Chereads / Foxy Lady And Mr. Tiger / Chapter 2 - Ketua Kami, Eyden

Chapter 2 - Ketua Kami, Eyden

Ellina kalap, Dia benar-benar tidak mengerti dengan semua kegilaan ini. Kenapa orang-orang disini begitu aneh, dan lagi, Saat ia mulai menyalakan ponsel, Satu titik sinyal pun tidak muncul diponselnya.

"Oh tuhan! Kenapa hidupku seperti ini." Ellina berusaha mencari sinyal dengan menggoyang-goyangkan ponselnya.

"Haish!" Kesalnya.

"Dew--" Ellina melirik tajam seseorang yang tiba-tiba masuk kedalam tempatnya. Awalnya Ellina pikir yang akan masuk itu seorang laki-laki, Tapi ternyata dugaannya salah.

"Maaf." Perempuan itu membungkuk, membawa sebuah pakaian, "Mendekatlah." Ucap Ellina, Setelah diperhatikan, Perempuan itu terlihat manis. Kulitnya memang tidak seterang Ellina, Tapi, Entah kenapa Ellina tampak lega melihat ada seorang perempuan disini.

Ia kira hanya ada laki-laki, Kalau semua laki-laki, Lantas hidupnya tidak akan bisa tenang. Apa yang mungkin terjadi lebih buruk setelah ini?

"Ini, Pakaian yang harus dew--"

"Panggil aku Ellina!" Potong Ellina dengan segera, Memangnya siapa Dewi? Ellina tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.

Perempuan itu tampak menurut, "B-baik, Ellina." Ucapnya sedikit gugup. Ellina mempersilahkan perempuan itu untuk menaruh pakaiannya diatas dipan yang dilapisi oleh kain kasar diatasnya.

"Siapa namamu?" Tanya Ellina sedikit tak bersahabat, Bukan karena dia tidak menyukai perempuan itu, melainkan, masih terlalu ragu untuk berinteraksi dengan orang sekitar sini.

"Evye." Ellina mengernyit, Nama macam itu? Kenapa lidahnya keseleo saat hendak mengucapkan namanya.

"Maaf, Tadi katamu namamu siapa?" Perempuan itu menunduk malu, "Evye." Ulangnya.

Ellina tertawa hambar, "Haha.. Apa? Evye? Evyexz?" Setlah itu raut wajahnya berubah sedih.

"Evye?" Panggilnya, Perempuan itu menoleh lalu menatap wajah Ellina. Evye sedikit tertegun, melihat bagaiman cantiknya wajah itu.

"Jelaskan padaku, Apa nama tempat ini?" Evye tampak bingung dengan pertanyaan Ellina, Memangnya ini tempat apa?

"Maaf dew-- Eh, Ellina." Evye segera memperbaiki panggilannya begitu Ellina menatap tajam.

"Ini adalah tempat kami." Ellina tampak bingung, Begitu juga Evye, perempuan itu tambah bingung. Bagaimana caranya menjelaskannya pada Ellina?

"Ah tidak, Maksudku, apa nama tempat kalian?" Ellina mencoba merubah kata-katanya, walau sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ucapan sebelumnya.

Evye tampak mengerti dengan pertanyaan Ellina, "Nama tempat ini, Batu bintang." Jawabnya semangat.

"Oh ya?" Evye mengangguk.

"Kenapa namanya batu bintang?"

Baru saja Evye hendak menjawab tiba-tiba suara bariton mengintrupsinya.

"Keluarlah!"

Ellina menatap jengkel, pria yang barusaja masuk dan mengusir Evye. Padahal Ellina ingin menggali lagi informasi mengenai tempat ini, Siapa tau, Ellina bisa menemukan jalan keluar sesegera mungkin.

Pria itu awalnya berdiri dengan tegas dan tanpa ekspresi, Namun setelahnya, Ellina bisa melihat senyum yang begitu tipis. Astaga! Jantung Ellina hendak lepas dari tempatnya.

Kenapa pria ini terlihat begitu tampan dimatanya? Walau rambutnya sedikit panjang. Bukankah pria ini memiliki rupa ideal untuk seorang artis?

"Kenapa dewiku menatap begitu intens?" Ellina segera memalingkan wajah mendengar ucapan pria itu.

"S-siapa kau?" Ellina bertanya takut begitu pria ini menghampirinya. Bahkan jarak wajahnya hanya sejengkal, Ellina harus memalingkan wajahnya sesegera mungkin.

"Kau begitu cantik dewiku." Bukannya menjawab, Pria ini malah menggombal tidak jelas.

"Maaf, Saya bukan Dewi, mungkin anda salah orang." Mendengar ucapan Ellina yang formal, pria itu malah mengernyit.

"Kamu Dewiku, Dan akan menjadi istriku besok malam." Belum sempat Ellina melayangkan protes, pria itu kembali berbicara, "aku sebenarnya ingin kita menikah malam ini, Tapi kata peramal, besok malam adalah waktu yang tepat."

Ellina mematung, mendengar ucapan gila dari pria itu. Astaga, Siapa dia yang berani menikahi Ellina dengan gampangnya?

Ellina hendak bicara, Pria itu malah pergi meninggalkannya. Membuat emosi Ellina naik keubun-ubun, Kalau ada gambar atau ilustrasi yang tepat, menggambarkan bagaimana kesalnya Ellina, Maka illustrasi perempuan dengan asap mengepul dikepala, adalah pilihan yang tepat.

"DASAR PRIA SINTING!"

Jauh darisana, Yorsa kini berjalan khawatir, mondar-mandir didepan apartemen Ellina. Vernon yang tengah bersandar sembari bermain handphone, Menoleh kearah Yorsa lalu berdecak.

"Kau tidak akan mendapatkan apa-apa jika hanya mondar-mandir didepan sana." Tukasnya.

Yorsa berhenti detik itu juga, lalu melayangkan tatapan tajam kepada Vernon. "Diam kau! Memangnya apa yang diketahui bocah labil sepertimu?"

Vernon berdecih, "Aku sudah melacak tempat ponselnya terakhir kali, Apa menurutmu kita kesana sekarang?" Yorsa tampak cemas.

"Bagaimana ini? Aku sangat cemas mengenai keberadaan anak itu." Tanpa menjawab, Vernon menarik tangan Yorsa untuk segera menuju tempat itu.

"Apa kau yakin dengan hal ini?" Yorsa bertanya cemas. Vernon yang tengah sibuk menyetir, hanya mengendikan bahunya acuh.

"Dasar tidak berguna!" Kesal Yorsa, begitu Vernon mengacuhkan pertanyaannya.

"Diamlah." Tegur Vernon.

Butuh waktu cukup lama sampai akhirnya mereka sampai ditempat itu. Yorsa tak kuasa menahan tangisnya, mereka telah sampai dititik ponsel Ellina terakhir dilacak dan kini, Mereka hanya berada dijalan yang pembatasnya rusak.

"Apa menurutmu, Ellina jatuh kedalam jurang?" Tanya Vernon dengan tenang.

Yorsa memukul lengan lelaki itu, "Jangan berbicara yang tidak-tidak! Ellina harus selamat, bagaimanapun caranya!"

Vernon mendengus, "Aku bukan tuhan!"

###

Ellina menatap pakaian yang tergeletak sembarang itu dengan seksama. Sekarang, Apa yang akan dia lakukan? Mengganti pakaian mahalnya dengan ini?

Ellina bahkan tidak membawa bodylotion, Bagaimana jika nanti kulitnya gatal karena memakai pakaian yang nampak seperti karung goni.

"Ah tidak! Aku tidak akan pernah memakainya." Ellina menggeleng, lalu menjauhkan pakaian itu dari hadapannya.

Ellina mencium bau tubuhnya, "Oh astaga! Kenapa bauku menyengat sekali?" Kesalnya.

Ellina kembali menimbang, Haruskah ia menggunakan pakaian ini sekarang? Tapi, Ellina tidak suka. Bagaimana dong?

Kruyuk~~

Ellina memegang perutnya yang terasa lapar. Ck, Kenapa orang-orang disini sangat pelit dan tidak peka, Batinnya bergejolak. Tentu, Ellina sangat gengsi jika dia yang harus meminta makan pada mereka.

Tidak, Ellina tidak ingin itu terjadi, Ellina tidak akan mengampuni dirinya sendiri sampai hal itu beneran terjadi.

Kruyuk~~

PEDULI SETAN! PERUTNYA KERONCONGAN, DIA TIDAK AKAN MEMILIH KELAPARAN SEBAGAI PENYEBAB KEMATIANNYA!

Elline segera keluar dari tempatnya, Mencari Evye, semoga gadis itu berhasil ia temukan. Karena hanya Evye yang ia kenal dan ketahui saat ini.

"Dewi." Ellina menoleh.

Kebetulan sekali, Evye ternyata hendak membawakan makanan kepadanya. Ellina mengajak Evye untuk masuk kedalam tempatnya.

"Astaga! Kenapa kalian lama sekali membawakanku makanan? Aku sangat lapar." Tukasnya.

Evye hanya diam, mata gadis itu tak lepas memperhatikan bagaimana cara Ellina melahap makanan itu dengan giat.

"Evye, Aku butuh minum!" Pekik Ellina, ia terburu-buru makan sehingga makanan yang masuk malah tertahan dikerongkongan.

"Uhuk--uhuk." Ellina terbatuk, dadanya terasa sakit dan nyeri.

"Pelan-pelan Dewi." Ucap Evye, memperingati Ellina agar lebih tenang dalam makan.

Ellina mendelik, Mendengar Evye kembali memanggilnya dengan nama, "Dewi." Membuat perempuan itu kesal.

"Namaku Ellina, Kalau kamu lupa." Evye menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Setelah makan Ellina malah ingin ikut kemana Evye pergi membawa bekas makannya. Evye beberapa kali menolak, dan mengatakan kalau Ellina tidak diizinkan keluar kamar tanpa seizin ketua.

"Haish! Aku bosan disini, Aku ingin melihat keindahan alam kalian." Tukas Ellina tak mau kalah.

Akhirnya Evye membiarkan perempuan itu mengikutinya. Ellina memperhatikan pria yang sempat masuk kedalam kamarnya, Pria yang sama dan mengatakan kalau besok malam akan menikahinya.

"Evye." Panggil Ellina.

Perempuan itu menghentikan langkahnya, "Ada apa?"

"Siapa Pria itu?" Tanya Ellina, Menunjuk kearah pria berbadan tegap, yang tengah berbincang dengan salah satu dari mereka.

Evye malah menatap terkejut kearah Ellina, ketika perempuan itu berani menunjuk pria yang diseberang sana.

"Maaf Ellina, Dia bukan orang sembarangan yang bisa kamu tunjuk." Ellina segera menurunkan tangannya.

"Dia ketua kami, Eyden."

###

Eden (re: Eyden)

Not Eden oke wkwk