"Maaf banget ya, Re kalau aku harus pulang."
"Atau mau aku temanin cari makanan dulu?"
Reva yang sejak tadi berjalan di belakang Fian, sontak saja menabrak punggung kekar di depannya karena Fian berhenti mendadak.
"Kamu itu kebiasaan ya, Re? Kanan kiri aku itu lega, kenapa juga kamu jalan di belakang? Pasti kamu lagi ngelamun juga. Kamu kenapa? Mikirin ayah kamu? Re, ayah kamu pria kuat, beliau pasti sembuh." Kedua tangan Fian terangkat menyentuh pundak Reva. Dengan sekali tarikan, tubuh Reva kini sudah berada di dalam dekapan Fian.
Tubuh Reva seketika menegang. Pelukan Fian yanh hangat, sangat berbanding terbalik dengan perasaan Reva saat ini.
Astaga!
Mati sudah.
Sepertinya hidup Reva akan terkena gempuran seandainya Sean melihat ini semua. Sejak tadi mata Reva tidak berhenti mencari, karena pesan terakhir pria itu bilang sudah berada di parkiran. Reva meringis membayangkan wajah Sean yang super dingin.