Christoper yang mendengar pertanyaan Amanda langsung tersadar akan perbuatannya yang mungkin saja membuat perempuan itu terkejut. Ia pun kembali mengambil sendoknya dan mengambil suapan terakhir di piring. "Ah, bukan, aku hanya teringat sesuatu di kantor tapi itu bukan apa-apa," jawab dalihnya.
"Kau yakin?" tanya Amanda.
Christoper tersenyum, "ya, aku yakin,' jawabnya.
Amanda meminum air putih dari gelasnya kemudian memakan buah-buahannya lagi. "Aku ingin lebih dekat orang tuamu, banyak yang bilang hubungan antara mertua dan menantu tidak berjalan dengan baik itu sebabnya aku ingin mencoba menjalin hubungan yang baik dengan mereka, jika aku sering ke sana kau tidak masalah kan?" terangnya.
Christoper terpaksa menganggukkan kepala meski keringat dingin sudah mengucur di dahinya, "ya, boleh saja, bagus jika kau menginginkan hal seperti itu," jawabnya.
"Kenapa kau berkeringat?" tanya Amanda yang menyadari kegugupan suaminya. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya lagi.
"Ya, aku sangat baik hanya saja udara terasa sedikit panas," jawab Christoper.
"Tapi aku malah merasakan hawa dingin, tadi aku sempat melihat dari jendela, di luar sudah gerimis dan sebentar lagi mungkin akan semakin lebat," gumam Amanda.
"Ah, aku sangat kenyang sekali, sekarang, mari kita pergi ke kamar dan tidur," ajak Christoper berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Baiklah, kau duluan saja, aku akan bereskan ini," kata Amanda sambil meraih piring di meja.
"Tidak perlu," cegah Christoper memegang tangan Amanda, "kita punya asisten rumah tangga, bukan, biarkan dia yang bereskan semua ini," lanjutnya sambil menggandeng Amanda.
"Tapi, ini hanya sedikit saja, lagi pula dia pasti sudah tidur," sanggah Amanda.
"Kalau begitu biar besok pagi saja dia bereskan ini, aku ingin melanjutkan yang tadi," kata Christoper.
Pipi Amanda menjadi merah padam mendengar hal itu. Tak ia sangka pria yang selama ini tampak sangat sopan dan berwibawa bisa begitu liar dan sangat mendambanya masuk ke dalam peraduan.
Mereka pun beranjak meninggalkan meja makan tetapi saat akan berjalan tiba-tiba Christoper meraih tubuh Amanda dan menggendongnya hingga perempuan itu nyaris berteriak. "Apa yang kau lakukan, aku sangat terkejut," katanya.
"Apa yang kulakukan? Aku sedang memanjakan perempuanku," jawab Christoper dengan santai kemudian membawa Amanda ke kamar untuk melanjutkan malam indah yang disertai dengan gerimis ini.
***
Esok hari akhirnya Amanda sampai di rumah Edwin dan langsung menuju ke halaman belakang di mana ayahnya sering duduk sambil memberi makan ikan-ikan kesayangannya.
Amanda menutup mata Edwin dari belakang bermaksud mengejutkan pria yang tak lagi muda itu.
"Hei siapa ini, berani sekali main-main denganku?" gerutu Edwin.
Amanda pun segera melepas tangannya dan muncul di depan Edwin, "kejutan!" serunya.
"Ah, ayah kira siapa, hampir saja ayah akan mengambil senapan, rupanya kau," ujar Edwin.
"Memangnya ayah kira aku ini rusa yang akan ayah buru di hutan," gerutu Amanda.
Edwin tertawa kecil lalu bertanya, "kenapa kau tidak bilang jika ingin datang?"
"Aku sudah katakan tadi bukan, ini kejutan," jawab Amanda.
"Ayah tidak menyangka kau akan datang secepat ini, ayah kira kau masih ingin berduaan dengan suamimu."
Amanda merengut, "jadi ayah berpikir aku akan melupakan ayah?"
Edwin tertawa lagi, "tentu saja tidak, ayah percaya anak ayah bukan anak yang seperti itu, oh, iya, mana suamimu?" tanyanya.
"Dia harus ke kantor ayah, wajar saja, dia kan sudah memiliki perusahaan sendiri di tambah lagi dia masih membantu orang tuanya mengurus perusahaan keluarga karena orang tuanya yang sudah semakin tua," papar Amanda.
Edwin menganggukkan kepala pelan, "begitulah jika jadi anak tunggal, dia harus menerima segala yang dipasrahkan oleh orang tuanya baik itu suka maupun duka," gumamnya kemudian menatap Amanda, "apa kau tidak papa?" tanyanya.
"Kenapa ayah bertanya begitu, aku sudah menjalin hubungan cukup lama dengan Sean, melihat dia sibuk itu sudah biasa bagiku," jawab Amanda.
Edwin mengangguk pelan lagi, "begitu, ya" gumamnya, "semenjak kau menikah ayah sering kali memikirkanmu, ayah khawatir padamu, padahal ayah tahu suamimu pria yang baik tapi mungkin ini karena ayah belum terbiasa saja berpisah denganmu," ungkapnya.
"Ayah, aku kan sudah bilang aku tidak pergi meninggalkan ayah, aku pasti akan sering datang ke sini," kata Amanda.
"Iya, wajar bukan bila seorang ayah mengkhawatirkan anak perempuannya, sekarang bukan ayah lagi yang menjagamu tapi pria yang kini menjadi suamimu, ayah hanya merasa sebagian dari diri ayah menghilang entah ke mana," tutur Edwin sambil memandangi wajah anak perempuannya.
Amanda tersenyum lalu memeluk ayahnya, "aku sangat beruntung memiliki seorang ayah sepertimu, ayah," ujarnya.
***
Sementara itu di tempat lain, Christoper sedang mengurus bisnis haram yang diturunkan Mathias kepadanya. Kali ini ia harus mengirimkan banyak sekali obat-obatan terlarang ke luar negeri.
Sebelumnya ia biasa menyelundupkan barang haram itu ke dalam sebuah kapal. Tetapi kali ini jumlah barangnya tidak memungkinkan jika di masukkan ke dalam kapal terlebih belakangan ini polisi sedang gencar berpatroli di pelabuhan karena banyaknya aksi penyelundupan melalui jalur laut.
"Jadi, bagaimana sekarang kita akan mengirimkan barangnya, Christoper?" tanya Elmo, rekan Christoper.
Christoper diam sejenak kemudian menatap lurus ke depan, "gunakan kapal selam untuk mengirimkannya," perintahnya dengan nada tak terbantahkan.
Elmo tampak terkejut, "apa, kapal selam? kau bercanda?"
"Gunakan itu atau tidak perlu mengirimkannya," tegas Christoper kemudian melenggang pergi ke ruangan Mathias. Sementara Elmo kini termangu di tempatnya berusaha mencerna perintah Christoper. Meski misi-misi mereka selalu berhasil di tangan Christoper tetapi cara-cara yang pria itu gunakan selalu saja diluar dugaan.
Christoper membuka pintu ruangan Mathias. Ketika dia masuk Mathias secara otomatis membuka matanya. Sudah beberapa minggu ia terbaring di ranjang dengan jarum infus yang menancap di tangannya.
"Kupikir kau sudah lupa tempat ini dan sedang larut menikmati masa-masa pengantin barumu," ketus Mathias dengan suara lemahnya.
Christoper membuang muka tak ingin menanggapi Mathias yang merasa diduakan setelah Christoper dengan tanpa sepengetahuannya berniat balas dendam pada saudara kembarnya. "Kenapa kau tidak juga pergi ke rumah sakit, di sana kau akan bisa dirawat lebih baik?" tanyanya.
"Apa kau mengkhawatirkanku?" Mathias lalu tertawa seolah menyindir Christoper.
Christoper membuang muka lagi tak ingin menatap Mathias. "Cepatlah pergi ke rumah sakit, kondisimu sudah semakin memburuk," pungkas Christoper kemudian pergi meninggalkan Mathias seorang diri.
Christoper menutup pintu kemudian pergi ke balkon dan tertunduk di sana. Sejak Mathias tahu ia berniat balas dendam pada Sean dan keluarga Oktavius, pria tua itu selalu merasa dinomorduakan terlebih setelah kini ia menggantikan posisi Sean sebagai suami Amanda. Mathius makin kerap melayangkan sindiran-sindiran padanya yang padahal itu artinya ia ingin Christoper kembali dan fokus saja pada bisnis Mathius.
Tetapi setelah melihat keberadaan saudara kembarnya, Christoper tidak pernah bisa tidur dengan tenang. Ia selalu dihantui masa lalunya yang menyedihkan akibat ulah Sean dan keluarga angkatnya.
Ditambah lagi setelah ia bertemu Amanda. Ia langsung jatuh hati ketika melihat perempuan itu menuruni tangga sebuah butik. Ia tidak bisa mengusir perasaan itu dan makin tergoda untuk merebut Amanda dari Sean.
Tiba-tiba ponsel Christoper berdering dan ternyata Amanda yang menelepon, "halo, Sean aku sudah akan pergi ke rumah orang tuamu, mamamu bilang papamu sedang tidak di kantor, jadi kami bisa makan siang bersama, aku tidak mengerti kenapa aku gugup sekali padahal sebelum kita menikah aku juga sudah pernah makan siang dengan mereka, haha, andai saja kau juga ada pasti akan lebih menyenangkan," begitu kata Amanda dari seberang telepon.
Mendengar hal itu Christoper pun langsung dilanda kecemasan. Ia khawatir Evelyn dan Oktavius akan membuka mulut dan membeberkan semuanya. Ia pun cepat-cepat pergi meninggalkan markas pekerjaan haramnya dan bergegas menuju rumah Oktavius.