Chereads / Foxy Lady And Mr. Tiger / Chapter 23 - Alam mimpi

Chapter 23 - Alam mimpi

Hari dimana Ellina akan melakukan pembacaan naskah pun tiba. Dokter sudah memberikannya vitamin untuk menguatkan daya tahan tubuhnya. Mengingat semenjak hamil, Ellina benar-benar malas dan cepat letih.

Yorsa sudah siap sedia dengan Vernon di belakang mereka. Kelen juga diajak, untuk jaga-jaga saja kalau misalkan ada sesuatu terjadi pada Ellina, Kelen bisa sedikit membantu tenaga. Entahlah apa alasan Yorsa mengajak Kelen ikut serta.

Mereka datang terlambat karena Ellina yang malas sekali bangkit dari ranjang. Alhasil ketika masuk ke dalam ruangan, mata Ellina membelalak terkejut.

"Ini dia pemeran utama wanita kita Ellina. Silahkan duduk."

"Maaf saya terlambat."

Ellina tidak bisa menghindar ketika melihat aktor yang naik daun karena memiliki skandal dengannya. Sungguh Ellina sangat membenci pria itu bahkan ketika pria itu tersenyum, Ellina melengos begitu saja, bertingkah tidak peduli.

Tentu saja Ellina akan mengawasi bagaimana pria itu bekerja sama dengannya pada proyek drama kali ini. Tidak ingin ada drama lagi diantara mereka, Ellina benar-benar sangat jengah.

"Kita bertemu lagi Ellina," bisik pria tersebut.

Kelen yang memperhatikan gerak-gerik mencurigakan ketika melihat Ellina sedang berbisik dengan seorang pria.

Saat pembacaan naskah dimulai, para aktor dan aktris sibuk melempar beberapa ucapan dari sepenggal dialog. Meminta sang sutradara dan penulis naskah mengamati dan memperbaiki jika ada yang kurang tepat.

Selesai pembacaan naskah berlangsung Ellina tidak ingin berada di ruangan ini terlalu lama, karena tau dia akan dihadang oleh pria menyebalkan yang Ellina pernah kenal.

"Ellina, astaga kamu begitu cepat ingin menyingkir dari sini. Kenapa? Apa kamu tidak merindukanku?"

Baru saja Ellina berpikir untuk menghindar, sekarang dia kembali dihadapkan untuk bertemu dengan Arthur.

Ellina memutar bolamatanya jengah. Pria yang harusnya dia hindari malah menjadi lawan mainnya dalam drama romansa medis yang dia akan bintangi.

"Untuk apa bertemu dengan pria menyebalkan sepertimu? Tolong jangan menggangguku dan menyingkirlah secepat mungkin," ujar Ellina tegas.

Arthur terkekeh kecil mendengar ucapan Ellina, "tapi sayangnya aku tidak mau menyingkir begitu saja. Seharusnya kamu tau aku merindukanmu, Ellina."

"Cih! Jangan omong besar di hadapanku, siapapun tau kalau kamu hanya ingin sengaja membuat skandal. Perbaiki saja cara beraktingmu jangan membuat skandal bodoh seperti tahun lalu!"

Tentu saja perdebatan dan ucapan Ellina terdengar oleh semuanya. Dan memang benar orang-orang industri hiburan pasti tau benar kalau hubungan antara Ellina dan Arthur tidak baik sebab scandal.

"Hentikan, kalian berdua adalah peran dalam drama. Karakter wajah kalian cocok dengan drama ini, jangan rusak chemistry kalian hanya karena masalah masa lalu," tegur sang Sutradara yang kebetulan keluar dan mendengar perdebatan antara Ellina dan Arthur.

Sejak awal sebenarnya sang sutradara punya keraguan besar apakah proses syuting ini akan berlangsung lancar atau tidak, mengingat sebelumnya ada rumor disengaja paparazi tentang hubungan mereka.

Ellina kembali setelah bermisuh-misuh ria, menatap dingin ke arah Arthur yang tidak sengaja lewat di depannya lagi.

Moodnya rusak parah dan sekarang Ellina ingin marah terus. Bahkan saat sampai di rumah, Ellina tidak tahan melihat banyak barang berserakan, padahal barang-barang itu adalah barang pesanannya yang belum dibuka.

Yorsa menggeleng pelan, habislah mereka. Mood Ellina jika sedang tidak baik, maka hal itu bukanlah waktu untuk mereka mengganggu Ellina.

"Kenapa lagi dia?" Bisik Vernon yang sepertinya belum mengerti permasalahan yang ada.

"Tidakkah kamu sadar kalau mood majikanmu sedang buruk."

Vernon tampak mengernyitkan dahinya bingung, "apa yang terjadi?"

Kelen memberikan tatapan tajam agar Vernon diam, karena memang mood Ellina sedang buruk sekarang. Jadi jangan sampai ada yang bersuara.

Sore ini Ellina harus pergi ke perusahaan karena mengurus mengenai berhentinya Ellina di agensi tersebut. Dia memilih agensi biasa saja yang lebih mengurus artisnya dengan bagus alih-alih hanya memanfaatkannya saja.

Ellina kira moodnya akan berakhir bagus ketika Gerry setuju untuk mengakhiri kontraknya, tapi ternyata pria itu meminta waktu lagi untuk Ellina agar memikirkannya dengan matang.

Ellina berdecak, "tidak ada kesempatan lagi, kesempatan untukmu sudah kandas, cepat aku harus pergi."

"Tenang dulu Ellina, di sinilah kamu berkembang dengan pesat. Tidakkah kamu ingin memperpanjang lima tahun lagi karirmu?"

Yorsa yang mendengar itu tampak terkejut, "tamak sekali? Ellina bahkan tidak kamu cari selama dia hilang, sekarang kamu ingin Ellina kembali dalam jangka waktu yang lama?"

Gerry menatap ke arah Yorsa dengan pandangan tajam, "diamlah! Ini hanya urusan Artis dan bos perusahaan, ini tidak ada hubungannya denganmu!"

Yorsa memutar bolamatanya jengah. Sementara itu Ellina tetap pada keputusan awal, dia tidak akan memperpanjang kontrak dan menatap kesal.

"Aku akan menuntutmu kalau sampai tidak diizinkan mengakhiri kontrak sesuai kesepakatan!" Ancam Ellina tegas.

***

Ellina merasa dia sangat asing dengan suasana di sekitarnya saat ini, Ellina celingak-celinguk mencari seseorang yang mungkin juga berada di sini.

Namun dia tidak menemukan apapun. Kaki Ellina telanjang tanpa alas, menapak di sebuah tanah subur dengan beberapa rumput liar.

Pakaian Ellina berubah mengenakan sebuah gaun potongan dada sederhana berwarna putih dengan mahkota emas yang pernah dia lihat di suatu tempat.

"Ellina."

Suara itu membuat bulukuduk Ellina meremang. Dia sedikit takut untuk menoleh karena suatu hal, namun memberanikan diri dengan hati-hati dan menatap siapa yang memanggilnya.

Ellina merasa pria bertubuh kekar itu memeluknya dengan sangat erat. Jantungnya berdebar kencang.

"Eyden," gumamnya lirih.

"Ellina apa yang terjadi padamu?"

"Eyden, ini dimana?"

Ellina kelimpungan sekaligus takut. Dia mendadak berada di dekat Eyden. Apa dia mengalami kecelakaan lagi? Ellina harus kabur lagi begitu?

"Ini disebuah tempat, namanya mimpi. Aku mengandalkan batu bintang untuk mencoba berkomunikasi dengan roh mu."

Ellina kembali merinding sekaligus takjub karena baru pertama kali ini mendengar sesuatu yang sebelumnya belum pernah dia dengar.

"Katakan, kamu berada di mana sekarang?"

Ellina terdiam cukup lama, mengamati wajah Eyden yang begitu khawatir ketika menatapnya. Ellina bingung sekaligus takut, dia memilih untuk diam.

"Ellina, katakan padaku kamu dimana? Apa benar Kelen mencoba membunuhmu?!" Suara Eyden meninggi.

"Tidak, itu tidak benar!" Bantah Ellina.

"Lalu dimana kamu sekarang, kenapa tidak kembali, aku begitu merindukanmu. A-aku bisa gila kalau jauh darimu!"

Ellina mendadak terdiam mendengar ucapan Eyden. Perasaan hangat yang selama ini dia rindukan, kembali hadir ketika bertemu Eyden walau sebatas mimpi.

"Bukankah ini hanya mimpi? Tapi kenapa?"

"Ini hanya media ruh kita bertemu. Ellina, aku merindukanmu!"

Eyden kembali menarik Ellina ke dalam pelukannya. Begitu juga Ellina yang membalas pelukan Eyden.

"Katakan kamu dimana?"

"Eyden, a-aku tidak bisa mengatakannya."

"Kenapa?" Tanya Eyden kecewa.

"Untuk saat ini tidak bisa, ada hal yang harus aku jaga. Setelah itu mungkin aku bisa memberitahunya padamu."

Eyden mengangguk dengan sebuah senyum lembut yang mengembang. Menurutnya tidak masalah, selama rumor yang dia dengar tidak benar dan juga dia bisa melihat Ellina baik-baik saja.