Chereads / Sebuah Harap Tak Selalu Berakhir Baik / Chapter 29 - Rumah Sakit Lagi

Chapter 29 - Rumah Sakit Lagi

Kedua bola mata Ashley terbelalak saat dia melihat sosok yang berdiri tepat di halaman rumah berukuran cukup besar, rumah siapa lagi jika bukan rumah Vallerie. Ragil yang berdiri di sana, ingatan tentang masa lalunya bersama lelaki yang berdiri di sana kembali terputar di kepala Ashley. Bahkan kejadian saat dulu dirinya lebih memilih meninggalkan Ragil kembali terputar di otaknya.

Langkah Ashley terhenti, Ragil pun sama kagetnya ketika melihat sosok wanita yang dulu sangat dia cintai datang ke kediamannya bersama Anak gadis semata wayangnya. Tapi Ragil berpura-pura tidak mengenal Ashley, dia berlagak seperti tidak tahu siapa perempuan yang sedang mematung itu, sangat pandai melakukan drama.

Ragil berjalan menghampiri Vallerie yang sedang kesusahan berjalan, lalu menuntunnya dan membawa masuk ke dalam rumah. Setelah memastikan bahwa Vallerie bersama Isyani di dalam rumah, pintu utama rumah mewah itu sengaja Ragil tutup. Lalu dia menarik lengan Ashley dan membawanya ke taman yang tempatnya tidak jauh dari kediamannya.

Sesampainya di taman, Ragil dan Ashley sama-sama duduk di bangku taman. Mereka berdua sempat saling diam selama kurang lebih lima menit, karena tidak percaya ternyata mereka berdua dapat dipertemukan kembali. Tapi tidak dengan perasaan seperti dulu, sekarang tidak ada lagi rasa cinta untuk Ragil, begitu juga sebaliknya.

"Kenapa kamu kembali?" tanya Ragil tanpa menatap Ashley.

"Aku juga gak tahu kenapa bisa sampai ketemu kamu lagi, dan aku gak nyangka ternyata Vallerie anak kita? Iya 'kan?" tanya Ashley balik.

Ragil mengembuskan napasnya kasar. "Dia bukan anak kita, tapi anak kamu," koreksinya.

Masih tetap seperti dahulu, entah kenapa Ragil tidak percaya bahwa Vallerie adalah anak kandungnya. Padahal, Ashley sudah berusaha meyakinkannya. Bahkan Ashley sudah mengajaknya untuk melakukan tes DNA tapi lelaki itu malah menolaknya. Jujur saja Ashley sakit hati dengan sikap Ragil yang selalu menuduhnya mengandung anak dari orang lain.

Ashley terkekeh pelan, kemudian berucap, "Ternyata kamu masih sama, kenapa kamu gak pernah mau ngakuin kalau Valle itu anak kamu? Gil, harus gimana sih aku jelasin supaya kamu percaya kalau aku gak pernah selingkuh sama lelaki lain?"

"Gak ada yang perlu kamu jelasin, bukti yang aku dapat dari mama itu udah cukup," tolak Ragil cepat.

Embusan napas kasar keluar dengan mulus dari hidung Ashley. Dia sudah malas jika harus berdebat dengan Ragil, wanita yang berusia sekitar empat puluh tahun itu bangkit dari posisi duduknya lalu kembali ke kediaman Ragil tadi mengambil motornya. Dia meninggalkan kediaman itu dengan berat hati, karena tidak bisa pulang bersama Vallerie.

Sedangkan Ragil masih tak percaya, dengan memandang kepergian Ashley dalam diam, berdiri tepat di depan pagar besar rumahnya dengan pandangan yang masih fokus menatap Ashley bersama motor berwarna merah kesayangannya. Setelah tidak tampak lagi sosok itu barulah Ragil masuk ke dalam rumah. Dia berjalan cepat menuju kamar tidur Vallerie.

"Valle! Ayah peringatkan sama kamu! Mulai besok, jangan dekat-dekat lagi sama guru kamu yang tadi paham!?" Ragil mendobrak pintu kamar Vallerie secara kasar.

Isyana yang mendengarnya kaget bukan main, kebetulan dia berada di kamar Vallerie sedang membantu keponakannya itu mengerjakan tugas. "Ya ampun, bang Ragil buat kaget aja! Ada apa sih? Jangan gini malu sama tetangga!" omelnya.

Ragil tidak mempedulikan omelan Isyani barusan, dia menghampiri Vallerie kemudian berucap, "Awas aja kalo kamu sampai bantah omongan ayah, gak akan segan-segan ayah usir kamu dari rumah, paham!?"

Napas Ragil naik turun akibat menahan emosi, dia keluar kembali dari kamar Vallerie dan menutup pintu kamar Vallerie secara kasar sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Tubuh Vallerie bergetar mendengarnya, batinnya sudah sangat tertekan jika berada di rumah bak api neraka seperti ini.

Tangis Vallerie pecah, dia membaringkan tubuhnya di atas kasur, Isyani mengusap kepala Vallerie lembut, anak sebaik Vallerie kenapa harus mengalami tekanan batin? Padahal jika dilihat dengan anak lain di luar sana, Vallerie tidak seperti mereka justru Vallerie sangat baik dan penurut.

"Vall, tante ke luar dulu ya. Nanti tante antar makanan buat kamu," ijin Isyani tapi tidak ada jawaban dari Vallerie.

***

Pagi-pagi ayam sudah berkokok, Angkasa bangun dari tidurnya dengan semangat. Hari ini rencananya dia akan menjemput Vallerie lagi, entah kenapa rasanya bahagia jika berada di dekat Vallerie. Ingin juga berlama-lama dengan gadis itu tapi sayangnya Angkasa masih tidak paham apakah ini perasaan cinta atau bukan.

Angkasa sudah siap dengan mobilnya, kali ini dia menggunakan mobil agar Vallerie tidak perlu kesusahan naik ke motor. Sebelum berangkat terlebih dahulu Angkasa berpamitan kepada kedua orang tuanya, yaitu Juan dan Silva. Tapi, ketika Angkasa baru saja hendak melajukan mobilnya tiba-tiba suara teriakan dari Juan berhasil menghentikan aktivitas mengemudinya.

"Heh, Kasa! Inget ye, jangan sampai Chika kenapa-kenapa, awas aja kalau lecet karena kena serempet papa gak akan maafin kamu!" ancam Juan.

Silva yang mendengarnya seketika merasa kesal, dia menjewer telinga Juan. "Apa papa bilang? Chika? Siapa itu Chika hah? Selingkuhan papa? Iya? Ih papa, kurang apa sih mama ini!" tanyanya bertubi-tubi dengan perasaan kesal.

"A-ampun ma, anu itu kan Chika tuh nama mobil kita. Papa sengaja pake nama itu biar keliatan cantik," jawab Juan disertai dengan ringisan kecilnya.

Angkasa yang mendengarnya hanya bisa tertawa kecil saja, bahagia memiliki orang tua yang sejak dulu selalu bisa membuatnya tertawa. Angkasa membiarkan kedua orang tuanya itu berdebat seperti anak kecil, langsung saja dia melajukan mobilnya menuju kediaman Vallerie. Perjalanan yang ditempuh Angkasa tidak jauh, mungkin hanya memakan waktu kurang lebih sebelas menit saja.

Sesampainya di rumah Vallerie, Angkasa dibuat bingung karena dia melihat Isyani sedang panik mondar-mandir di halaman rumahnya seperti sedang menelepon seseorang. Perasaan Angkasa mulai tidak enak, dia keluar dari mobil dan berlari kecil menghampiri Isyani. Wajah wanita itu sembab karena menangis tanpa henti.

"Tan, ada apa ya ini? Kenapa tante nangis?" tanya Angkasa cemas.

Isyani menangis semakin menjadi-jadi, lalu menjawab dengan suara bergetar, "Vallerie, dia pingsan setelah ribut dengan Ragil subuh tadi. Boleh tolong bawa Vallerie ke rumah sakit? Badannya juga panas banget, tante takut dia kenapa-kenapa."

"Astaga, oke tan. Vallerie sekarang ada di mana?" Angkasa menatap Isyani penuh tanya, sekaligus tak sabar ingin segera membawa calon gadisnya ke rumah sakit.

"Di kamar"

Kedua kaki jenjang Angkasa berlari menuju kamar tidur Vallerie, tampak sosok Vallerie sedang terbaring lemah di atas kasurnya dengan kondisi kedua manik mata tertutup. Angkasa menyentuh kening Vallerie, suhu tubuhnya sangat panas. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Angkasa segera mengangkat tubuh Vallerie ala brydle style dan membawanya menuju mobil.

"Bertahan Vall, kita ke rumah sakit sekarang," bisik Angkasa tepat di telinga kiri Vallerie.