"Puaskan saya sekarang."
Reva menerjapkan matanya beberapa kali, pandangannya pun tidak lepas dari pria di depannya. Dasi dan jas yang semula terpasang rapih, kini sudah dia lepas dengan kasar lalu membuangnya ke sofa.
Antara ingin sama kaget, tentu saja rasa kaget Reva jauh lebih besar. Sepagi ini? Dalam situasi seperti ini? Situasi yang kapan saja Jihan bisa datang. Setelah melempar jas serta dasinya, Sean menyandarkan pahanya ke meja kerja.
Kini pandangan kaduanya beradu. Sean dengan kabut gairahnya, sedangkan Reva masih dengan kekagetan yang nyata.
"Now."
"A-apa? Aku harus apa? Bukannya kita harus ke rumah sakit dulu?"
"Saya lupa bawa pegaman, ga mungkin juga kita ke rumah sakit sekarang." Sean menarik tangan Reva, menuntunnya untuk menyentuh miliknya yang mulai bereaksi.
Sepertinya dia sangat rindu akan sentuhan Reva.