Kedua bola mata Nasha membulat sempurna, dia hendak melayangkan satu tamparan mulus di pipi kiri Vallerie tapi dengan cepat Bagas menahan tangannya. Bagas menghempas tangan Nasha kasar, dia tidak suka melihat orang tua yang bersikap kasar kepada Anaknya sendiri, apa lagi di tempat umum seperti sekarang ini.
Wajar jika Vallerie bersalah, maka Nasha bersikap kasar. Tapi dari kata-kata yang didengar oleh Bagas, justru Nasha yang bersalah dalam hal ini. Sekarang, Bagas dan Nasha menjadi sorotan orang-orang di rumah sakit. Nasha memegang lengannya yang terasa sakit karena dihempas kasar oleh Bagas. Anak remaja jaman sekarang memang tidak sopan, berani bersikap kasar kepada orang tua.
"Berani kamu sama orang tua?" bentak Nasha.
Bagas menatap Nasha tajam. "Saya berani karena tante kasar sama anak sendiri. Apa kata Vallerie tadi kayaknya bener, tante cuma mau jadi pahlawan kesiangan buka ayahnya Vallerie 'kan?" tuduhnya.
"Udah, Gas. Tenang aku bisa hadapin bunda sendiri," papar Vallerie.
Bagas tidak terima, dia tidak akan membiarkan Vallerie lebih lama lagi berada di rumah sakit, sesuai perintah Angkasa. Bagas menarik lengan Vallerie sekaligus tongkat yang biasa Vallerie pakai, membawa gadis itu ke tempat parkir motor. Kemudian Bagas memakaikan helm kepada Vallerie, dia akan langsung mengantarkan gadis itu pulang saja.
"Gas, jangan langsung pulang. Masalah aku sama bunda belum selesai," pinta Vallerie.
Bagas menggelengkan kepalanya cepat, kemudian menjawab, "Gak, kita pulang aja. Gue gak mau kalau bunda lo sampai main tangan sama lo. Lagi pula, dia itu jahat ngapain juga ditemenin, sekarang lo harus langsung pulang nurut sama gue."
"Ih, tau ahk terserah lo aja." Embusan napas kasar keluar dengan mulus dari hidung Vallerie, wajahnya kusut.
***
Malam-malam ketika Vallerie dan Isyani sedang melaksanakan makan malam tiba-tiba saja kedengaran suara seseorang mengetuk pintu. Isyani menghentikan aktivitas makan malamnya terlebih dahulu, untuk melihat siapa orang yang datang. Sementara Vallerie masih setia berada di meja makan dengan perasaan penasaran.
Pintu utama terbuka lebar, menampilkan sosok lelaki berwajah datar berdiri dengan posisi kedua tangan dilipat di depan dada. Dia adalah Langit, Isyani kaget melihat kedatangannya karena dia tidak tahu siapa remaja yang ada di depannya saat ini. Isyani hendak menutup kembali pintu yang dibukanya, tapi Langit dengan cepat menahannya.
"Tan, jangan ditutup. Saya Langit pacarnya Vallerie," papar Langit.
Isyani menatap Langit penuh selidik. "Beneran? Kalo gitu mari masuk, biar tante panggil dulu Vallenya," ajaknya dengan ramah.
"Makasih tante," ucap Langit sopan.
Isyani hanya menjawab dengan anggukan kepala saja, setelah itu dia kembali ke ruang makan dan memberi tahu kepada Vallerie bahwa Langit sedang menunggunya di ruang tamu. Vallerie meneguk ludahnya susah payah, kenapa manusia kejam itu harus datang?
Tidak ada niat Vallerie untuk menemui Langit, dia setia duduk di tempat duduknya sembari memakan sushi yang dibeli Isyani tadi siang. Vallerie melahap sushi tersebut dalam diam, Isyani bingung harus membujuk dengan cara apa lagi agar Vallerie mau menemui Langit.
"Vall, kamu gak kasihan sama Langit? Kasihan loh dia udah datang malam-malam, temuin gih bentar aja." Isyani masih terus berusaha membujuk Vallerie.
Vallerie menundukkan kepalanya, menggelengkan kepalanya pelan. "Gak tan, aku gak mau ketemu dia. Bilang aja aku gak enak badan jadi harus cepet tidur," tolaknya cepat.
"Oke ya udah, tante bilang dulu ya sama dia," jawab Isyani pasrah.
Isyani tidak dapat memaksakan Vallerie, dia sudah bisa menebak pasti hubungan Vallerie dengan Langit sedang tidak baik. Akhirnya Isyani kembali datang menemui Langit seorang diri, Langit memejamkan kedua manik matanya sebentar untuk menahan emosinya. Vallerie sudah semakin berani kepadanya, pasti itu karena Angkasa.
Langit mengembuskan napasnya secara kasar. "Vallerienya gak mau ketemu aku ya, tan?" tebaknya asal.
"Iya Lang, maaf ya. Tante gak bisa paksa dia," jawab Isyani merasa bersalah.
"Ya udah tan, kalo gitu saya pulang dulu ya. Titip pesen buat Vallerie, hari Senin temuin saya di taman belakang sekolah, makasih sebelumnya." Lalu, Langit meninggalkan kediaman Vallerie. Tapi sebelum itu dia menyalami punggung tangan Isyani terlebih dahulu.
Ada rasa kasihan kepada Langit, saat Isyani melihat raut wajah sedih Langit. Sayang sekali Isyani termakan drama Langit, raut wajah sedih itu hanya pura-pura saja agar Isyani tidak curiga. Setelah Langit benar-benar meninggalkan kediamannya, Isyani kembali menutup pintu rumahnya. Tapi dia masih tetap berdiri di ruang tamu, dengan pandangan yang menatap ke arah luar jendela.
"Mungkin kalo anak laki-laki aku masih ada, sekarang dia sudah sebesar itu," gumam Isyani.
***
Kabar bahagia Vallerie dapat pagi-pagi sebelum berangkat sekolah. Yaitu Ragil dikabarkan sudah semakin membaik hanya tinggal menjalankan beberapa perawatan saja agar lebih baik lagi. Vallerie berangkat ke sekolah dengan bahagia, diantar oleh Isyani sampai masuk ke kelas. Kejora, Nara, Bagas dan Joko menyambut kedatangan Vallerie dengan bahagia. Hari ini akan ada misi lagi untuk menjahili Langit.
Namun tidak seperti biasanya, hari ini Angkasa turut bergabung di meja mereka. Kebetulan Angkasa gabut di kelas, sementara kedua sahabatnya sedang bermain basket sambil menunggu bel masuk berbunyi. Hari ini adalah hari pertama murid SMK Indonesia Raya menjalankan Ujian Akhir Semester satu, banyak murid yang belajar terlebih dahulu sebelum bel masuk berbunyi.
Membicarakan tentang Langit, Angkasa jadi ingat kejadian saat hari Sabtu. Dia ingin turut andil dalam memberikan teror untuk Langit. Agar Langit bisa merasa kapok dan tidak ingin menang sendiri. Boleh Angkasa akui memang wajah Langit lebih tampan dari wajahnya, Langit juga lebih dikenal oleh kaum hawa di sekolah.
"Gue ada ide." Angkasa menjentikkan jarinya semangat. "Gimana kalo kita kempesin aja ban motor Langit?" usulnya.
Kejora menganggukkan kepalanya cepat. "Boleh tuh! Kalo bisa sekalian sama ban motor temen-temennya, supaya mereka gak sombong. Mentang-mentang punya muka ganteng," jawabnya cepat.
"Ih, jangan deh nanti kalau mereka semua salahin aku gimana?" tanya Vallerie khawatir.
Sudah sangat malas bagi Vallerie untuk berurusan lebih panjang lagi dengan Langit, untuk beberapa hari dia memutuskan tidak akan menemui Langit walau kemarin Isyani sudah menitipkan pesan kepadanya agar menemui Langit di taman belakang sekolah, tapi Vallerie tidak akan menemuinya. Biarkan Langit saja yang menunggunya lama di sana, biar dia tahu bagaimana rasanya menunggu.
Angkasa menggelengkan kepalanya pelan, otaknya berputar keras agar bisa mencari ide supaya Langit tidak menyalahkan Vallerie dalam hal ini. Angkasa mengembuskan napasnya kasar kala tidak mendapat ide apa-apa. Mereka tidak tahu, bahwa ternyata sedari tadi Langit mendengarkan semua obrolan mereka dari arah luar kelas Vallerie. Kebetulan Langit hendak meminjam sapu dari kelas itu, tapi dia tidak sengaja mendengar obrolan mereka.