"Cemburu dan gengsi itu harus dikendalikan, agar tidak merusak segalanya."
**
Selesai mereka membereskan pagelaran seni itu, Alysa langsung mencari keberadaan Dirgan kembali, entah mengapa rasanya gadis itu harus menemukan dirgan. Gadis itu tidak berhenti menghubungi Dirgan. Hanya perpustakaan yang belum ia kunjungi, Alysa yakin tidak yakin bahwa lelaki itu berada di dalam perpustakan namun hati gadis itu berkata bahwa ia harus masuk mencarinya.
Ia menyalakan lampu perpustakaan yang belum dinyalakan dari pagi, ia masuk dan mulai mencari keberadaan Dirgan. Ia memutuskan untuk mencari ke barisan rak buku novel, karena ia pernah bertemu lelaki itu ada disana.
Sangat beruntung, Alysa menemukan lelaki itu sedang duduk bersandar di rak buku. Gadis itu menyamakan posisi lelaki itu, duduk bersandar di rak buku.
"Seneng hari ini?" Tanya ketus lelaki itu.
"Menurut kakak?" Tanya balik gadis itu sambil menatap Dirgan.
Lelaki itu menatap balik Alysa, kini mereka saling menatap dengan waktu yang sangat lama.
"Ka, aku gak ngerti sama hati aku, aku juga gak ngerti sama sikap kaka. Aku gak ngerti semuanya perihal hati ka." Tutur gadis itu sembari menahan tangisnya.
Dirgan memalingkan tatapannya dari Alysa, ia tidak menggubris penjelasan gadis itu. Lelaki itu sedikit menjauh, menjaga jarak antara dirinya dan Alysa. Melihat sikap Dirgan yang seperti menjauhi dirinya, gadis itu menyimpulkan bahwa lelaki itu mungkin sedang sendiri. Ia mulai beranjak dari duduknya.
"Kalau kakak gak mau aku ada disini, gapapa kak, aku bakal pergi."
Lelaki itu masih diam dan tidak menjawab perkataan Alysa. Gadis itu mulai pergi meninggalkan Dirgan.
"Kenapa tampilan lo kaya gitu tadi sama Raja? Lo sengaja buat gue cemburu?"
Perkataan dari mulut dirgan menghentikannya. Gadis itu kembali menghampiri Dirgan.
"Ka, itu cuma professional aja, aku cuma nampilin doang."
"So? Kenapa harus kaya gitu? Peluk – pelukan ? Lo suka sama Raka?"
Alysa kembali duduk disamping Dirgan, ia menghela nafas yang berat dan menjelaskan mengapa ada tampilan seperti tadi. Tampilan itu disarankan oleh Karin sahabatnya.
Ia juga tidak bisa menolak karena gadis itu hanya ingin menampilkan yang terbaik saja. Alysa juga tidak tahu bahwa ini akan membuat dirgan bersikap seperti ini.
"Tapi lo tahu kan gue yang bakal ada dipinggir panggung. Gue yang bakal setting tampilan lo biar tayang di youtube sama Instagram. Terus kenapa lo gak mikirin perasaan gue setelah lo tahu gue suka sama lo?" Tanya Dirgan.
"Kalau kaka suka sama aku, kenapa selama persiapan ini kaka selalu ngehindar dari aku? bahkan kaka gak nyapa aku sedikitpun?" Tanya balik gadis itu.
Dirgan mulai menganti posisi duduk didepan Alysa, lelaki itu memegang tangan Alysa, belum ada kata yang keluar lagi dari dirgan, Alysa tidak bisa menahan tangis, semua tangisan pecah keluar dari mata gadis itu, ia tidak bisa menahan apa yang ia pendam selama ini.
Dipuncak masa SMA nya ia tidak siap dihadapkan dengan masalah perasaan.
Melihat gadis itu menangis, Dirgan semakin gelisah. Ia mencoba menenangkan gadis itu namun Alysa tidak berhenti menangis, Alysa melepaskan genggaman dirgan lalu ia memeluk lututnya.
"Sa, gue minta maaf, gara – gara sikap gue yang childish lo jadi kepikiran kaya gini. Gue gak bermaksud, gue juga gak tahu apa yang gue lakuin ini bener atau salah. Gue mulai sayang sama lo sekarang bukan suka lagi, gue selalu cemburu liat Raka disamping lo, tapi gue gak bisa apa – apa, gue gak bisa ngerubah keadaan ini karena gue tahu peran kita penting di osis dan gue gak mau citra osis sampe ancur gara – gara ke-egoisan gue."
Dirgan menggenggam kembali tangan gadis itu dan menghela nafas panjangnya, lelaki itu melanjutkan pembicaraan dengan Alysa.
"Sa, lo tahu kenapa waktu itu Raka ada di rumah lo? Dia yang ngambil peran buat ngejagain lo saat itu, dan gue gak bisa apa – apa. Gue masih terlalu naif buat bilang gue suka sama lo ke Raka biar dia tahu hati gue gimana, tapi gue keduluan Raka yang bilang ke gue kalau dia suka sama lo. Gue gak bisa milih antara lo sama Raka, lo berdua sama – sama penting di hidup gue."
Kini Dirgan kembali menyandarkan badannya di rak buku dan menyandarkan kepalanya di bahu Alysa.
"Sa, apa gue harus relain lo buat Raka?"
Alysa menggelengkan kepalanya, ia belum bisa mengambil keputusan saat itu.
"Ka, asal kaka tahu, aku emang ngerasa seneng kalau kak Raka selalu ada di samping aku tapi aku juga ngerasa nyaman ada kak Dirgan disamping aku. Jadi apa yang bisa aku putusin sekarang? Aku aja gak tahu gimana hati aku."
"Denger gue baik – baik, gue baru kali ini sama cewek. Demi apapun terserah lo mau percaya atau enggak. Selama ini belum ada yang bisa ngeluluhin hati gue terkecuali lo. Lo masuk di hidup gue ngasih warna baru buat gue. Sa, saat lo udah siap buat mutusin pilihan lo, plis lo langsung kabarin gue, segera. Apapun yang akan menjadi keputusan lo, gue terima dengan lapang dada. Gue, pengen lo bahagia."
Alysa hanya menganggukan kepala saat mendengar perkataan dirgan. Lelaki itu menatap gadis itu dan tersenyum memberi tahu bahwa ia benar-benar tulus.
Ada pesan masuk dari Raka, ia menanyakan keberadaan Alysa, gadis itu belum menjawab pesannya. Dirgan mengajak Alysa berdiri dan meninggalkan perpustakaan. Jika nanti ada orang yang melihatnya, mungkin Alysa akan menjadi bulan – bulanan siswa. Tetapi, Alysa menahan tangan Dirgan saat ia hendak diajak keluar.
"Can you hug me now?" Tanya Alysa penuh dengan harapan.
Lelaki itu menatap Alysa penuh kasih sayang. "Please.." Mohon gadis itu kepada Dirgan.
Dirgan langsung memeluk gadis itu pada saat ia memintanya. Mereka saling melepas ego didalam pelukan hangat itu. Entah ini akan menjadi pelukan yang pertama dan terakhir atau menjadi pelukan awal hati mereka berlabuh.
Alysa hanya ingin merasakan kenyamanan untuk saat ini, dan pelukan Dirgan lah yang membuat dirinya nyaman. Ia menangis sejadi jadinya didalam momen itu. Sampai akhirnya Dirgan melepaskan pelukannya.
"It's oke Sa, jangan nangis lagi. Semuanya gak harus buru – buru ko." Ucap dirgan sambil menghapus bekas air mata gadis itu lalu membawa Alysa keluar dari perpustakan.
Saat mereka keluar dari perpustakan, Karin sahabat Alysa hendak masuk. Alysa keluar dengan mata lebam dan suara yang sedikit serak Karin menanyakan keadaan Alysa.
Dirgan menjelaskan bahwa Alysa ketiduran di lantai perpustakaan saking capeknya dan Dirgan menemukan gadis itu saat ia akan mengembalikan buku.
Dirgan menggandeng tangan Alysa dan berencana akan mengantar gadis itu pulang, namun ditengah jalan ia bertemu dengan Raka. lelaki itu mengusulkan diri agar dirinya saja yang mengantar alysa pulang, lagi - lagi Dirgan mengalah dan membiarkan gadis itu diantar oleh sahabatnya.
Baru saja ia turun dari mobil Raka dan hendak memasuki rumahnya, Dirgan datang. Ternyata lelaki itu mengikuti dirinya dari belakang.
Dirgan mengajak Alysa untuk berkeliling di malam hari sejenak. Tanpa berpikir panjang gadis itu mengikuti ajakan dirgan. Mereka berdua berkeliling menikmati indahnya malam hari di kota Jakarta, walau mereka sedang rumit dengan hatinya masing – masing, mereka juga harus dengan keadaan tenang memutuskan suatu pilihan apalagi menyangkut perasaan.
Malam ini mungkin malam terakhir bersenang senang sebelum ujian tengah semester dimulai pekan depan.
Dirgan melirik wajah ayu milik Alysa, gadis pujaan hatinya. Senyuman tulus terukir di bibir lelaki itu.
"Gue tahu perasaan ini gak salah, maka dari itu gue akan terus beraniin diri nerima dan nunggu lo." Gumam Dirgan.
Alysa yang samar samar mendengar gumaman Dirgan, memajukan sedikit kupingnya ke arah Dirgan.
"Kakak ngomong sesuatu?" Tanya Alysa yang posisinya di belakang kemudi Dirgan.