Chereads / Foxy Lady And Mr. Tiger / Chapter 3 - Menghilangnya sang selebriti

Chapter 3 - Menghilangnya sang selebriti

Ellina tidak berani untuk sekedar keluar dari ruangan yang bisa dia sebut sebagai, ruangan merenung. Hal ini tidak akan terjadi kalau saja Evye tidak berulah dan melaporkan tindakan menunjuk sembarangan ketua mereka.

Lagipula, Ellina bersyukur karena tidak perlu melihat pria angkuh yang berusaha menarik dirinya sebagai istri. Ellina saja menolak habis-habisan ketika tua bangka yang sialnya, menjadi Ayah kandung Ellina, berusaha menjodohkannya.

Ellina mendengus sebal. Dia sangat bosan, karena tidak tau harus berbuat apa. Tempat yang disebut sebagai batu berlian ini, membuatnya sedikit merasa aneh.

Apa jangan-jangan, semua penghuni yang ada disini adalah makhluk halus? Cerita itu sangat populer belakangan ini. Ellina bergidik ngeri, dia tidak ingin menikah dengan pria aneh yang mempunyai antek-antek aneh juga.

Apa kedua sahabat kesayangannya tidak mengetahui kalau Ellina sekarang, menghilang?

"Ck, memang tidak bisa diandalkan," gumam Ellina kemudian bangkit dari dipan yang di beri alas bulu tebal, yang mungkin saja bulu serigala, entahlah Ellina juga tidak peduli.

Dia melangkah menuju tempat yang sudah seperti balkon kamar, hanya saja lantainya terbuat dari bambu. Ellina menghela nafas.

Langit sudah gelap, dan dia hanya diterangi sinar bulan. Ellina dan orang-orang aneh yang berada di tempat antah berantah.

"Kapan aku bisa keluar dari sini?" Gumam Ellina, kembali menatap langit dengan raut wajah sendu.

"Tidak."

Ellina terlonjak dan hampir saja jatuh kalau tidak berpegangan pada pagar bambu, ketika mendengar suara berat yang terdengar familiar.

"Ratuku, apa yang membuatmu bersedih?"

Ellina segera menjauh, apalagi ketika pria yang hanya mengenakan sebuah pakaian minim yang terbuat dari bulu domba, mendekat kearahnya.

"Jangan mendekat!" Tukas Ellina galak, dan berusaha menjauh dari pria yang menurutnya aneh.

Tampan sih, tapi kalau dia sangat aneh, sepertinya Ellina tidak akan membiarkan pria itu mendekat.

"Jangan takut, aku adalah calon suamimu."

Ellina ingin menangis saat ini juga, kenapa orang ini sangat percaya diri akan menikahinya. Jelas-jelas Ellina tidak akan mau dan akan memikirkan cara untuk kabur dari tempat ini.

"Aku tidak mau menikah."

"Mengapa?" Tanya Pria bernama Eden tersebut.

Ellina menggigit bawah bibirnya, sekarang apa yang harus dia lakukan? Jelas-jelas pria itu menatapnya penuh cinta dan sedikit kecewa.

Ellina menghela nafas lelah, "Kenapa kamu ingin menikah denganku? Jelas-jelas kamu bahkan belum mengenalku?"

Eden tersenyum lembut, "Tidak ada alasan, lagipula semuanya sudah tertulis di ramalan. Bahwa seorang wanita yang jatuh dari langit akan menjadi pendampingku."

Ellina lantas membulatkan matanya tidak percaya. Omong kosong apa yang sedang dia dengar sekarang? Tolong katakan pada Ellina, apa yang sebenarnya terjadi saat ini?

"Tunggu dulu, apa yang kamu maksud, tempat ini bukan bernama Bumi?"

Sebelah alis Eden sedikit terangkat, "Maksud Ratu, siapa yang sedang Ratu bicarakan? Apa Ratu memiliki hubungan khusus dengan seseorang bernama, Bumi?"

Ellina merutuki ucapannya, "Dasar bodoh! Kenapa hal sesederhana ini, dia bahkan tidak tau?" Ellina membatin dengan tatapan tak mengenakan.

Ketika Ellina kembali menatap Eden, pria itu berubah aneh. Dia terlihat seperti menahan marah dengan ekspresi kesal yang dingin.

"Katakan Ratu, siapa yang Ratu maksud dengan Bumi?"

Ellina menggeleng pelan. Bahkan anak SD saja tau Bumi itu apa? Bukan siapa, tapi kenapa pria dihadapannya ini bahkan tidak tau apa-apa.

"Lupakan!" Balas Ellina galak.

Eden segera menggeleng, ketika Ellina hendak pergi dari hadapannya, pria itu segera menarik tangan Ellina dan membawanya kedalam dekapan pria itu.

Ellina terkejut ketika tubuhnya menabrak dada bidang milik, Eden. Astaga, rasanya Ellina ingin melarikan diri secepat mungkin.

Bukankah hal ini sangat biasa, namun kenapa Ellina malah merasa deg-degan, ditambah pipinya memanas.

"Jangan pernah berpikir untuk memiliki pria lain seperti, bumi itu. Atau---"

"Atau apa?" Pertanyaan menantang itu tak sengaja di lontarkan oleh, Ellina.

"Jangan salahkan Rajamu ini, mengurungmu seharian dan memproduksi banyak keturunan."

Ellina bergidik ngeri dan segera mendorong dada bidang pria itu, dan kembali ke tempatnya dengan menarik kain yang digunakan untuk menjadi selimut.

Eden tersenyum melihat tingkah, Ratunya itu.

***

Yorsa tampak gelisah, karena banyak pihak iklan yang sedang memberikan mereka tawaran. Berkat peran Ellina dalam sebuah Film yang tengah naik daun, Wanita itu menjadi pilihan populer saat ini.

Namun, tidak ada tanda-tanda wanita itu kembali. Yorsa hampir menyerah, karena sepertinya Ellina tidak selamat ketika masuk kedalam jurang.

"Duduklah dengan tenang, aku pusing melihatnya!" Tukas Vernon yang dihadiahi tatapan tajam dari Yorsa.

"Aku tidak bisa tenang, Ellina menghilang! Bagaimana bisa aku tenang, terutama dia sampai sekarang belum ada kabar."

Vernon berdecak, "Bagaimana kalau setelah ini, laporkan saja dia ke polisi atas kasus orang hilang."

Yorsa segera menggeleng, "Enak saja! Tidak mungkin! Bagaimana kalau kabar ini sampai ke telinga media. Bisa-bisa, Ellina marah besar karena karirnya hancur."

Vernon menghela nafas, "Ya sudah, jangan terlalu di ambil pusing kalau begitu. Kenapa susah sekali sih? Kalau dia hidup maka dia akan pulang, kalau tidak ya sudah, maka antarkan dia pulang ke sisi Tuhan."

Pletak!

"Jangan asal bicara! Jika Ellina disini, wajahmu akan bengkak."

Vernon meringis kemudian menyentuh permukaan wajahnya. Dia sempat trauma dengan pukulan Ellina, yang marah besar pada Vernon karena mengerjai pria yang Ellina sengaja kencani.

"Satu lagi, keluarganya jangan sampai ada yang tau. Terutama ibu tiri sialannya itu, karena kalau sampai dia tau, maka harta itu bisa saja jatuh tidak ditangan, Ellina."

Vernon mengendikan bahunya, "Aku tidak tau, maka jangan salahkan aku "

Sementara itu, tampak pria dengan wajah tampan dan tubuh gagah. Duduk dengan para pria lain yang saat ini bergiliran memberikan pertanyaan padanya.

"Apa ramalan yang dikatakan itu akan benar?" Tanya salah satu pria disana.

"Benar, saya sangat yakin. Terutama Dewi memiliki paras yang elok dan rupawan. Dia sangat cocok menjadi sandingan Raja atau ketua kita, Eyden."

Sementara Pria yang sedang dibicarakan, malah terlihat gelisah hanya karena satu nama, yaitu, "bumi" bagaimana bisa Ratunya itu memiliki kekasih lain, selain dirinya.

"Bagaimana Raja, apa anda akan memajukan proses pernikahannya?"

Eyden segera menggeleng pelan, "Tahan dulu, ada hal yang ingin aku katakan pada kalian."

Mereka semua tampak gugup, terutama ketika melihat ekspresi dingin di wajah pria itu.

Gawat! Sesuatu yang tidak beres sedang terjadi saat ini. Maka jangan salahkan, mereka ketika diam.

"Jika kalian tau dan menemukan pria bernama Bumi, cepat katakan padaku. Bawa dia kesini untukku hidup-hidup."

Mereka semua saling pandang, "Bumi?"

Eden menganggukan kepalanya mantap, "Pria itu, kalau perlu bawa dia kehadapanku! Lalu jadikan dia orang yang bersaksi di pernikahanku besok."

Mereka tampak tak yakin dengan ucapan, Eyden. Namun tidak ingin membuat sang ketua tambah marah, mereka menurut.