Chereads / Foxy Lady And Mr. Tiger / Chapter 19 - Berita buruk

Chapter 19 - Berita buruk

Ellina menghela nafas lalu merebahkan tubuhnya untuk istirahat sejenak. Dia menatap pantulan tubuhnya di depan cermin yang kebetulan berada di samping.

Dunianya kembali, hiruk pikuk dunia yang membuatnya lelah namun dia menyukainya. Ellina baru selesai syuting iklan, dan kemarin Yorsa memberikan tiga skrip drama untuk menjadi pertimbangannya.

Entah kenapa akhir-akhir ini Ellina cepat sekali lelah. Padahal hanya syuting selama tiga sampai empat jam, dulu Ellina bahkan kuat syuting sampai tujuh jam.

"Ratu!"

Ellina menoleh dengan malas, dia menggeleng ketika Kelen masih memanggilnya dengan sebutan Ratu, padahal Ellina sudah menegurnya berkali-kali.

"Jangan memanggilku dengan sebutan itu di sini."

"Hehehe, sudah terbiasa dan tidak sopan rasanya kalau aku memanggil kamu Ellina."

"Tapi Ellina memang namaku, dan itu sah-sah saja. Cepat panggil aku ulang!"

Kelen mengerucutkan bibirnya, perkara nama dan itu sebuah hal yang tidak terlalu harus dipermasalahkan. Namun Ellina, ah dia benar-benar.

"Ellina!"

"Nah bagus, apa yang ingin kamu katakan?"

"Apa ya? Aku tadi melihat ada baju yang lucu, apa aku boleh membelinya?"

"Kamu punya uang."

"Tidak, makanya aku minta padamu."

Ellina menggeleng kecil, namun mengambil dompet yang ada di atas meja, memberikannya dua lembar uang bernilai membeli empat baju.

Namun karena Ellina khawatir nanti Kelen ditipu, mengingat ini pertama kali dia belanja di kota, Ellina menyuruh Vernon untuk mengantar Kelen, walau sempat Kelen menolak.

Menurut Kelen, Vernon itu pria yang dipenuhi oleh aura jahat, dan bawaannya pada Kelen selalu marah sehingga Kelen malas dengannya.

Yorsa mendekati Ellina dan menoleh ketika melihat Vernon mengikuti Kelen dari belakang, dia bertanya-tanya setelah sampai.

"Mau kemana mereka?"

"Membeli sesuatu, Kelen harus pergi bersama Vernon. Kamu tau sendiri dia orang pedalaman, dan mungkin akan bisa dibodohi ketika belanja."

Yorsa menganggukkan kepalanya setuju, karena memang apa yang Ellina katakan itu benar.

"Aku kesini mau membahas tentang skrip drama itu. Bukankah kamu begitu beruntung, begitu pulang ada tiga skrip drama menanti. Sebenarnya aku menerima lima, tapi setelah aku tinjau ada beberapa yang cocok dan menjadikanmu sebagai peran utama."

Ellina menganggukkan kepalanya pelan, kemudian mengambil tiga skrip di atas meja. Melihat dan membaca isinya satu-satu.

Sebenarnya Ellina sudah membaca dua tadi malam, tapi dia memutuskan untuk membaca lagi.

"Menurutmu drama tentang medis, apa ini cocok?"

"Cocok saja, kamu akan menjadi dokter yang punya cinta dengan pemeran utama pria miskin namun gigih, aku setelah membaca skripnya cukup terkesan."

"Lalu bagaimana dengan drama kostum, meski dia terlihat akan sad ending tapi emosional di dalam ceritanya membuat aku tergugah."

Yorsa segera menggeleng, karena jika Ellina memilih drama itu dia akan syuting di daerah pegunungan kemarin, kemungkinan untuk Ellina hilang lagi semakin besar.

"Jangan pilih yang itu, aku lupa menyingkirkannya tadi."

Ellina memasang ekspresi wajah cemberut dan kesal, "padahal itu bagus, aku rasa ingin memilih yang itu."

"Tidak bisa Ellina, kamu mau kembali ke tempat dimana kamu dipuja sebagai Ratu dan bertemu pria itu?"

"Benarkah?"

"Iya lokasi syuting ada di sekitar sana, kamu jangan mulai lagi. Sini!"

Dengan cepat Yorsa mengambil skrip yang ada ditangan Ellina, kemudian memasukkannya kedalam tas. Meminta Ellina memilih diantara dua drama.

Pada akhirnya Ellina memilih drama medis, sekalian mau belajar tentang ilmu medis. Besok adalah hari pertama dimana dia akan belajar dengan para dokter, ini juga bentuk dukungan dari pihak produksi drama agar Ellina bisa lebih menyatu dengan peran.

"Sebenarnya aku merindukan Eyden, dia pria nakal yang misterius."

"Siapa Eyden?"

"Pria itu."

"Ah, dia suamimu."

"Bukan! Dia bukan suamiku, hanya saja kami terlibat pernikahan adat."

"Terserah kau saja," balas Yorsa sembari memutar bolamatanya jengah.

"Tapi aku tidak ingin bertemu dengannya, karena aku tidak akan bisa kembali ke sini lagi jika bertemu dengannya."

Sementara itu di sisi lain ada Kelen yang sedaritadi tidak bisa lepas melihat baju-baju yang terpajang di etalase toko.

Vernon yant menemaninya menggeleng pelan, kenapa juga dia harus menemani orang aneh seperti Kelen.

"Masuk jika ingin melihat, jangan berdiri di depan toko seperti orang aneh!" Tegur Vernon.

"Diamlah, aku tidak minta kamu berbicara."

"Ck ya sudahlah terserah."

"Vernon, bagaimana cara kita membeli ini? Aku ingin megambilnya tapi tidak bisa," ungkap Kelen setelahnya sembari menoleh ke arah Vernon.

"Sini ikut aku!"

Vernon menarik tangan Kelen untuk masuk dan meminta Kelen memilih pakaiannya langsung, mata Kelen seketika berbinar dengan senang dan mengambil beberapa pakaian hingga tangannya penuh.

Vernon menghela nafas lelah, "jangan semua yang kamu ambil, ambil yang kamu suka dan pas dibadan kamu."

"Bagaimana cara kita mencobanya?"

"Itu," tunjuk Vernon ke arah ruang ganti.

"Masuk ke sana dan coba sendiri."

Kelen menganggukkan kepalanya, begitu dia masuk dia dapat melihat kaca besar di depannya. Namun ketika Kelen hendak membuka bajunya, dia kesulitan dan memanggil Vernon.

"Vernon, tolong bukakan bajuku!"

***

Hari ini adalah hari dimana Ellina akan belajar tentang ilmu medis menyangkut perannya, tentang dokter bedah yang mengalami trauma.

Namun baru saja Ellina melangkah perutnya seakan dikocok dan bau khas dari rumah sakit yang penuh antiseptik dan juga obat, membuat Ellina memundurkan langkah.

Yorsa yang ada di depan bertanya-tanya kenapa Ellina masih berada di depan rumah sakit, dia hendak menarik tangan Ellina namun wanita itu menahannya dengan cepat.

"Kenapa?"

"Aku gak bisa masuk."

"Kok gak bisa masuk, kan tinggal masuk aja."

"Gak tau, gak suka baunya. Kamu saja yang masuk, karena aku akan menunggu dokternya di sini."

"Jangan Gila Ellina!"

Pada akhirnya setelah Yorsa membujuk Ellina dengan segala cara, wanita itu mau mendekat dengan menutup mulutnya menggunakan masker medis.

Kebetulan Ellina dan Yorsa terlambat untuk bertemu, karena dokternya sudah ada operasi lagi. Sehingga mereka menunggu di ruang dokter dengan Ellina yang pusing mencium aroma rumah sakit.

"Ada apa denganmu?" Tanya Yorsa penasaran.

Masalahnya Ellina hanya diam sembari menyandarkan kepalanya pada tangan sofa. Ellina menjawab dengan gelengan, dia hanya tidak menyukai bau rumah sakit, padahal sebelumnya Ellina baik-baik saja.

"Katakan apa yang kamu rasakan sekarang?"

"Perutku mual, dan aroma ini membuatku tidak nyaman."

"Astaga Ellina, aku kira apa."

"Tapi memang biasanya kamu tidak suka bau rumah sakit?" Tanya Yorsa lagi dengan penasaran.

"Tidak juga, malah biasa-biasa saja."

"Lalu kenapa?"

"Tidak tau."

Cukup lama mereka menunggu akhirnya Ellina sudah tidak tahan lagi dan memuntahkan apa yang bisa dia keluarkan tepat di kamar mandi kecil khusus dokter.

Bertepatan dengan itu dokter yang akan mengajarinya masuk, lalu mendengar suara Ellina.

"Dokter maafkan saya atas ketidaknyamanannya, tapi perut saya mual dan rasanya ingin muntah."

Dokter tersebut tampak tersenyum dan mengangguk, "tidak masalah, justru saya yang minta maaf karena ada urusan sejenak."

"Ah, mungkin sebelum kita mulai anda mau periksa dulu ke bagian kandungan."

"Hah?" Giliran Yorsa dan Ellina yang memekik keheranan.

"Untuk apa?"

"Cairan yang anda muntahkan bening atau berisi, dan anda tidak suka bau rumah sakit. Dulu istri saya juga begitu waktu hamil anak pertama kami, jadi saya sarankan anda untuk pergi ke sana."

Mereka berdua sama-sama menatap pintu ruangan dokter kandungan. Kenapa juga tempat itu sedang sepi sekarang dan Ellina posisi kedua.

"Aku tidak yakin dengan ini."

"Ah, kita hanya coba saja. Aku rasa juga itu tidak benar, tapi kita coba saja," balas Yorsa.

Ellina menganggukkan kepalanya, kemudian saat dia melangkahkah kakinya masuk ke dalam ruangan, Ellina tidak yakin apa yang dia lakukan ini benar atau tidak.

Ellina memulai pemeriksaan, beruntung dokter ini tidak mengetahui siapa sosok Ellina dan Yorsa meminta agar hasil apapun dari pemeriksaan Ellina, harus dirahasiakan.

Tidak menunggu waktu yang lama, dokter mengatakan hasil diagnosanya. Dengan bantuan alat medis seperti alat USG dan dokter menyerahkan lembaran foto hitam putih tersebut kepada Ellina.

Sekujur tubuh Ellina lemas seketika, begitu juga Yorsa yang syok bukan main. Entah ini berita buruk atau berita baik yang mereka dapatkan sekarang.