Chereads / Another Sean / Chapter 7 - Psikopat Kecil

Chapter 7 - Psikopat Kecil

Christoper menuruni anak tangga di teras dan naik mobil. Ia mencengkeram kemudi mobil seakan mencekik leher manusia. Namun karena tak ingin berlama-lama di rumah itu Christoper pun segera tancap gas dan pergi.

Selama di perjalanan ia diselimuti rasa dendam yang kian membabi buta di dalam dadanya. Namun entah bagaimana tanpa ia sadari ia melajukan mobilnya ke tempat yang paling tidak ingin ia lihat meski tempat itu adalah tempat terakhir yang ada di muka bumi.

Ia berhenti di pinggir jalan yang menatap langsung ke pemandangan sebuah laut yang di kelilingi tebing-tebing tinggi. Jalan tempat Christoper berhenti juga berada di atas tebing. Sungguh pemandangan yang indah. Cukup indah untuk membalut cerita penuh luka di baliknya.

Christoper kemudian menoleh ke sisi jalan yang lain. Di sana ada bangunan yang sudah di tinggalkan cukup lama. Itulah panti asuhan tempat ia dan Sean tumbuh. Ingatan Christoper kemudian melayang ke masa lalu.

Christoper dan Sean adalah dua anak kembar yang di tinggalkan begitu saja di depan pintu panti asuhan. Tak ada apa pun yang diberikan orang tua mereka sebagai bekal melainkan dua lembar kain untuk membalut tubuh Christoper dan Sean yang masih bayi.

Beruntung pemilik panti asuhan itu adalah seorang wanita yang baik. Sarah namanya. Dia merawat Christoper dan Sean dengan kasih sayang. Dia menyayangi semua anak di panti asuhan dengan sama rata.

Sean tumbuh menjadi anak yang rajin dan penurut. Hampir semua anak menyukainya karena dia sangat baik dan wajahnya yang tampan bisa dengan mudah membuat siapa pun seperti dihipnotis.

Namun berbeda dengan Christoper. Dia juga tidak kalah tampan. Tapi ketampanannya berbeda. Garis wajahnya lebih tegas dan menyiratkan jiwa yang keras dan penuh ambisi. Dia tidak punya aura teduh seperti Sean melainkan aura yang mengintimidasi.

Christoper adalah anak yang sukar bergaul. Entah bagaimana anak-anak lain merasa takut untuk berdekatan dengannya terutama anak yang lebih kecil darinya. Kalau Sean penurut, Christoper adalah kebalikannya. Dia anak yang punya pendapatnya sendiri dan tidak suka diatur.

Suatu hari Tuan dan Nyonya Oktavius datang ke panti asuhan. Sudah bertahun-tahun mereka berumah tangga tetapi belum juga dianugerahi seorang anak. Saat itu Christoper sedang duduk di belakang panti asuhan sambil memakan sebuah wortel. Ia mendapat wortel itu pun karena mencuri di dapur.

Karena ia mencuri dua batang wortel ia meletakkan salah satu wortelnya ke sebuah kardus bekas yang lebih dulu ia bersihkan sementara ia mengupas wortel yang ada di tangannya. Ia mengupas wortel itu dengan pisau pensil yang kecil sehingga ia tidak perlu membawa pisau dapur untuk bisa mengupas wortel itu.

Tanpa Christoper sadari wortel yang ia letakkan tadi di makan oleh seekor kelinci. Saat melihat hal itu Christoper sangat marah pada kelinci itu dan langsung mengambil batu kemudian melemparkannya ke kepala kelinci itu.

Di sisi lain anak-anak sedang berbaris dengan senyuman mereka yang paling manis karena hari ini mereka berkesempatan untuk mendapat orang tua. Tuan dan Nyonya Christoper langsung terpaku begitu melihat anak tampan yang berdiri di barisan paling belakang.

"Nak, siapa namamu?" tanya Evelyn. Ia langsung terpikat dengan aura Sean yang bagaikan malaikat.

"Nama saya Sean," jawab Sean dengan sopan.

Sarah langsung berdiri di belakang Sean sambil memegangi bahu anak itu. "Dia punya saudara kembar, jika Anda ingin mengadopsi Sean akan lebih jika Anda mengadopsi saudara kembarnya juga," ujarnya dengan nada yang ramah.

Mendengar hal itu Evelyn pun jadi senang. Niatnya ingin mengadopsi satu tapi jika bisa mendapat dua anak setampan itu kenapa tidak. "Kalau begitu di mana saudara kembarnya?" tanyanya.

"Ah, tadi saya melihatnya, tapi..." kata Sarah lirih sambil memerhatikan wajah setiap anak yang berbaris.

"Dia pasti ada di halaman belakang," sahut Sean.

"Kau bisa antarkan aku padanya?" tanya Evelyn.

"Baiklah, tapi, apa Anda benar-benar akan mengadopsi kami?" tanya Sean.

Evelyn tersenyum lembut kemudian tangannya bergerak menyentuh wajah Sean, "tentu saja, anak manis," jawabnya.

Mereka pun pergi ke halaman belakang sambil di dampingi Sarah. Namun ketika sampai di halaman belakang mata Evelyn dan Oktavius dibuat terbelalak dengan pemandangan mengerikan di depannya. Sarah pun tak kalah terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Astaga!" Evelyn berteriak cukup keras.

Di depan sana wajah yang sama dengan Sean sedang memotong-motong seekor kelinci dengan darah hewan lucu itu menodai baju, seluruh jemari dan sebagian wajahnya. Sarah segera menghampiri anak itu di susul Sean.

"Christoper, apa yang kau lakukan?" tanya Sarah, "dia kelinci, hewan yang sama sekali tidak berbahaya, kenapa kau..." Sarah bahkan tidak sanggup meneruskan kata-katanya. Bagaimana bisa anak sekecil itu membunuh hewan yang biasanya disukai anak-anak.

"Dia memakan wortelku makanya kubunuh dia!" jawab Sean membela diri.

Evelyn bergidik ngeri melihat pemandangan itu. Sungguh malang menjadi si kelinci. Hanya karena lapar ia harus mati dengan cara seperti itu. Ia bisa melihat Christoper sangat berbeda dengan Sean. Dia punya sisi yang mungkin saja bisa jadi sangat berbahaya.

Karena Evelyn dan Oktavius adalah keluarga terpandang mereka tidak ingin mengambil risiko dengan mengadopsi Christoper juga. Akhirnya mereka memutuskan untuk hanya mengadopsi Sean.

"Kalian tidak bisa begitu, bagaimana kalian bisa tega memisahkan dua bersaudara itu?" protes Sarah di ruangannya.

"Tapi, kami hanya ingin mengadopsi satu anak saja, tolong, hargailah keputusan kami," jawab Oktavius.

"Tapi bagaimana dengan Christoper, dia pasti akan terluka, Sean juga pasti akan merasakan hal yang sama, mereka tumbuh bersama di sini dan tidak pernah berpisah," Sarah mencoba membujuk Tuan dan Nyonya Oktavius.

"Saya mohon, Anda seorang wanita, Anda pasti mengerti, bertahun-tahun istri saya menantikan seorang anak, sekarang dia bahkan seperti melihat putranya sendiri saat bertemu Sean, mereka berjodoh," bujuk Oktavius.

Mata Sarah kemudian berpindah ke luar pintu ruangannya yang dibiarkan terbuka. Di sana Evelyn tampak sedang bercengkerama dengan Sean di sofa sementara Christoper membersihkan dirinya di kamar mandi. Evelyn tampak sangat berharap Sean bisa dia adopsi.

Sarah menghela napas panjang-panjang kemudian menatap Oktavius lagi. "Baiklah, Pak, saya tidak bisa memaksa, mungkin ini memang sudah takdir untuk Sean dan Christoper," jawabnya akhirnya.

Oktavius bernapas lega. Akhirnya ia bisa mengadopsi seorang anak dan anak itu juga laki-laki sesuai harapannya. Kini ia tidak perlu khawatir lagi dengan siapa yang akan menjadi penerus dalam keluarganya.

Namun amarah Christoper harus terbakar kala ia kembali dari kamar mandi. Sean sudah mengemasi barang-barangnya dan siap untuk pergi bersama Tuan dan Nyonya Oktavius. "Jadi, kalian hanya mengadopsi Sean?" tanyanya sambil berusaha menahan tangis.

"Ya, maafkan kami, Christoper, kami tidak bisa membawamu juga," jawab Oktavius dengan wajah yang dingin.

"Tapi, tapi, kenapa, apa hanya karena aku membunuh seekor kelinci?" air mata Christoper kini sudah memenuhi pelupuk matanya dan siap jatuh kapan saja.

"Christoper, kau jangan khawatir, kita tidak akan benar-benar berpisah, aku akan menghubungimu atau sebaliknya kau bisa menghubungiku, kau bisa tanyakan nomor teleponnya pada Ibu Sarah nanti," sahut Sean.

"Aku tidak mengangka kita akan berpisah dan dengan cara seperti ini," Christoper akhirnya menangis juga.

Sean pun ikut menjatuhkan air matanya, "Christoper, jangan sedih, aku janji suatu saat nanti aku pasti akan datang ke sini dan menjemputmu, kalau kau tidak di sini aku akan mencarimu jadi kita bisa bersama lagi."

"Apa itu benar, kau akan mencariku?" ratap Christoper.

"Tentu saja, hanya kau yang aku punya di dunia ini," jawab Sean sambil menangis tersedu-sedu.

Keduanya kemudian saling berpelukan sebagai salam perpisahan. "Kalau tidak ada yang mau mengadopsiku, aku akan tetap menunggumu di sini," kata Christoper.

"Ayo, Sean, kita sudah harus pergi," kata Evelyn sambil perlahan melepas pelukan Sean dan Christoper.

Pelukan itu perlahan terlepas diiringi tangisan Sean dan Christoper yang tidak akan bertemu lagi entah sampai kapan. Karena pelukan mereka terlepas jemari mereka pun saling terpaut. Evelyn dan Oktavius yang tidak ingin berlama-lama pun melepas genggaman itu sehingga membuat keduanya benar-benar terpisah.

"Tunggu aku, Christoper," kata Sean sambil mengikuti langkah keluarga barunya. Ia menaiki mobil mewah Tuan dan Nyonya Oktavius dan menurunkan kacanya begitu pintunya ditutup.

Saat itu Christoper pun berlari hendak menyusul Sean. Tetapi tampaknya Tuan dan Nyonya bukan saja tidak ingin berlama-lama tetapi juga tidak ingin melihat wajah Christoper. Sean melambaikan tangannya dari jendela ke arah Christoper agar bisa diraih. Namun sayangnya mobil lebih dulu melaju sehingga Christoper harus bersusah payah berlari mengejar mobil mewah itu.

"Sean!" Christoper berteriak-teriak sambil mengejar mobil mewah yang angkuh itu. Ia kalah cepat dan tidak bisa meraih tangan Sean dan malah ia jatuh tersungkur di pinggir jalan. "Sean!" teriaknya lagi untuk yang terakhir kali.

Mata Christoper melihat mobil itu melaju kian menjauhinya dan kini lambaian tangan Sean seakan ditarik paksa masuk ke dalam mobil. Itu adalah terakhir kalinya Christoper melihat saudara kembarnya.