Chereads / Sebuah Harap Tak Selalu Berakhir Baik / Chapter 27 - Perlakuan Kasar

Chapter 27 - Perlakuan Kasar

Sudah sangat malas bagi Vallerie untuk berurusan lebih panjang lagi dengan Langit, untuk beberapa hari dia memutuskan tidak akan menemui Langit walau kemarin Isyani sudah menitipkan pesan kepadanya agar menemui Langit di taman belakang sekolah, tapi Vallerie tidak akan menemuinya. Biarkan Langit saja yang menunggunya lama di sana, biar dia tahu bagaimana rasanya menunggu.

Angkasa menggelengkan kepalanya pelan, otaknya berputar keras agar bisa mencari ide supaya Langit tidak menyalahkan Vallerie dalam hal ini. Angkasa mengembuskan napasnya kasar kala tidak mendapat ide apa-apa. Mereka tidak tahu, bahwa ternyata sedari tadi Langit mendengarkan semua obrolan mereka dari arah luar kelas Vallerie. Kebetulan Langit hendak meminjam sapu dari kelas itu, tapi dia tidak sengaja mendengar obrolan mereka.

Emosi Langit tak tertahankan lagi, dia menghampiri meja Vallerie dan teman-temannya lalu memukul meja tersebut kasar. "Oh, ternyata kalian yang udah teror gue!? Apa maksudnya bangsat!? Gue tahu, berarti bangke tikus yang ada di motor gue waktu itu, ulah kalian juga 'kan!?" tuduhnya.

"Kalo iya kenapa?" tantang Angkasa.

"Beraninya keroyokan lo, banci semua! Dan lo Vall, ayo ikut gue!" Lalu, Langit menarik lengan Vallerie secara kasar.

Tidak akan Angkasa biarkan Langit bertindak kasar kepada Vallerie, dengan cepat Angkasa menarik tubuh Vallerie sehingga tarikan tangan Langit dari lengan Vallerie terlepas. Dia menatap Angkasa penuh emosi, kedua tangannya terkepal siap memberikan satu pukulan mulus di rahangnya, karena tangannya yang terkepal itu kini sudah mulai melayang di udara.

Angkasa maju satu langkah, membalas tatapan Langit tak kalah tajam kemudian berucap, "Apa lo? Mau pukul gue? Sini pukul, jangan beraninya sama cewek doang dong. Gue jadi pengen ketawa, ternyata di sini yang banci bukan gue tapi lo!"

"Jaga ya mulut lo!" bentak Langit.

Langit tidak dapat mengontrol emosinya, dia memberikan satu pukulan di pipi kanan Angkasa, kemudian memberikan satu pukulan lagi di pipi kiri Angkasa. Kejora dan Nara segera melerai keributan yang terjadi antara Angkasa dan Langit, karena mereka tidak mau sampai ada guru yang tahu masalah ini.

Vallerie mendudukkan pantatnya kembali di kursinya. "Kenapa sih, kalian selalu aja ribut, hah!? Jangan bikin masalah mulu! Mau kalian apa!? Bilang!" teriaknya, Vallerie penat mendengar keributan Angkasa dan Langit.

"Yang gue mau? Lo jangan deket-deket sama Angkasa itu aja simple. Jangan lupa temuin gue nanti istirahat di taman belakang, kalo gak datang awas aja," ancam Langit dengan tidak main-main.

Setelah itu, Langit meninggalkan ruang kelas Vallerie dengan wajah ditekuk. Murid-murid yang menyaksikan keributan antara Angkasa dan Langit tadi sekarang sudah membubarkan diri dan menyibukkan diri dengan aktivitas masing-masing. Kejora segera menghampiri Vallerie, lalu memeluknya erat.

"Tenang, Vall. Ada aku, kamu gak usah takut," bisik Kejora tepat di telinga kanan Vallerie.

***

Ujian pelajaran pertama telah selesai, yaitu pelajaran agama. Vallerie teringat dengan perintah Langit pagi tadi untuk menemuinya di taman belakang sekolah. Nara dan Joko yang mengantarnya ke sana, mereka dari jauh memantau agar bisa segera melindungi Vallerie jika Langit ada kemungkinan akan bersikap kasar kepada Vallerie.

Vallerie duduk tepat di samping Langit yang sedang memandang lurus ke arah depannya dengan pandangan kosong. Menyadari ada Vallerie di sampingnya, Langit menolehkan kepalanya ke samping. Dia menatap Vallerie dengan tatapan kesal, bagaimana tidak? Teman-teman Vallerie yang sudah membuat alerginya hampir saja kambuh. Masih baik Langit tidak sampai masuk rumah sakit dan dirawat seperti dulu lagi.

"Lo kenapa sih punya temen brengsek banget? Seharusnya lo bisa dong belain gue?" komentar Langit.

Vallerie terkekeh pelan. "Kamu emang pantes kayak gitu, supaya kapok. Mau sampai kapan sih kamu kasar terus sama aku? Katanya dulu sayang, tapi sekarang apa?" paparnya dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.

"Sayang? Dih jangan geer lo, gue mau pacaran sama lo buat balas dendam doang, sama melampiaskan kekesalan gue ke lo karena udah bunuh Ara," jelas Langit dengan santainya.

Manusia aneh, Langit tidak pernah memikirkan perasaan Vallerie. Tanpa sadar, air mata Vallerie mulai berjatuhan membasahi kedua pipi mulusnya. Jika seperti ini mengapa Langit tidak pernah mau menyudahi hubungan dengannya? Padahal jika mereka berdua putus, mungkin itu akan menjadi lebih baik.

"Tega banget sih, haha. But it's okay, I still love you." Air mata Vallerie mengalir semakin deras.

Langit memutar kedua bola matanya malas. "Gak usah lebay, eh gue baru ngeh ternyata lo buta? Kenapa bisa buta? Jalan gak bener pasti," tanyanya tanpa dosa.

"Gara-gara kamu!" bentak Vallerie, dia kelepasan.

"Berani lo sama gue!?" Langit berdiri, lalu menarik tubuh Vallerie secara kasar untuk turut berdiri juga.

Joko yang menyaksikan hal itu segera berlari mendekati Langit dan Vallerie. Dia menarik tubuh Vallerie pelan agar berlindung di belakangnya. Langit masih saja bersikap kasar kepada Vallerie, egois, kasar, emosian, semuanya ada dalam diri Langit. Lelaki seperti Langit tidak pantas menjadi kekasih Vallerie.

"Jangan kasar sama cewek," tegur Joko. "Lebih baik sekarang lo pergi dari sini, atau gue laporin ke guru?" ancamnya.

Langit menendang batu kerikil yang ada di tanah asal, lalu berucap, "Lebay banget, pahlawan kesiangan lo dasar. Tanpa lo suruh gue juga bakal pergi, dan lo Vallerie awas aja. Lo gak akan pernah bisa bebas dari gue, karena gue masih pacar lo!"

***

Flashback on.

Hari ini, sesuai janji Langit mengajak Vallerie pergi main ke taman kota. Langit menjemput Vallerie tepat di kediaman Vallerie. Penampilan Langit berhasil membuat Vallerie terkagum hari ini, pakaian yang digunakannya serba hitam tapi berhasil memikat hati Vallerie. Kedatangan Langit membuat Vallerie mematung di tempat tanpa bisa berkata apa-apa.

Langit melepas helmnya, kemudian turun dari motor dan berjalan ke arah Vallerie. Senyuman tipis terukir di wajah tampannya. Vallerie menunggunya dengan kegirangan, setelah Langit benar-benar berdiri tepat di sampingnya Vallerie langsung memeluk lelaki itu erat. Langit membalas pelukan Vallerie tak kalah erat, keduanya memang sudah hampir satu minggu tidak bertemu karena Vallerie olimpiade di Jakarta.

Rasanya sudah tidak sabar lagi, Langit menggenggam jemari Vallerie erat lalu mengajaknya ke motor untuk segera pergi ke tempat tujuan yang telah mereka janjikan kemarin malam yaitu taman kota untuk melepas penat di hari libur ini. Sebelum menaikki motor terlebih dahulu Langit memakaikan helm kepada Vallerie.

Perjalanan yang keduanya tempuh hanya kurang lebih sepuluh menit saja karena memang jaraknya dengan kediaman Vallerie cukup dekat, sehingga tidak perlu memakan waktu lebih lama agar sampai ke tempat tujuan, bisa menghemat bensin juga. Vallerie turun dari motor Langit dengan perasaan bahagia, setelah Langit memarkirkan motornya barulah mereka berdua mulai berjalan bersama.