***
"Nona Ellina!"
Yorsa segera mendekati Ellina yang tampak syok melihat keberadaan manajer dan asistennya. Dia gak mungkin salah lihat mereka kan? Ellina pikir ini ilusi atau sesuatu yang hanya sebatas hayalan.
Dia melirik wanita disampingnya yang tidak lain adalah Kelen. Bisa dibilang adik iparnya, walau mereka berhasil kabur setelah melewati banyak ranjau dan tersesat ke kandang serigala.
"Bukankah kamu membawa seorang dari suku bintang?" Sahut pria paruh baya yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Siapa kamu? Kenapa mengetahui keberadaanku?" Tanya Kelen dengan tidak santainya, sembari menatap tajam ke arah pria paruh baya itu.
Vernon segera menengahi karena tidak tepat waktunya untuk berdebat hal yang bukan semestinya untuk didebatkan.
"Bagaimana kalau kita pikirkan keluar dari tempat ini. Saya rasa karena Nona Ellina sudah ditemukan kita harus segera kembali," ujarnya.
Mata Kelen tampak membulat karena baru menyadari keberadaan Vernon. Menurutnya pria itu sangatlah tampan, dan Kelen cukup terpesona.
"Benar, nanti akan aku jelaskan ketika sudah sampai di rumah. Tapi sekarang bukankah waktu yang tepat."
Pria paruh baya itu tampak menyipit curiga. Apalagi setelah mengetahui ternyata orang dari suku bintang juga ikut bersama Ellina.
Pria paruh baya itu segera menuntun mereka untuk kembali lagi ke Kota. Tidak aman jika mereka sampai ketahuan baik dari suku bulan maupun suku bintang.
Di perjalanan Kelen sempat bertanya kenapa dia tidak tau ada jalan ini? Lalu Pria paruh baya itu akan menjawab dengan setengah sabar.
Ellina hanya diam sepanjang perjalanan tampak sedang memikirkan sesuatu. Yorsa kerap kali bertanya namun Ellina akan menjawabnya dengan gelengan kecil.
Hingga akhirnya mereka berhasil keluar dengan Pria paruh baya yang mengunci tempat mereka keluar tadi. Kelen tampak takjub melihat bangunan kuil tua yang bahkan kondisinya sudah sedikit rapuh.
"INI APA? APA INI RUMAH DEWA?"
Kelen berteriak excited, bahkan membuat Vernon dan Yorsa tidak menahan gelak tawa melihat Kelen yang begitu norak menurut mereka.
"Itu bukan dewa, melainkan bangunan. Ah aku lupa, suku bintang masih mengandalkan kayu dan jerami untuk membuat bungalo, bukan begitu?"
"Kenapa sepuh bisa begitu banyak mengetahui tentang kami?"
"Sepuh?" Vernon mengernyitkan dahinya agak bingung.
Kemudian Yorsa menyikut lengannya dan menyuruh Vernon diam. Seakan sudah tau arti sepuh, karena memang tidak jauh-jauh dari interpretasi dengan tua.
"Jangan memanggil saya sepuh, saya tidak setua itu terimakasih."
"Maaf, tapi itu panggilan sopan dari kami kepada yang lebih tua."
"Sudah saya katakan kalau saya tidak setua itu, dasar!"
Ellina menggeleng pelan dan segera menarik Kelen untuk menjauh dari pria paruh baya yang sudah menolong mereka.
Ellina merasa berhutang budi, karena kalau bukan pria paruh baya itu, mungkin Ellina akan tersesat dan masih menjadi bayang-bayang Eyden.
Tibalah saatnya mereka untuk pamit, Ellina tampak tersenyum lemah. Dia juga tidak tau kenapa dia merasa sangat lemas sekaligus hampa ketika keluar dari lembah itu.
"Berhati-hatilah lain kali, karena jika jalanan ini berkabut memang jarak pandang terlihat mengabur begitu saja."
"Baik, terimakasih sekali lagi."
"Tidak masalah, panggil saya Pak Lee saja."
Ellina menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Ellina meminta kontak Pak Lee, jika memang nanti Ellina mengadakan pesta, maka dia pasti akan mengundang Pak Lee.
Ketika hendak pamit, Kelen tampak antusias melihat mobil yang terparkir di depan kuil. Tentu saja mobil itu milik Yorsa, karena mereka memarkirkannya di sana.
"PUJI DEWA! INI APA?"
"Ck, kenapa anda membawa orang norak seperti itu nona?"
Yorsa kembali menyikut lengan Vernon karena ucapannya. Vernon hanya bisa mendengus. Bahkan ketika wanita yang dibawa Ellina itu tampak seperti monyet yang baru saja lepas.
"Untuk apa kamu diam disana? Cepat masuk dan bawa kita kembali," omel Yorsa ketika Vernon sadar kalau mereka sudah berada di dalam mobil.
"Ini bergerak!"
"Santai saja Kelen, kamu jangan sampai membuatku malu karena sudah menyetujui ajakanmu untuk kabur," dengus Ellina.
"Justru Ratu yang seharusnya bersyukur karena saya, anda bisa kabur dari Raja Eyden."
"Hah?"
Vernon dan Yorsa serempak terkejut. Bahkan sekarang mereka ikut menoleh ke belakang, sebelum Vernon menginjak pedal gas di bawah kakinya.
"Raja, Ratu, memangnya apa yang sudah terjadi selama di sana Ellina?" Tanya Yorsa penasaran.
Belum sempat Ellina menjawab, Kelen lebih dulu menimpali. Ucapan Kelen membuat Yorsa dan Vernon kembali membeku dengan pikiran yang tersesat.
"Dia menikah dengan Raja kami."
"Raja?"
"Raja dari suku bintang itu?" Tebak Vernon.
"Hah benar! Raja Eyden, sekaligus kakak ku."
"APA?!"
"Ellina ini gila!" Tukas Yorsa.
Sementara itu Ellina hanya bisa mengangguk pasrah, dan ingin memejamkan matanya sejenak. Menikmati perasaan aneh yang menggelegar dalam dirinya.
***
Di sisi lain tidak ada yang merasa aneh sebelumnya. Karena mereka mengira kalau Ellina pergi dengan Kelen, mungkin sedang jalan-jalan. Eyden bahkan tidak terlalu khawatir, karena dia yakin kalau Kelen tidak mungkin akan tersesat bukan?
"Bagaimana dengan tawaran dari suku bulan, anda belum menerimanya."
"Iya, saya masih memikirkan matang-matang karena menurut saya perdamaian antara kedua suku, bukan berarti harus seperti itu kan?"
Kali ini Eyden terlihat sangat serius membahas sesuatu tentang kerjasama antar suku. Melupakan fakta kalau Ellina sebenarnya sudah kabur daritadi.
Hingga ketika sore hari menjelang, Eyden bertanya kepada Eyve dimana keberadaan Ellina. Karena dia tidak melihat wanita itu daritadi.
Tidak bisa Eyden pungkiri kalau saat ini dia sangat merindukan sosok Ellina. Rasanya Eyden ingin bermadu kasih malam ini, melepas penat sekaligus ingin cepat memiliki keturunan.
"Salam hormat Raja, saya tidak melihat Ratu Ellina daritadi. Kemungkinan dia istirahat setelah berjalan-jalan sejenak."
Eyve terlihat begitu ragu, karena dia belum memastikan dengan benar. Untuk saat ini dia tidak berani sekedar menoleh ke arah Rajanya.
"Periksa apa dia baik-baik saja, mungkin malam ini saya tidak jadi bermalam ditempatnya."
Dia tau mungkin Ellina kelelahan, dan dia tidak mau memaksa. Sehingga Eyden segera masuk ke dalam tempatnya meninggalkan Eyve yang saat ini berkeringat dingin.
"Semoga anda ada di dalam," gumam Eyve memperkuat diri sendiri.
Setelah masuk ke kamar Ellina, dia hanya melihat tempat yang kosong. Barang-barang Ellina masih ada, namun Ellina menghilang.
Mendadak Eyve panik dan dia langsung keluar mencari keberadaan Kelen. Karena terakhir kali tadi Ellina pamit bersama Kelen.
"Kalian melihat Kelen?"
"Tidak, bukankah dia bersama Ratu?"
"Gawat!" Ujar Eyve panik.
Salah satu teman Eyve bertanya dengan bingung, "memangnya ada apa Eyve?"
"Ratu menghilang!"
"Apa?"
"Tidak mungkin, dia sudah kembali tadi."
"Aku serius, Ratu menghilang!"
Karena mendengar keributan salah satu penjaga mendekat. Eyve memberitahu dengan panik dan sampai akhirnya kabar ini berada ditangan Eyden.
"Kurang ajar!"
Eyden segera bangkit dari posisinya, meniup sebuah terumbu karang yang menimbulkan suara nyaring. Di sana semua orang langsung keluar dengan ekspresi panik.
"RATU KALIAN MENGHILANG!"