Chereads / Foxy Lady And Mr. Tiger / Chapter 7 - Ku kira kawan ternyata lawan

Chapter 7 - Ku kira kawan ternyata lawan

"Anda berniat membuat kebohongan? Yang benar saja, kalau memang kenyataannya Ellina menghilang karena tidak selamat bagaimana?!"

Nafas Yorsa terasa memburu ketika mendapat berita kalau sekarang Ellina sakit. Sehingga tidak bisa menerima tawaran proyek apapun, namun yang menjadi pusat kemarahan Yorsa adalah kenapa direktur agensinya itu berbohong.

Kalau memang benar Ellina menghilang dan masih hidup, lalu kalau Ellina menghilang karena tidak ditemukan jasadnya, Apa yang akan dipertanggungjawabkan?!

"Santai saja, yakin kalau Ellina pasti kembali."

"Santai, santai, mana bisa seperti itu Pak. Justru kami akan kesulitan meminta pihak berwajib mencari tau dimana Ellina karena berita ini."

Gerry mengangguk paham, namun setelahnya dia bangkit dan menepuk pelan bahu Yorsa. Seakan mengisyaratkan bahwa tidak ada jalan lain untuk dilakukan.

Yorsa keluar dengan ekspresi penuh emosi, matanya menatap nyalang ke arah Vernon yang sedang menelan ludahnya gugup.

"Apa lihat-lihat!"

"Santai, aku hanya melihat sekilas," balas Vernon.

"Cepat pergi, kita harus ke kantor polisi."

Yorsa menarik kerah baju Vernon untuk ikut dengannya. Ditambah lagi sekarang mereka harus melewati salah satu artis yang menjadi saingan Ellina di dunia hiburan.

"Oh, nona Yorsa!"

Langkah wanita itu terhenti dan dia berbalik ke belakang, mendapati seorang wanita dengan pakaian anggun yang terbuka berwarna cerah, mendekat ke arahnya.

"Saya dengar Ellina sekarang sedang sakit. Sebentar lagi dia di operasi, saya bertanya untuk audisi dia pada film garapan sutradara Kim. Apa dia akan datang?"

"Nona Cecil, ini wak--"

"Tunggu sebentar, saya harus mengkonfirmasi sesuatu," potong wanita yang diketahui publik bernama Cecil itu.

Yorsa menatap jengah ke arah Cecil, kemudian menarik kedua sudut bibirnya ke atas seraya mengangguk. Bukankah sudah jelas apa yang dikatakan oleh direkturnya?

"Iya, dia ada operasi hari itu sehingga tidak bisa mengikuti audisi. Kalau memang nona mau, Nona Cecil bisa mengambil alih kesempatan itu, katakan pada si tua Gerry untuk kelanjutannya."

Cecil tersenyum penuh arti seraya membungkukkan tubuhnya sopan, sebelum pergi dia sempat berkata ingin menjenguk Ellina namun Yorsa menjawab kalau Cecil tidak perlu datang.

"Apa yang kamu lihat?" Tanya Yorsa galak ketika mengalihkan pandangannya ke arah Vernon.

"Cecil memang secantik itu, tapi Nona Ellina jauh lebih cantik. Rambutnya gelombang panjang alami."

"Sudah selesai mengaguminya?"

Vernon tersadar dan buru-buru menganggukkan kepalanya sebelum wanita di hadapannya ini salah sasaran.

"Cepat kita harus segera ke kantor polisi!"

Mereka bergegas menuju kantor polisi, hendak melaporkan Ellina yang menghilang. Berharap Ellina bisa ditemukan dalam keadaan selamat.

Diperjalanan Yorsa tidak berhenti memanjatkan doa, entah apa bunyinya yang jelas Yorsa berharap ada kabar baik.

"Saya manajer pribadi nona Ellina, saya mau melaporkan bahwa Ellina sudah menghilang sekitar tiga hari, CCTV memantau dia terakhir kali dilihat di area puncak."

Sang polisi yang mendengar itu sempat mengernyitkan dahinya. Bagaimana bisa Ellina sang aktris menghilang di saat banyak berita beredar kalau si aktris papan atas sedang dalam kondisi di sakit.

Vernon segera menarik Yorsa untuk berbisik. Seakan tau kalau sekarang polisi di depannya tengah meragu ketika mendengar ucapan Yorsa.

"Sepertinya dia tidak percaya, lihat layar televisi bukankah itu berita tentang Nona Ellina?"

"Ck, kalau begini apa dia akan percaya?" Yorsa merasa kesal.

"Pak, tolong dengarkan saya. Apa yang ada di berita tidak benar, karena kami sedang menutupi keadaan yang sebenarnya. Tapi Ellina aslinya memang tengah menghilang."

Pria berbadan kekar itu sempat serius mendengarkan. Meminta keterangan lebih lanjut soal hilangnya Ellina. Yorsa juga meminta agar pihak kepolisian merahasiakan masalah ini dari media.

"Tidak masalah, saya akan merahasiakannya. Ah, setelah itu apa saya boleh minta tanda tangan Nona Ellina. Putri saya sangat mengidolakan beliau."

Yorsa tersenyum, "tentu saja boleh, kalau Ellina sudah kembali, anda bisa mengajak putri anda mengambil foto bersama."

Setelah berhasil keluar dari kantor polisi. Yorsa tampak mengerang frustasi, merasa marah pada pria paruh baya sialan itu!

"Kalau saja dia tidak menyebarkan kabar seenak jidat, mungkin kita tidak perlu berlama-lama di sini!"

Vernon mengangguk setuju, "lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?"

***

Pada akhirnya Ellina merelakan diri melepas status lajangnya yang selama ini mendera. Kata pemuka itu Ellina dan Eyden resmi menjadi pasangan suami istri.

Rasanya Ellina ingin menangis saat ini juga. Bagaimana bisa pernikahannya akan digelar sesederhana ini? Setidaknya seluruh dunia harus tau!

Dia melirik malas ke arah Eyden yang kini menikmati acara sesembahan untuk pernikahan mereka. Pakaian Eyden terlihat rapi dengan balutan rompi berwarna merah.

Merah adalah lambang keberuntungan di sini. Bahkan di kota besar juga melihat merah sebagai warna keberuntungan.

Hanya saja semenjak dia resmi menikah, ada satu tatapan wanita yang selalu menatap tidak suka dan tajam ke arahnya.

Ketika Ellina menatap balik, wanita itu akan memalingkan wajahnya. Seakan tidak pernah melemparkan tatapan itu kepada Ellina.

"Bagaimana Ratuku, kamu menikmati acara pernikahan kita?"

Ellina tersentak ketika tangan besar itu menyentuh tangan mungilnya. Ketika Ellina menoleh dia melihat Eyden dengan wajah berseri bertanya padanya.

"Ah---ohh tentu saja. Acaranya sangat meriah dan bagus. Sayang sekali aku tidak begitu mengerti dengan lagu kalian hahaha."

Pria itu hanya tersenyum ketika membalas ucapan Eyden. Ellina bahkan masih merasa genggaman pada tangannya.

Seakan tidak ingin lepas, Ellina membiarkan tangan Eyden mengurung tangannya di dalam kehangatan di sana.

"Setelah ini, Raja Eyden harus menunggu waktu yang tepat untuk melakukan ritual memberi penerus, waktu bulan purnama yang akan terjadi dimalam ketiga minggu ini."

"Apa itu memberi ritual penerus?" Tanya Ellina kepada Eyden.

Pria itu menjawab dengan penuh keramahan, "ritual membuat anak tentu saja."

Ellina membulatkan matanya tidak percaya, "ma-maksudmu ... Kita bercinta?!

Pria itu mengernyitkan dahinya, "apa itu bercinta?"

Ellina menutup wajahnya malu, kemudian menggeleng cepat. Dia tidak mau, hari ketiga di minggu ini. Dia akan memikirkan bagaimana cara keluar dari sini sebelum ritual sialan itu!

Setelah acara selesai Ellina hendak kembali ke tempatnya, namun tidak sengaja bersinggungan dengan wanita yang sempat memberikannya tatapan tajam tadi.

"Tunggu sebentar, kita perlu bicara," ujar Ellina yang membuat wanita itu terlonjak.

"Ra-ratu, apa yang anda?"

Ellina menarik tangan wanita itu pergi, namun Eyve terus mengikuti. Sehingga Ellina sempat menghentikan langkahnya, lalu melirik Eyve.

"Kamu ingin ikut berdiskusi?"

"Kemana anda pergi, saya harus memastikan keamanan Ratu."

"Tunggu di luar," perintah Ellina.

Eyve hanya bisa mengangguk pasrah dan membiarkan waktu untuk Ellina si anak ketua suku untuk berbicara.

"Katakan, kamu menyukai Eyden kan?" Tebak Ellina.

"Ratu, bagaimana anda--"

"Aku bisa melihatnya, kalau kamu mau kamu bisa bekerja sama denganku."

"Ma-maksud anda, maaf saya tidak bisa."

"Ck, oke kalau begitu."

Mata wanita itu terlihat sayu pada awalnya, namun seakan di isi oleh energi, kini dia menatap Ellina dengan tersinggung.

"Anda tidak mau menikah dengan Raja kami?"

"Bu-bukan begitu maksudku."

"Saya peringatkan anda, bahkan jika anda Ratu. Anda tidak bisa menyakiti perasaan Raja kami begitu saja."

Wah, ternyata wanita ini bukan kawan, melainkan lawan. Padahal penawaran Ellina begitu bagus kan?