Chereads / Sebuah Harap Tak Selalu Berakhir Baik / Chapter 21 - Sebuah Taman

Chapter 21 - Sebuah Taman

Waktunya pulang sekolah telah tiba, Langit bersama ketiga sahabatnya memasuki area parkiran motor secara bersama-sama. Tapi, saat Langit hendak menaikki motornya dia dibuat bingung ketika melihat sebuah kantung kresek berukuran kecil berada tepat di atas jok motor ninjanya. Langit mengerutkan keningnya, menatap lingkungan sekitarnya dengan tatapan bingung, pasti ada orang yang ingin jahil.

Awalnya Langit tidak berniat membuka kantung kresek tersebut, tapi dia penasaran juga. Alhasil Langit membuka kresek tersebut, betapa terkejutnya Langit saat melihat apa isinya. Sebuah bangkai tikus yang amat bau, bahkan banyak darah membuat Langit merasa mual. Dengan cepat dia melempar kresek berisi bangkai tersebut asal ke jalanan di parkiran.

Raja, Resta dan Alga yang melihat Langit mulai memuntahkan isi dari perutnya segera menghampiri teman mereka itu. Raja menepuk-nepuk punggung Langit agar lelaki itu bisa lebih banyak lagi muntah, supaya lega. Sementara Resta mengeluarkan botol minumnya, sedangkan Alga berlari menuju UKS untuk meminta minyak angin, karena mereka mengira jika Langit muntah seperti itu karena masuk angin.

"Lang, lo gapapa? Lo sakit? Kuat gak pulang naik motor sendiri?" tanya Raja bertubi-tubi.

Resta menyodorkan botol yang ada di genggamannya kepada Langit, tapi belum diterima oleh Langit. "Nih, minum dulu. Gue yakin pasti lo masuk angin nih, atau jangan-jangan lo hamil?" tebaknya asal.

"Aneh lo, cowok gak bisa hamil," komentar Alga yang baru saja datang kembali dari UKS.

Tenggorokan Langit masih terasa tidak enak, dia tidak berniat untuk menjawab ucapan teman-temannya barusan. Napasnya naik turun akibat masih ingin muntah, siapa orang yang tega memberinya bangkai tikus? Apakah orang tersebut tak tahu kalau Langit mempunyai phobia yang besar terhadap darah? Langit harus mencari tahu, siapa orang yang sudah membuatnya sampai seperti ini.

Raja menatap Langit khawatir. "Gimana Lang? Mau pulang sekarang?" tanyanya lagi.

Langit menganggukkan kepalanya pelan, lalu menjawab, "Iya, gue mau pulang sekarang. Tapi kalian anter gue sampe rumah bisa gak? Ikutin dari belakang aja takutnya gue pusing, ntar celaka bahaya."

"Siap Lang, bisa kok. Yok sekarang supaya lo bisa istirahat," ajak Alga.

Akhirnya mereka semua mulai menaikki motor masing-masing. Setelah siap, motor Langit maju terlebih dahulu membelah jalanan Kota Jakarta yang cukup padat karena hari sudah sore jadi banyak pekerja maupun anak sekolah yang baru saja pulang. Selama perjalanan Langit melamun, dia sampai tidak fokus ke jalanan depannya. Sampai akhirnya Langit harus mengerem motornya secara mendadak karena ada seorang perempuan yang hampir saja dia tabrak, ketika sedang menyeberang jalan.

Motor Langit berhenti di tengah-tengah jalan dan hal itu menimbulkan kemacetan, Raja segera membawa Langit ke sisi jalan dan membelikannya minum, dibantu oleh Resta dan Alga. Sementara perempuan yang tadi hampir ditabrak Langit turut ikut ke sisi jalan, dia kelihatannya shock wajahnya juga pucat. Wajahnya sangat mirip dengan Sahara, sahabat Vallerie yang katanya sudah meninggal, sekaligus cinta pertama Langit.

"Lain kali, kalau naik motor hati-hati dong! Kalau tadinya gue mati, gimana!? Apa lo mau tanggung jawab!?" omel perempuan yang tadi hampir ditabrak oleh Langit.

Langit menundukkan kepalanya, kedua matanya terpejam erat, sementara kepalanya dia sandarkan ke pundak Raja. "Maaf, gue tadi gak sengaja. Yang penting lo juga gapapa, tapi kalo ada apa-apa hubungin aja gue di instagram. Nama instagram gue @langlang.it21," paparnya.

Perempuan tersebut tidak peduli dengan paparan yang baru saja keluar dari mulut Langit. Dia melengos meninggalkan Langit dan teman-temannya, tidak mau berurusan dengan anak berandalan seperti Langit karena pasti bisa membuatnya merasa capek, sekaligus seperti diteror oleh penjahat. Namanya hidup, harus bisa berjaga-jaga jika sudah tahu orang itu tidak baik, jangan didekati.

"Wah parah tuh cewek, gak sopan pergi tanpa permisi kayak jailangkung," komentar Resta.

"Udah biarin aja, sekarang bantu gue berdiri. Biar motor gue nanti ada yang ambil, lo Raja anter gue sampe rumah." Lalu, Langit berdiri dibantu oleh Raja dan berjalan menuju motor Raja yang tempatnya tak jauh dari posisi mereka duduk tadi.

***

Hari ini, Vallerie pulang sekolah diantar oleh Angkasa sampai benar-benar tepat di depan kediamannya. Angkasa membantu Vallerie turun dari motornya, kebetulan hari ini motor yang Angkasa pakai ke sekolah adalah motor matic jadi Vallerie tidak kesulitan untuk naik atau turun. Vallerie sangat berterima kasih kepada lelaki remaja berusia delapan belas tahun itu, karena tanpa Angkasa mungkin Vallerie akan kesulitan untuk pulang.

Kediaman Vallerie tampak sepi, sepertinya Ragil dan Nasha masih berada di kantor. Vallerie mengajak Angkasa untuk ke taman terlebih dahulu yang tempatnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Vallerie. Rencananya di sana Vallerie akan memberikan sesuatu kepada Angkasa sebagai bentuk tanda terima kasih dirinya, karena sudah selalu diperhatikan oleh lelaki itu.

Sesampainya di taman, Angkasa dan Vallerie sama-sama duduk di bangku taman panjang yang ada di sana. Taman sudah tidak terlalu ramai lagi karena hari sudah sore, Vallerie merasakan angin sore menerpa wajahnya, sejuk. Sayangnya dia tidak bisa melihat pemandangan di taman seperti dulu, hanya mimpinya saja yang ketinggian untuk bisa melihat alam sekelilingnya lagi.

"Eh, Kasa. Kamu mau susu gak? Kebetulan aku bawa dua susu," tawar Vallerie ketika teringat dengan tujuannya mengajak Angkasa ke taman.

Angkasa mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. "H-hah? Gimana?" tanyanya, mendadak pikirannya dibuat ambigu dengan penawaran Vallerie.

"Kamu mau susu gak? Aku bawa dua susu enak loh," tawar Vallerie lagi.

Angkasa meneguk salivanya susah payah, dia menatap ke arah dada Vallerie. Ternyata Vallerie tidak sepolos yang dia lihat, pikirannya sudah sangat dewasa. Angkasa menggelengkan kepalanya pelan, lalu bangkit dari posisi duduknya dan berjalan mondar-mandir di depan Vallerie.

Vallerie mengerutkan keningnya. "Mau gak? Kalau mau nih keluarin dari tas aku," titahnya.

"Oh, dari tas ya, hehe." Angkasa duduk kembali di samping Vallerie dengan perasaan malu.

"Iyalah dari tas, emang kamu kira dari mana?"

"Enggak."

"Ya udah nih ambil."

Vallerie melepas tasnya, kemudian memberikan tas ranselnya itu kepada Angkasa. Sesuai perintah Si Pemilik tas, kini Angkasa mulai mencari susu yang Vallerie tawarkan tadi. Ternyata benar, di dalam tas itu terdapat dua buah susu kotak dengan rasa plain. Astaga, pikiran Angkasa kenapa tadi bisa melayang ke mana-mana?

Benda yang dicari Angkasa sudah didapatkannya, Angkasa kembali menutup tas Vallerie. Tapi ketika dia hendak menutup tas berwarna cokelat tersebut, pandangannya terhenti pada sebuah foto keluarga yang ada di dalam tas itu. Foto Vallerie ketika kecil, bersama seorang wanita yang pastinya itu bukan Nasha, di balik foto tersebut terdapat sebuah alamat.