Kamu gugup?"
"Tidak," balas Ellina bohong.
"Kamu berbohong," sahut Eyden.
Ellina hanya diam, tetap menahan kain tipis yang diberikan Eyve. Karena tubuhnya sekarang hanya beralaskan kain tersebut.
Begitu juga Eyden yang tampak bingung, meski tadi sudah dijelaskan bagaimana cara dia harus melakukannya.
"Kamu tidak mengerti cara melakukannya bukan?" Tebak Ellina.
"Tidak mungkin."
"Bohong," balas Ellina cepat, kemudian tertawa.
Ini pertama kali dia melihat seorang pria yang bahkan tidak mengerti harus memulai darimana. Namun suara tawa Ellina rupanya menantang nyali Eyden dan kini berhasil menerkam Ellina hingga posisinya Eyden di atas tubuh Ellina.
"Aku bisa melakukannya, menurutmu aku harus mulai darimana ratuku?" Bisik Eyden, setelah itu mengecup leher jenjang Ellina.
Kalau sudah begini maka Ellina tidak bisa kabur. Pria akan secara alami menerima pancingan dari gairahnya, kemudian keduanya sama-sama menikmati apa yang mereka lakukan, walaupun Ellina tau bahwa mungkin dia harus memikirkan ulang rencananya.
Ellina sempat tersentak ketika decit ranjang seakan ingin jatuh saat itu juga ketika gerakan Eyden semakin brutal. Malam itu merupakan malam yang panjang dan pengalaman pertama bagi mereka berdua.
Bergerak dibawah kendali gairah, ditemani keringat yang membasahi tubuh mereka satu sama lain.
Percayalah baik Eyden maupun Ellina merasa tidak menyesal. Meski ketika fajar hendak tiba, mereka masih asik bercumbu satu sama lain.
"Aku mencintaimu."
Satu kalimat yang Eyden bisikkan sebelum mereka tumbang pada kegiatan terakhir, dan fajar telah naik ke permukaan.
***
Keesokan paginya Ellina benar-benar tidak bisa bangun untuk sekedar memperbaiki posisinya. Dia hanya melirik samping yang kosong, dimana sudah dipastikan kalau Eyden telah pergi lebih dulu di pagi hari.
"Sial!" Umpat Ellina saat hendak bangun.
Ternyata Eyve mendengar umpatannya, dan datang dengan membawa air hangat dan juga kain kecil.
"Anda baik-baik saja?"
"Biar saya membantu anda."
Ellina menganggukkan kepalanya, kemudian Eyve hendak membuka kain yang menutupi seluruh badannya. Dengan cepat Ellina menahan itu dan menatap Eyve tajam.
"Ke-kenapa Ratu?" Tanya Eyve gugup.
Dia takut kalau saja dia membuat Ellina marah atau tersinggung. Karena dia harus membantu Ellina membersihkan diri.
"Apa yang kamu akan lakukan?"
"Membersihkan tubuh anda?"
"Kamu mau membersihkan apa?"
"Tentu saja tubuh anda," ulang Eyve.
"Semuanya?"
Wanita itu kembali mengangguk dengan polos. Namun karena ini sudah perintah, maka Ellina membiarkan.
"Ada bekas darah!" Ujar Eyve terkejut.
Ellina yang mendengar itu segera menutup mulut Eyve, "jangan berkata dengan kencang!"
"Ta-tapi Ratu anda berdarah."
"Itu wajar, kamu jangan heran. Besok kami juga akan begitu," balas Ellina.
"Bagaimana bisa itu terjadi? Kalau memang membuat penerus harus berdarah, maka saya tidak akan pernah mau membuatnya," ujar Eyve dengan polosnya.
Sungguh? Eyve benar-benar tidak tau bagaimana cara membuat anak? Wah, anak ini sepertinya harus diberitahu lebih dulu.
"Cara membuatnya---"
"Ratu, kamu harus sarapan!"
Ellina segera mengambil kain dan menutup tubuhnya, saat Eyden masuk secara tiba-tiba dengan membawa makanan ditangannya.
"Eyden! Kamu membuatku terkejut."
Eyden tersenyum, kemudian melirik Eyve seakan tengah mengusir Eyve untuk pergi. Wanita itu mengangguk dan mengambil apa yang sudah dia bawa barusan.
"Aku tau kamu pasti lelah, dan ini ... Minumlah."
"Ini apa?"
"Supaya penerus kita cepat datang, setelah melakukannya seperti tadi malam kamu harus minum ini," ucap Eyden lembut bahkan dia membantu menyingkirkan anak rambut Ellina dengan gerakan yang sangat lembut.
Chup!
Ellina menoleh, "apa yang kamu lakukan?"
"Mengecup pipi Ratuku."
Ellina memutar bolamatanya jengah, sekarang Eyden malah semakin aktif dan terkadang dia akan tiba-tiba mengambil inisiatif untuk berciuman.