***
Ellina kehilangan keberanian untuk keluar dari tempatnya. Setelah kejadian di air terjun itu, Ellina memilih untuk tidak bertemu dengan masalah baru.
Sayangnya Eyden seakan mengetahui niat Ellina menghindarinya. Sehingga membuat Ellina kelabakan mencari cara untuk menghindar.
Satu masalah belum selesai, sekarang malah timbul masalah baru. Ellina harus segera keluar dari tempat ini sesegera mungkin. Sebelum Eyden makin terjerat dengan pesonanya, siapa tau bukan? Tidak ada yang tidak mungkin menyukai sosok Ellina.
"Ratu, hormat saya."
Eyve masuk secara tiba-tiba membuat Ellina yang sedang mondar-mandir mencari cara, terlonjak kaget dan menggeleng pelan melihat kedatangan Eyve yang begitu tiba-tiba.
Dengan segera Ellina mengubah cara duduknya dan memasang senyum ke arah Eyve. Membuat Eyve sedikit keheranan, karena Ellina selalu sebal ketika melihat kedatangannya.
"Ratu anda baik-baik saja bukan?" Eyve terlihat ragu.
"Menurut kamu, aku tidak baik-baik saja begitu?" Balas Ellina sedikit sinis seraya mengumpulkan seluruh rambutnya lalu mencempolkannya.
"Tidak, Ratu anda jangan salah paham. Karena biasanya Ratu akan sangat kesal ketika melihat kedatangan saya."
Ellina menganggukkan kepalanya paham, dalam hati dia sangat setuju. Karena kalau Eyve datang pasti dia membawa pesan dari Eyden yang akan disampaikan untuknya.
"Katakan, apa yang Eyden ingin sampaikan?"
Eyve tampak membulatkan matanya tidak percaya, "Ratu mengetahuinya?" Tanya Eyve sekali lagi.
"Tentu saja aku tau, kamu selalu datang membawa pesan Eyden kepadaku. Sudah katakan saja, kamu benar-benar membuang waktuku!" Suara Ellina terdengar meninggi.
Sementara itu Eyve menyengir lebar sebelum melanjutkan apa yang ingin dia sampaikan, jangan sampai dia melupakan hal itu karena sang Raja bisa marah besar.
"Malam ini anda harus bermalam dikediaman Raja."
"Harus?!" Tanya Ellina memastikan.
"Eum, sebenarnya malam ini anda sudah harus bersama dengan yang mulia di kediaman utama. Namun karena Raja Eyden masih memikirkan perasaan anda, dia menahan anda dan meminta anda datang malam ini saja," jelas Eyve panjang lebar.
Ellina menghela nafas panjang. Sekarang apa lagi? Dia bahkan tidak sanggup menampakkan wajahnya yang cantik dan sensasional ini di depan pria seperti Eyden.
Kemarin adalah hal memalukan untuknya. Bagaimana bisa dia mencuri start lebih dulu, sehingga Eyden berhasil melangkah jauh, atau bisa dibilang Ellina yang melangkah terlalu jauh di sini?
"Oh yang benar saja!" Kesal Ellina bukan main.
"Apa aku akan mendapat hukuman jika tidak menurut?"
"Tentu Ratu, anda akan dituduh menghianati perasaan Raja. Karena sejatinya sepasang pemimpin seperti Raja dan Ratu harus berdampingan dengan mesra."
Ellina menggeleng dengan kesal namun hubungan yang tercipta memang tidak seindah itu. Ellina tidak mau Eyden berhasil membobol pertahanan hatinya.
Ellina memerintahkan Eyve untuk keluar dan dia akan bersiap malam ini. Sebagai Ratu, Ellina benar-benar tidak pernah keluar dari tempatnya, tentu saja menghindar dari masalah dunia asing.
"Sekarang aku harus bagaimana?"
Tidak setelah itu seseorang kembali masuk. Namun kali ini bukan Eyve, melainkan wanita yang sempat Ellina ajak kerjasama namun dia tidak mau ikut kerjasama dengan Ellina.
Malah mengancam Ellina dan begitu setia dengan Eyden. Ellina mengernyitkan dahinya penasaran, merasa kalau kedatangan wanita dihadapannya ini sedang memberitahunya tentang peringatan, entah tentang apa?
Wanita itu tampak menatap sinis ke arah Ellina, sebelum akhirnya dia semakin mendekat dan membuka suara.
"Ratu apa anda tidak menyukai Raja Eyden?"
"Hah ... Ti-tidak mungkin aku begitu menyukainya. Dia tampan kok, haha hanya saja memang sedikit menjengkelkan."
"Kamu ada hubungan dengannya?"
"Secara garis besar aku adalah adiknya. Aku tidak menyangka anda mengatakan padaku untuk berkerjasama?" Mata wanita itu menyipit ke arah Ellina.
Mati Ellina! Dia baru tau kalau ternyata Eyden punya adik perempuan. Mana Adiknya pernah dia ajak kerjasama, karena Ellina mengira wanita itu menyukai Eyden.
"Apa kamu benar-benar sosok dewi?" Tanya Ellina tidak percaya.
"Ah begitu ya, kamu meragukan saya?"
"Ck, bahkan aku tidak percaya ketika kamu mengatakan menyukai Kakakku."
Tatapan keduanya sama-sama penuh permusuhan. Kemudian wanita itu kembali mendekat ke arah Ellina, namun tertahan ketika Eyve kembali menemui Ellina.
"Kelen, apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Eyve bingung.
Disitulah Ellina mengetahui kalau wanita dihadapannya ini bernama Kelen. Adik dari Eyden, bernama Kelen, namun Ellina baru tau sekarang.
Ellina jadi curiga kalau Kelen mungkin saja menyukai Kakaknya sendiri. Setidaknya ketika Eyve datang, disitulah Kelen langsung pergi.
"Apa yang dikatakan oleh Kelen kepada Ratu?" Tanya Eyve khawatir.
"Tidak ada yang perlu kamu takutkan."
Eyve terlihat ragu, namun setelah Ellina mengangguk seakan memberikan keyakinan barulah Eyve pamit dan mengingatkan Ellina agar bersiap.
***
"Kamu tidak penasaran dengan apa yang ada di dalam sana?" Tanya Yorsa pada Vernon.
Dengan cepat pria itu memundurkan langkahnya dan bergidik ngeri. Dari kemarin mereka terus memandang posisi kabut tipis yang ada di bawah jurang.
Seakan penasaran dengan apa yang terjadi di dalam sana sekarang. Belum lagi mereka sudah mengamati selama dua hari kabut yang ada di dalam jurang itu.
"Kalau anda begitu penasaran silahkan masuk lebih dulu."
"Tidak sopan!"
"Kamu pria, masa takut dengan hal ini?"
"Jangankan pria, bahkan siapapun akan mulai takut jika berkaitan tentang sesuatu yang menyangkut nyawa."
Yorsa mengangguk setuju dengan ucapan Vernon. Namun sekarang mereka harus menemukan Ellina dengan cepat, penghargaan gala akhir tahun akan segera diadakan terlepas Ellina masih bernafas atau tidak.
Setidaknya mereka mengetahui kebenaran tentang kondisi Ellina sekarang.
"Menurutmu apa harus kita turun dari sini?"
"Anda benar-benar sudah tidak waras."
"Sialan! Jaga bicaramu," tegur Yorsa.
Vernon langsung terdiam, kemudian suara stater motor yang berhenti tepat di belakang mereka membuat mereka berdua menoleh.
Tampak seorang pria paruh baya menghampiri. Pria dengan rambut gondrong, mengenakan jaket kulit berwarna hitam, lalu jangan lupakan ada jam tangan emas melingkar di tangannya.
"Aku melihat kalian berdiri menatap jurang itu daritadi. Apa yang sebenarnya kalian cari? Kalian ingin bunuh diri bersama karena tidak direstui?" Tanya pria paruh baya itu.
"Itu tidak benar Pak, saya dan dia bahkan tidak memiliki hubungan."
Yorsa sejenak melirik sinis ke arah Vernon ketika dia menjawab ucapan dari pria paruh baya tadi.
"Lalu mengapa dua hari belakangan ini aku terus melihat kalian menatap jurang terlarang itu?"
"Begini pak, teman kami terlihat terakhir kali di sini. Jadi kami agak ragu, apa teman kami sebenernya mengalami kecelakaan dan masuk ke dalam jurang?"
Pria paruh baya itu tampak mengernyitkan dahinya mendengar ucapan dari Yorsa. Kemudian setelah sempat berpikir barulah dia mengerti tentang situasi yang terjadi di sini sekarang.
"Begitu rupanya."
"Teman kalian bisa saja mengalami kecelakaan di sekitar sini. Atau mungkin seperti dugaan kalian tadi, tapi perlu kalian ketahui kalau hal seperti ini sama sekali tidak mengejutkan. Percayalah dia baik-baik saja dan lupakan tentang dia."
Mereka berdua tampak kebingungan mendengar ucapan pria paruh baya dihadapan mereka. Bagaimana bisa melupakan Ellina begitu saja, kalau Ellina akan memiliki waktu penting di masa yang akan datang.
"Apa tidak ada cara lain masuk ke sana selain kecelakaan?" Gumam Vernon.
Tidak disangka gumaman Vernon membuat pria paruh baya itu berbalik dan tertawa dengan renyah.
"Kamu benar, kalau untuk pergi ke sana menyelidiki langsung. Mungkin aku bisa membantu kalian."
"Benarkah?"
"Iya, tapi memang kalau sudah masuk ke dalam sana. Kalian mungkin akan lupa jalan pulang."
Mereka berdua sama-sama bergidik ngeri ketika pria paruh baya itu kembali mengatakannya kepada mereka.