"Temen lo ga masuk lagi, Nis? Berasa kantor milik pribadi ya."
Nisa terkekeh geli mendengarnya. Biarkan saja, orang galau bebas beruara bagi Nisa. Tetapi apa yang Fian katakan memang benar, hari ini Reva tidak masuk dengan alasan harus ke rumah Jihan.
Definisi yang mau menikah siapa, yang kena imbas ribet siapa. Itulah Reva sekarang. Memang sih Reva sudah kenal Jihan, bahkan Jihan tidak segan menganggap Reva saudara sendiri. Tapi menurut Nisa, agak aneh sedikit.
"Ke mana dia ga masuk?"
"Kenapa lo ga telepon aja sih, Fi? Sehari ga liat Reva lo blingsatan banget ya? Harusnya tadi pagi lo jemput, lo liat di rumahnya dia kayak gimana. Telat kalau jam segini lo nyari dia, mending telepon," sahut Nisa tanpa menoleh ke arah Fian.
Sebetulnya Nisa sangat gregetan kepada Fian, banyak wanita yang mendekat, namun pria itu dengan santai menolaknya. Banyak yang mengejar, tetapi dia sibuk mengejar Reva yang entah hatinya sudah diisi oleh siapa.
"Nis?"
"Hm?"
