"Aku gak suka sama kakak, dan aku pengen kakak pergi jauh – jauh dari hidup aku. Jelas kak Dirgan?" Ungkap Alysa dengan lantang.
Dirgan yang mendengar ucapan gadis itu terdiam sangat lama, suasana di kamar itu seketika hening. Lelaki itu mulai mendekati alysa lalu ia bersimpuh.
"Kalo lo gak suka sama gue, kenapa sikap lo kemarin seakan – akan nunjukin lo ada rasa ke gue Sa?"
Dengan jelas gadis itu menjawab bahwa yang dirinya lakukan hari – hari sebelumnya tidak lebih hanya sekedar balas budi. Mengetahui hal itu Dirgan kembali berdiri dihadapan gadis itu.
"Kalo cuma sekedar balas budi, gak mungkin sejauh itu Sa." Ucap dirgan memastikan.
"Terus kaka harap apa? Aku suka sama kaka? Emang kaka gak sadar selama ini aku selalu jawab gak tahu tentang perasaan aku ke kakak itu artinya emang aku gak ada rasa sedikitpun dan harusnya kaka sadar sama hal itu." Kini Alysa berbalik badan membelakangi Dirgan.
"Satu lagi, semua hal yang aku lakuin ke kaka, itu balas budi aku karena kakak beberapa kali baik sama aku."
Lelaki itu masih tidak percaya walaupun sekarang dirinya sudah merasa kesal terhadap gadis yang ada dihadapannya itu.
Dirgan mencoba memeluk Alysa dari belakang dan membisikan agar Alysa berkata saja dengan jujur, karena lelaki itu yakin apa yang keluar dari mulut gadis itu semuanya bohong. Alysa melepaskan pelukan dirgan dan pergi berdiri didekat jendela.
"Kakak tahu kan pintu keluar rumah ini dimana?"
Dirgan benar – benar tidak percaya gadis itu melakukan hal setega ini kepada dirinya. Ini sangat keterlaluan bagi laki – laki itu. Alysa sangat mengetahui bahwa perkataan dirinya sangat menyakitkan bagi Dirgan.
Namun ini adalah jalan terbaik yang harus gadis itu ambil mengingat bahwa sahabatnya mencintai dirgan, gadis itu juga merasakan sakit yang sama ketika ia mengatakan hal yang menyakitkan kepada laki – laki yang sudah ia sukai. Tetapi memang ini takdir yang harus mereka jalani, karena tidak semua cinta itu tidak ada luka.
Sejak saat itu mungkin dirgan sudah membenci Alysa, gadis itu hanya bisa mendekap dirinya sendiri agar dirinya tetap kuat.
"Maafin aku kak, aku cuma gak mau sahabat aku sakit hati tapi jadinya malah nyakitin kakak. Aku harap kaka gak benci sama aku." Gumam Alysa sambil terisak.
Melihat putrinya sedang menangis Mama alena menghampirinya, Alysa langsung memeluk Mama – nya menjadikan sebagai penopang dirinya. Gadis itu menangis dengan lepas didekapan Mama – nya.
Saat tangisan itu mulai reda, Mama Alena mulai menanyakan apa yang terjadi pada putrinya. Alysa menceritakan apa yang terjadi belakangan ini mengenai dirinya, Dirgan dan Karin. Mama alena mencoba menenangkan putrinya.
"Ini menurut Mama, apa yang alysa lakuin ke Dirgan membohongi perasaan Alysa itu salah, sangat salah karena dirgan akan kecewa. Mama pernah bilang kan ke kamu kalo laki – laki kaya Dirgan jangan di sia – siain. Oke mungkin sekarang kamu mikirin Karin takut dia kecewa, tapi pernah gak kamu coba jujur sama Karin kalo kamu juga suka samaa Dirgan biar kamu tau Karin bakal ngelakuin hal yang sama buat kamu atau engga. Alysa, kadang kita juga perlu sayang sama diri kita sendiri, perasaan itu gak bisa dipaksa. Sekarang kamu berusaha buat deketin Karin sama Dirgan tapi apa kamu mikirin kedepannya kalo Karin tau Dirgan suka ke kamu karena dirgan menolak Karin? Itu bakal lebih nyakitin hati sahabat kamu sayang." Mama Alena mulai menatap putrinya.
"Lebih baik kamu gak bantu mereka deket dari pada nanti Dirgan terang – terangan suka kamu ke Karin. Kamu akan disebut munafik sayang."
Apa yang dikatakan Mama Alena memang ada benarnya, sekuat apapun kita berusaha buat orang lain kalo cuma karena terpaksa akan hancur juga ujungnya.
Ini sedikit membuat alysa kembali berpikir atas apa yang dilakukannya, namun tetap saja gadis itu manusia yang mempunya sifat tidak tegaan yang jika sifat itu berlebihan akan menghancurkan diri sendiri.
Setelah acara berlibur kemarin kini Alysa menghabiskan libur semester dirumah saja menonton drama korea yang sudah menumpuk di laptopnya, keseharian itu saja kegiatan yang akan ia lakukan selain makan, tidur dan mandi.
Alysa sendiri sengaja tidak mengaktifkan whatsapp karena benar benar ingin menyendiri, melihat film yang sesuai dengan dirinya, ia menangis sejadi – jadi nya. Sangat sama kisahnya. Kesedihan itu diberhentikan karena ada panggilan biasa masuk dari Karin.
"Sa, lo kemana aja sih whatsapp gak aktif, gue pengen minta bantuan lo. Gue pengen dinner sama Dirgan. Lo bisa bantu kan?"
"Duh Rin, kalo gitu mendingan lo minta bantuan Raka deh."
Karin merengek saat Alysa menolak permintannya, terpaksa Alysa meng-iyakan dan akan mengatur sendiri agar mereka berdua bisa dinner walaupun berat bagi gadis itu. Dan akhirnya ia mengaktifkan whatsapp nya kembali.
Alysa :
Ketemu jam 7 malem di Café Senja bis ?
Alysa :
Plis, aku maksa. Ada yang mau aku omongin.
Ceklis dua biru.
Pesan yang gadis itu kirimkan hanya dibaca saja oleh Dirgan.
Di sisi lain dirgan yang mendapatkan pesan dari Alysa mendadak senyum sumringah setelah berhari – hari menunjukan wajah malas.
Sengaja Dirgan tidak membalas pesan yang dikirimkan gadis itu agar Alysa semakin merasa menyesal atas kejadian tempo hari. Lelaki itu pun segera pergi mandi dan akan bersiap – siap menemui alysa karena sudah pukul 5 sore.
Alysa :
Rin, tempat kalian dinner di café senja. Gue udah booking menu dan tempat buat pasangan. Good luck!!!!
Selesai mengirim pesan kepada Karin gadis itu pun bersiap – siap ingin jalan – jalan membeli makanan pedas. Mungkin bisa disebut Me Time. Gadis itu memutuskan untuk tidak membawa motor dan lebih memilih menggunakan taksi online.
Kini dirinya sudah berada di tempat makan yang khusus menu pedas. Gadis itu memesan beberapa makanan yaitu Ramen Red, Mie Setan, dan Ayam Fire.
Semua menu tadi adalah makanan dengan level pedas yang paling tinggi. Tak lupa gadis itu pun memesan Susu hangat sebagai pereda pedasnya.
Menu yang Alysa pesan sudah berada di mejanya, ia menyantap Mie Setan terlebih dahulu dan habis tidak tersisa. Lanjut dengan menyantap Ramen Red dan makanan itu pun habis gadis itu makan.
Kini gadis itu sangat merasakan pedas dan hampir menyerah, tetapi gadis itu tetap melanjutkan untuk memakan menu ketiga yaitu Ayam Fire.
Namun saat gadis itu akan menyantapnya seorang laki – laki memberhentikan gadis itu, laki – laki itu adalah orang yang menolongnya saat hujan, masih dengan stelan yang sama dan memakai masker.
"Kamu udah kepedesan jangan dipaksain lagi." Ucap lelaki dengan inisial R itu.
"Kamu Raka bukan?" Laki – laki itu menggelengkan kepala.
"Saya bukan Raka." Jawab laki – laki itu dan pergi meninggalkan Alysa.
Alysa mencoba menyusul laki – laki itu namun ia sudah pergi menggunakan motornya.
Gadis itu terlupa bahwa dirinya sedang makan dan belum membayar makanannya yang membuat seorang pelayan menyusul dirinya. Dengan segera Alysa menuju kasir dan membayar menu yang ia pesan tadi.
Alysa melihat bahwa masih pukul 7 malam ia teringat bahwa Dirgan dan Karin akan melakukan dinner mala mini, café nya pun tidak terlalu jauh dengan tempat alysa saat itu. Gadis itu pun pergi ke café senja untuk memastikan bahwa dinner itu akan berjalan dengan lancar.