Chereads / Foxy Lady And Mr. Tiger / Chapter 13 - Tour Guide

Chapter 13 - Tour Guide

***

"Aku membenci anda!"

Setelah itu wanita yang baru saja berteriak padanya dengan lantang, pergi begitu saja seakan tidak ada perasaan bersalah.

Ellina baru ingat kalau wanita itu adalah adik Eyden. Yang berati salah satu putri yang terhormat bukan? Walau setengah dari pikiran Ellina merasa tidak yakin akan fakta itu.

Setidaknya dari siang sampai sore tiba, kegiatan Ellina hanya begitu-begitu saja. Melihat beberapa ibu-ibu di sana bekerja, begitu juga dengan para pria yang lebih giat lagi membawa kayu dari hulu ke hilir.

Pulang dari berburu Eyden langsung menemui Ellina. Dia mengatakan maksudnya mengajak Ellina untuk jalan-jalan. Lebih tepatnya Eyden baru ingat kalau dia tidak pernah mengajak Ellina keluar dari wilayahnya.

"Kamu bilang apa tadi?" Tanya Ellina meminta Eyden mengulang ucapannya.

"Kita pergi jalan-jalan, waktu itu kamu bilang ingin keluar dari sini kan?"

Mata Ellina seketika berbinar. Bukankah itu berarti dia bisa keluar dari sini sesegera mungkin. Kalau nanti Eyden menunjuk jalan ke tempat dia keluar, maka Ellina bisa menyelinap ketika malam tiba.

Ellina menganggukkan kepalanya setuju. Kemudian tangan Eyden menggandeng Ellina, sementara Ellina hanya menganggapnya sebagai sentuhan biasa, tidak lebih.

Mereka ditemani oleh empat orang lagi yang Ellina yakin akan menjaga mereka nanti. Mungkin Eyden tau Ellina hendak kabur dari tempat ini? Wanita itu segera menggeleng pelan, tidak mungkin Eyden bisa mengetahuinya dengan jelas kan?

Mereka mulai berjalan dalam diam, baik Eyden maupun Ellina sama-sama tidak membuka suara. Sampai pada titik dimana Ellina melihat ada sekelompok hewan yang mengerubungi sesuatu.

Karena langkah Ellina terhenti untuk melihat jelas apa yang sedang di kerumuni oleh para hewan, Eyden akhirnya bersuara.

"Mereka sedang mengerubungi bangkai hewan. Itu sudah biasa dilakukan oleh mereka, terutama musang yang kamu lihat berwarna hitam dengan garis putih itu."

"Iya kamu benar, tapi rasanya masih sangat aneh dan heran melihat pemandangan di depan," balas Ellina.

Eyden menarik kedua sudut bibirnya tipis, kemudian mendekatkan Ellina ke dalam rangkulannya. Ellina hanya melirik sekilas dengan malas, menurutnya Eyden tidak perlu sampai menariknya kedalam rangkulan.

Ellina kemudian diajak Eyden menyusuri hutan lebat tempat Ellina berusaha kabur dari tempat ini. Ellina bahkan masih ingat ketika dia ketakutan karena serigala.

"Kamu tau tempat ini?"

"Iya."

"Ini hutan belantara, kita tidak ada yang tau ada apa di ujung hutan sana. Kalau kamu belok ke sini, ada sungai jernih yang airnya mengalir sampai air terjun kecil di dekat tempat kita," ucap Eyden.

Tanpa pikir panjang pria itu segera menarik Ellina untuk pergi ke sana. Ellina melihat langsung bagaimana air dari sungai itu yang benar-benar jernih, belum tersentuh limbah atau kotoran masyarakat.

Sebenarnya Ellina kagum dengan penduduk sini. Walaupun sebagian ada saja tetap rasa kesal, karena mereka yang tidak jelas memanggil Ellina Dewi.

"Kenapa kamu membawaku kemari?" Tanya Ellina dengan suara lirih.

Eyden menoleh sekilas, "tentu saja supaya kamu tidak tersesat lagi, karena aku tau kamu suka pergi jalan-jalan keluar kan?"

Ellina menahan untuk tidak tertawa, tentu saja dia bukan pergi jalan-jalan tapi mau kabur dari tempat ini.

"Kalian seakan di tutup oleh persegi yang menyesatkan," ungkap Ellina tanpa sadar.

"Kamu benar, tapi percayalah kita bukan satu-satunya wilayah di sini."

"Maksudnya, ada suku lain selain suku kalian?" Tanya Ellina terkejut bukan main.

"Tentu saja, ada suku lain dan mereka menyukai kerusakan, jalannya adalah sebelah sana. Dan aku harap kamu tidak nekat masuk ke wilayah mereka, karena akan repot nantinya," ujar Eyden menjelaskan.

Sorot matanya begitu tajam ketika melihat sebuah tempat yang ditutup oleh beberapa tumbuhan rambat, namun ada jalan di sana.

"Kenapa sangat merepotkan?"

"Karena aku tidak mau ada peperangan lagi antara dua suku, sudah cukup tahun lalu dimana perang itu merenggut nyawa adik ketiga," balas Eyden, kali ini tatapan matanya menyiratkan kalau dia benar-benar marah dengan masa lalu di hidupnya.

Eyden seakan kembali mengingat masa ketika hal buruk menimpa keluarganya. Ellina yang melihat raut wajah Eyden berubah total, menjadi tidak enak sendiri.

"Maaf karena membuatmu mengingat masa lalu itu."

Eyden menoleh ketika mendengar ucapan Ellina, wanita itu tampak tersenyum lembut ketika tatapan mereka bertemu.

Ketahuilah ini pertama kalinya Ellina tersenyum dengan sangat ramah dan lembut. Karena yang Eyden terima biasanya adalah penolakan dari wanita itu.

"Teruslah tersenyum seperti ini."

Senyum itu seketika luntur, digantikan dengan tatapan penuh tanya dari Ellina.

"Ck, aku jadi malas karena kamu menyuruhnya."

"Aku ingin menciummu."

"Apa?!"

Ellina yang merasa malu mendengar ucapan Eyden, memutuskan untuk pergi menjauh, disusul oleh Eyden yang sempat terkekeh.

***

"Menurutmu cara ini akan berhasil?"

"Tidak yakin," balas Vernon.

Saat ini mereka berdua tengah berada di sebuah kuil kuno yang sudah tidak beraktivitas seperti selayaknya kuil. Bahkan tidak ada biksu di sini, namun karena pria paruh baya itu mengatakan bahwa ada jalan menuju lembah tanpa harus turun ke sana.

Walaupun begitu tetap saja mereka harus turun dulu agar sampai ke kuil. Mereka memarkirkan mobil mereka di atas.

"Demi menemukan Ellina, kita harus cepat sebelum acara awards untuk Gala. Kamu tau sendiri Ellina masuk nominasi artis pendatang baru terbaik," ungkap Yorsa.

Meyakinkan hatinya dan juga Vernon agar masuk ke dalam sana. Walaupun sebenarnya ada keraguan di dalam hati mereka.

"Tunggu!"

"Apa kita tidak menyiapkan makanan atau cemilan?"

"Tentu saja tidak, menurutmu?"

"Seharusnya kita menyiapkan makanan bukan?"

"Tenang aku bawa ginseng merah satu plastik, sama permen gummy. Mungkin itu saja akan cukup."

Vernon mengendikan bahunya, sekarang yang merasa takut di sini. Dia berpegangan pada bahu Yorsa sebelum masuk. Namun ketika mereka hendak masuk, langkah mereka terhenti ketika mendengar suara pria paruh baya menyeru memanggil mereka.

"Kalian berdua!"

"Jangan masuk dulu sebelum saya masuk, karena hanya saya yang bisa menuntun kalian untuk masuk ke sana."

Mereka berdua menghentikan langkahnya dengan cepat dan berbalik. Mendapati pria paruh baya itu menatap garang ke arah mereka.

"Kami juga sebenarnya ragu dan takut tadi, tapi karena anda hanya mengatakan setengah, jadi kami kira hanya kami saja yang pergi."

"Tentu saja tidak, kalian benar-benar orang yang tidak sabaran rupanya."

"Kalau nanti kalian masuk lalu tersesat di dalam sana, lalu bagaimana kalian akan menemukan teman kalian yang hilang itu?"

Yorsa dan Vernon sama-sama terdiam. Mendengar argumen dari pria paruh baya itu memang ada benarnya.

"Kalau boleh tau, anda sebenarnya siapa?" Tanya Vernon mendadak.

Karena dia juga harus bisa mempercayai dengan siapa orang yang akan menuntun mereka bukan?

"Nama saya lee, panggil saja pak Lee. Saya adalah penjaga kuil ini sekaligus orang yang menjaga wilayah di dalam sana, agar tidak sembarang manusia bisa masuk dan merusak."

Mereka berdua tertegun, mencerna apa yang berusaha diutarakan oleh Pak Lee. Ditambah lagi, rasanya akan sangat horor bila masuk ke dalam sana.

"Di sana ada tempat makhluk semacam hantu?"

Pak Lee tertawa mendengar ucapan Yorsa, "tentu saja tidak bodoh!"

"Hanya saja jalan ke sana cukup membingungkan, jadi kamu butuh semacam tour guide sebagai pemandu wisata."

"Tapi kami tidak ke sana untuk wisata," sahut Vernon.

"Dasar pria bodoh! Tentu saja itu hanya perumpamaan."