Suara gemuruh petir mulai terdengar, rintikan hujan berhambur turun berbarengan ketika Ellina hendak melangkah. Hari yang begitu kelabu, namun Ellina sangat menyukainya.
Kapan lagi dia bisa menyukai hujan? Biasanya Ellina akan merutuki cuaca ketika sedang hujan, karena hanya akan memperlambat proses syutingnya. Tidak tau saja Ellina sudah sangat bersiap ketika syuting.
"Hari ini Hujan, itu berati ... Hmm," gumaman Eyve terdengar di telinga Ellin, Wanita itu sontak menoleh dengan senyum ceria yang tidak bisa dia tutupi.
"Apa sekarang kita bisa kembali?"
"Kembali kemana?"
"Ke dalam, bukankah hari ini hujan besar. Mungkin akan ada badai yang datang, tidak baik berdiri berlama-lama di sini, bukan?" Ujar Ellina.
"Belum lagi seperti katamu tadi, kemungkinan pernikahan ini tidak direstui. Ck, sudah kukatakan dari awal kalau aku---"
"Ratuku!"
Ucapan Ellina terpotong ketika melihat Eyden yang berjalan cepat untuk meraihnya. Ellina kalau bisa ingi lari, tapi langkahnya tertahan ketika mengetahui ada anak tangga licin didekatnya.
"Pemuka bilang, kita bisa menikah malam nanti. Untuk sekarang, kamu beristirahatlah, aku yakin pasti cuaca ini hadir karena kamu masih memikirkan pria lain."
"Omong kosong, bagaimana bisa?" Bantahan Ellina mengundang tatapan tajam dari pria itu, membuat Ellina segera menutup mulutnya dengan rapat.
Ellina tidak akan bohong, kalau sekarang tatapan Eyden begitu tajam dan menusuk. Ellina segera memalingkan wajahnya.
"Jaga Ratu kalian dengan baik! Jangan sampai bumi itu membawanya kembali pergi. Penguasa sedang marah karena ada yang sedang berusaha merubah takdir," ujar Eyden tajam dan lugas sebelum dia pergi meninggalkan Ellina.
Tampak wanita itu menghela nafas lega. Ini pertama kalinya dia merasa ciut ketika dihadapkan dengan pria yang marah. Karena biasanya, Ellina akan memarahi balik pria tersebut.
Eyve juga tampak lega, kemudian menarik Ellina untuk duduk kembali di atas dipan. Ngakunya dia adalah Ratu, tapi tidur beralaskan dipan, padahal dia ingin tidur di kasur nyaman super empuk yang dia import dari luar negeri.
"Dewi, saya belum pernah melihat Raja semarah ini sebelumnya," cicit Eyve seraya menundukkan pandangannya.
"Lantas? Kenapa kamu terlalu heran. Wajar saja, mungkin dia sudah memperlihatkan raut wajahnya yang seperti itu di depan orang lain. Tenang saja, kamu juga tidak dua puluh empat jam bersama dia kan?" Jawan Ellina santai.
Eyve menganggukkan kepalanya paham, "Dewi mungkin saya tidak pantas bertanya. Tapi melihat Raja semarah tadi, apa Dewi benar-benar hendak kawin lari dengan pria bernama Bumi?"
Pertanyaan bodoh itu lagi!
Ellina berdecak sebal, kemudian menarik kedua sudut bibirnya keatas. Menatap sangsi ke arah Eyve. Apa tidak ada hal lain yang dia bisa tanyakan selain tentang Bumi?
"Eyve, biarkan aku bertanya padamu. Apa sebelumnya kamu pernah belajar tentang sistem kehidupan di bumi ini?"
Eyve melebarkan pupil matanya ketika mendengar Ellina mengatakan hal itu kepadanya. Eyve malah terlihat ketakutan.
"Dewi sungguh! Saya tidak pernah mengenal yang namanya Bumi. Saya tidak pernah bertemu, bahkan saya juga tidak tau Bumi itu siapa?"
"Bu-bukan begitu maksudku, aku bukan menuduhmu. Hanya saja Bumi bukanlah orang, walau ada sih beberapa orangtua aneh yang memberi nama bumi kepada anak mereka. Seperti tidak ada nama lain saja, walau begitu terserah mereka juga sih," jelas Ellina panjang lebar.
Ketika dia melirik Eyve, wanita itu tampak beberapa kali mengerjabkan matanya tanda tak paham. Sungguh, saat ini Ellina hanya bisa meringis karena nasib dirinya.
"Kenapa aku harus terjebak di suku aneh ini," ujarnya yang langsung merebahkan diri di atas dipan.
***
Ancaman yang Yorsa terima dari sang atasan membuatnya menyerah. Dia menyeret Vernon untuk ikut menemaninya datang ke perusahaan. Ellina menghilang ketika sedang naik daun, bukankah akan menjadi perbincangan yang sangat hebat.
Vernon tentu tidak mau terlibat masalah besar, namun mau bagaimanapun dia juga salah satu pekerja Ellina.
"Ellina kemana?! Bagaimana bisa dia hilang tanpa kabar begini, tidak tau saja banyak brand yang sedang mengincarnya menjadi juru bicara dan juga ambassador dari mereka!" Tegas sang direktur.
Pria paruh baya yang perutnya sedikit membuncit, lalu potongan rambut yang hampir botak. Tampak seperti pejabat tinggi pada umumnya.
Yorsa terdiam sejenak seraya menunduk. Kemudian melirik ke arah Vernon yang mengendikan bahunya, merasa tidak tau harus melakukan apa? Dan harus berbuat apa sekarang?
"Katakan! Dimana wanita itu, aku sudah sangat berbaik hati mau menurunkan harga diri dengan minta maaf kepada perwakilan brand ternama, kenapa dia tidak datang?"
Keduanya hanya diam dan saling pandang, terlebih sekarang Yorsa yang bingung harus menjawab dengan apa, dia sedang memutar otak mencari jawaban yang tepat.
"Sebenarnya nona---"
"Ellina menghilang!" Potong Yorsa dengan cepat ketika dia melirik tajam Vernon yang mau membongkar lebih dulu.
"Hah?"
Pria paruh baya itu malah tertawa dengan suara nyaring. Mengundang tatapan heran dari Yorsa maupun Vernon. Karena sekarang, mereka mengatakan yang sebenarnya.
"Kalian bercanda! TIDAK MUNGKIN! jangan mencoba untuk menipuku."
"Kalian berdua sengaja menyembunyikan Ellina bukan? Wanita itu pasti berusaha mencari perusahaan lain sekarang, masa kontraknya akan habis dalam satu tahun ini," balas pria paruh baya itu.
Yorsa menggeleng dengan cepat, "apa yang kami katakan memang benar adanya. Ellina menghilang sekarang, dia terakhir dilihat dari CCTV ketika mobilnya melaju menuju puncak," cicit Yorsa pelan.
"Hahahaha ... Ha--"
"Oh Tuhan, bagaimana ini bisa terjadi? Salah satu aktris berbakatku tiba-tiba menghilang."
Pria paruh baya, sebut saja namanya Gerry tampak terduduk dengan pandangan kosong.
"Bagaimana dia bisa menghilang?!"
"Dia tidak mungkin mati kan?"
"Bagaimana bisa kamu membiarkannya sendiri!"
Yorsa menelan ludahnya gugup, "saat itu saya tidak bisa menemani karena ada acara private keluarga Ellina. Jadi Ellina juga tidak ingin saya menemani nya ke sana. Tidak taunya dalam perjalanan pulang, dia malah pergi berbalik untuk ke Villa keluarganya di puncak dan ... Menghilang."
Setelah mendengar kisah lengkap dari staffnya. Gerry tampak pusing dan kini memijat kepalanya yang terasa berdenyut nyeri.
"Dia menghilang di saat yang tidak tepat. Filmnya sukses besar, dan lima bulan lagi akan ada acara penghargaan, bisa dipastikan dia akan mendapat penghargaan itu tahun ini."
Yorsa menganggukkan kepalanya paham, "lalu sekarang, apa yang harus kita sampaikan kepada para media tentang menghilangnya Ellina."
Pria paruh baya itu terdiam sejenak, kemudian dengan semangat mengetukkan tangannya di atas meja.
PTAK!
"CARI! Cari sampai dapat, kalau memang dia hidup bawa dia hidup-hidup kalau dia mati, bawa jasadnya kehadapan saya!"
Yorsa dan Vernon saling tatapan-tatapan dengan ekspresi pasrah. Mereka berharap Ellina masih hidup.
Mereka tidak tau saja, kalau sekarang Ellina sedang duduk diantara banyak orang aneh yang menyanyikan lagu yang aneh juga.
Ellina tidak pernah mendengar ada suara yang sangat sumbang. Lalu mereka berkata ini adalah lagu untuk pernikahan Ellina.
"Ratu, apa kamu menyukainya?"
Ellina menoleh ketika suara lembut Eyden memanggilnya, "biasa saja. Tapi nikmatilah."
Eyden mengangguk paham. Bisa dipastikan sekarang Ellina menghela nafas lelah. Berharap dia bisa menemukan jalan keluar dari tempat ini.