Chereads / Foxy Lady And Mr. Tiger / Chapter 5 - Eyden masih cemburu

Chapter 5 - Eyden masih cemburu

Ellina melihat dengan kedua matanya bagaimana Eyden menusuk kedua serigala itu dengan bilah bambu tajam. Mirip seperti tombak, tapi ujungnya merupakan bambu runcing.

Ellina bergidik ngeri, bahkan ketika dia berhasil memberantas kedua serigala itu tampa pun, Eyden kembali mendekatinya kemudian meraih pinggang kecilnya.

Tatapan pria itu terlihat cemas, menyembunyikan beberapa ekspresi marah dan penuh tanya. Membawa Ellina pergi menjauh dari sana.

"Ratu sudah ditemukan!" Teriak Eyden, membuat Ellina sedikit menjauh karena pekikan itu.

Pria itu dengan gampangnya menggendong Ellina ala pengantin baru, memasuki area yang Ellina jauhi.

Banyak dari mereka yang bersorak-sorai ketika Ellina kembali. Benar-benar terlihat sangat aneh, bagaimana bisa mereka bisa bertingkah seperti anak-anak disaat umur mereka dewasa.

"Ratuku, kami mencemaskanmu. Bagaimana bisa anda berada di padang savana."

Ellina mengernyit, "Padang Savana, adalah padang indah yang berbahaya karena letaknya dekat tebing curam dan juga di dekat sana ada sarang serigala," ujar Eyden menjelaskan dengan suara lembut.

Wajah Ellina memerah seperti tomat. Seumur-umur dia belum pernah diperlakukan sangat special dengan pria manapun, bahkan mantannya sendiri.

"Bagaimana kamu bisa berada di sana?"

Ellina mendadak kaku, dia tidak mungkin mengatakan di depan semua orang yang ada di sana, kalau dia berniat kabur dari tempat aneh ini bukan?

Ellina tidak tau harus berkata apa? Dia hanya bersembunyi diperlukan Eyden. Mendengar detak jantung Eyden yang terdengar berdetak dua kali lebih cepat.

"Ratu Kalian sedang lelah, kalian bisa pergi dulu."

"Mengenai pernikahan, besok akan diadakan secara mendadak. Mungkin ritualnya bisa ditunda, namun pengesahannya harus segera dilakukan," tambah Eyden dengan suara tegas.

Ellin merutuki dirinya, kenapa sekarang Eyden memutuskan untuk menikahinya besok. Kalau hal itu sampai terjadi, maka Ellina sekarang akan melepaskan masa lajangnya.

Oh tidak! Bagaimana dengan karirnya. Dia baru saja mendapatkan penghargaan artis berpotensial tahun ini. Ck, sial!

"Ratuku, ini sudah waktunya untuk beristirahat, jika masih takut aku akan menemani Ratuku di sini."

Ellina segera menggeleng dengan cepat, "tidak, aku sudah tidak takut lagi," jawabnya.

Pria itu tersenyum lembut, dia mengangguk. Terlihat tangannya yang masih menyentuh tangan Ellin, seakan enggan untuk melepaskan tangan wanita itu.

Ellina menelan ludahnya gugup, sekarang kenapa dia yang berubah malu karena satu ruangan dengan pria dewasa seperti, Eyden.

"Kenapa kamu masih disini?"

"Menemani kamu sampai tidur."

Ellina meringis, "tidak perlu, aku sudah cukup besar untuk tidur sendiri kan, Hahaha."

Eyden menggeleng, "tidak, aku tidak akan membiarkan kamu pergi. Siapa yang sudah diam-diam menyesatkanmu untuk pergi keluar?"

Ya Tuhan, bagaimana manusia ini bisa terus-menerus berada di sini. Ellina segera membaringkan tubuhnya diatas dipan beralaskan selimut tipis rajut buatan, berbantalkan lengan.

Tentu saja di sini tidak akan seempuk saat dia di rumahnya. Ellina merindukan Bingsay, anjing puddle kesayangannya. Apa dia makan dengan baik di sana?

Ellina membiarkan bagaimana tatapan Eyden padanya. Dia harus terus mengabaikan dan jangan sampai terpengaruh dengan tatapan pria itu.

Tangannya bergerak gelisah mencari sesuatu untuk disentuh. Ellina butuh guling, tapi di sini pasti tidak ada, sementara Eyden masih di sini tidak mau beranjak.

"Merasa tidak nyaman?" Eyden bersuara.

Sepertinya Eyden mengetahui kalau kondisi Ellina tidak baik-baik saja. Terbukti ketika dia masih terjaga padahal Eyden sudah mengawasi Ellina dengan cukup lama.

"Hum."

"Apa yang membuat Ratu tidak nyaman?"

"Kenapa kamu terus memanggilku dengan sebutan Ratu? Kemarin Dewi, sekarang Ratu. Namaku bukan salah satu di antara keduanya," kesal Ellina.

"Panggilan Ratu sudah sangat wajar, karena besok kamu akan menjadi istri dari Raja batu bintang. Otomatis panggilan itu akan terus melekat padamu."

Seakan Ellina yang menjadi antagonis di sini, Eyden menjawab dengan begitu lembut dan perhatian. Menghilangkan kesan, kalau mau bagaimanapun Ellina menolaknya, dia akan tetap maju bersama Ellina.

"Kamu tidak penasaran kenapa aku tiba-tiba berada di sana?"

"Tidak."

"Kenapa?"

Ada keheningan sejenak, hal itu membuat Ellina terpaksa berbalik dan melihat pria itu tengah duduk melamun di ujung sana.

"Kenapa?" Tanya Ellina sekali lagi.

"Mau sejauh apapun kamu pergi, aku pasti menemukanmu. Begitulah konsep dari takdir kita Ratu, sehingga aku percaya kamu tidak akan pernah bisa jauh dariku."

Ellina menghela nafas gusar, ternyata pria dihadapannya ini cukup keras. Ellina memilih berbaring dan memalingkan wajahnya.

"Aku hanya ingin kamu jujur, siapa Bumi?"

"Hah?"

"Aku tidak suka kalau ada pria yang menjadi dambaanmu selain diriku. Ratuku, kamu harus setia pada satu pemimpin, jangan berpindah hati karena hal itu bisa memancing peperangan."

Ellina mendengus sebal, "aku, kamu, dan kita sekarang berada di bumi, dasar bodoh!" Ellina sengaja memelankan suaranya di akhir.

"Bumi ada di sini?!"

Namun sayangnya Eyden tidak memahami maksud ucapan Ellina. Dia malah berspekulasi dengan pemikirannya sendiri.

"Jadi dia yang sebenarnya membawa kamu pergi ke sana, Ratuku!"

Ellina belum sempat membalas, pria itu sudah keluar lebih dulu. Berteriak kencang memanggil seluruh pasukannya di malam yang gelap, meminta semuanya mencari makhluk bernama Bumi.

"Dasar orang-orang aneh!"

***

"Gawat!"

Vernon terbangun ketika mendengar suara pekikan seorang wanita di sebelahnya. Pemuda itu menghela nafas, kenapa paginya begitu berantakan.

"Ada apa?" Tanyanya dengan suara serak.

"Kamu harus tau sesuatu, Pak Direktur kembali menghubungiku. Dia menanyakan keberadaan Ellina karena banyak brand mencarinya."

"Lalu?"

"Dasar bodoh! Tentu saja, kita bisa ketahuan kalau sekarang Ellina sedang menghilang."

Vernon meringis mendapatkan tepukan di lengannya, dia melirik Yorsa yang saat ini sedang kalang kabut sendiri.

Bukankah tadi malam mereka sepakat untuk menghilang, kenapa sekarang Yorsa dengan bodoh menerima panggilan dari bosnya?

Apa gunanya mereka tadi malam tidur di mobil, lalu bangun pagi dengan keadaan seluruh badan yang begitu kaku.

"Lalu sekarang, kita harus bagaimana?"

"Kenapa bertanya padaku!"

"Lalu aku harus bertanya pada siapa?"

Vernon dan Yorsa saling tatap, walau setelahnya Yorsa malah lemas. Dimana dia harus menemukan Ellina yang hilang?

"Apa gak sebaiknya kalau kita kabarkan ke polisi? Sudah dua hari ini Nona Ellina menghilang."

"Tidak semudah itu, kenapa kamu selalu ingin membawa masalah ini ke kepolisian! Pasti nantinya akan tersebar di seluruh penjuru Negeri kalau Ellina menghilang."

"Ya bagus, mereka bisa membantu kita."

"Ya Tuhan, aku tidak bisa berkata lebih panjang lagi kepadamu!"

Vernon berdecih, kemudian memalingkan wajahnya hendak kembali tidur. Namun mobil tiba-tiba melaju dengan kecepatan kencang, Vernon bangkit dengan panik dan melirik Yorsa yang kerasukan setan ketika membawa mobil dengan kecepatan tinggi.

"KAMU INGIN MATI!"

"KALAU KITA BISA BERTEMU ELLINA DENGAN ITU, MAKA TIDAK MASALAH!"

"AAAA! WANITA GILA!"

Sementara itu Ellina harus mengikuti jalan rencana yang tidak diharapkannya. Dimana dia akan menikah hari ini.

"Kenapa banyak sekali orang di sini?" Keluh Ellina ketika seseorang sedang membantunya memasang hiasan kepala yang baru Ellina lihat.

"Tentu saja agar Dewi tidak diculik oleh pria yang bernama Bumi," jawab Eyve.

"Ya Tuhan!"

Ellina mendengus sebal, ditambah lagi ketika dia mendongak. Dia melihat hari-harinya yang berjalan annoying di sini.