Chereads / PERFECT PAIN / Chapter 8 - Chapter 8

Chapter 8 - Chapter 8

Human haven't heart :

Gue gak bisa ke rumah sakit, take care.

**

Tidak biasa lelaki itu mengirim pesan terlebih dahulu kepada alysa, apa mungkin karena hal semalam ia menjadi lebih sedikit luluh dan berani mengirim pesan untuk memulai.

Alysa :

Iya, hari ini ada Karin sama Kak Raka kesini ko.

**

Pesan dari gadis itu tidak dibalas lagi oleh Dirgan. Alysa sekarang menunggu Mama - nya datang menemaninya namun mama alena tak kunjung juga datang padahal ini sudah jam pulang kerja, atau mungkin dia akan lembur.

Ia hanya ditemani oleh Karin dan Raka sekarang, memakan cemilan yang mereka berdua bawakan yang alysa lakukan. Gadis itu teringat sosok lelaki yang memberikan kaos dan jaket saat hujan tempo hari. Ia tidak berani bertanya langsung kepada Raka, pada saat lelaki itu keluar gadis itu menanyakan hal itu kepada Karin sahabatnya.

"Rin, waktu kemarin lusa kaka ada pergi kemana ga sepulang sekolah?"

"Setau gue dia mau nemuin lo, cuma gak tau jadi apa enggak nya."

Gadis itu semakin yakin bahwa lelaki itu adalah Raka, yang berusaha menolongnya. Tetapi yang alysa herankan mengapa perlakuan Raka sangat berbeda. Apa sekarang dirinya berusaha tidak terlalu terang – terangan menyukai alysa seperti yang dilakukan Dirgan ? Huhh, itu sedikit menguras pikiran gadis itu lagi.

Tepat pukul 7 malam Mama Alena sampai di rumah sakit untuk menemani alysa. "Maaf sayang, mama ada lembur tadi."

Alysa hanya tersenyum dan memeluk Mama-nya. Ia tidak masalah bahwa ditinggal lembur toh tadi ada Karin dan Raka yang menemani alysa selama Mama Alena belum kemari.

"Sayang, besok Pak Parjo tetangga sebelah yang jemput kamu pulang, mama minta bantuan dia soalnya mama gak bisa ninggalin kerjaan mama, biar nanti mama bisa cuti dan quality time sama kamu. Gapapa nak?"

"Gapapa ma, alysa ngerti ko, Mama kaya gini juga buat alysa." Jawab alysa dengan penuh ketulusan.

Mama alena hanya memeluk putrinya dan sedikit meneteskan air mata. Ia sangat terharu jika sekarang putrinya sudah beranjak dewasa dan semakin mengerti dengan keadaan.

Alysa memberi tahu kepada Dirgan bahwa dirinya akan pulang kerumah besok, entah dengan keberanian dan maksud apa ia hanya ingin memberi tahu saja walaupun tidak ada balasan dari lelaki itu.

Hari kepulangan Alysa ke rumah pun tiba, sebenarnya gadis itu tidak terlalu mengharapkan dirgan akan mengantarnya pulang karena hari ini adalah hari sekolah biasa. Selesai membereskan pakaiannya ia langsung keluar menuju mobil. Di koridor rumah sakit, dari belakang alysa ada yang tiba – tiba mengambil tas nya, setelah ia menyadari itu adalah Dirgan.

"Kali ini doang gue bolos atas permintaan lo." Ucap lelaki itu.

Alysa sedikit kesal, jelas saja ia tidak bermaksud meminta dirgan untuk bolos, ia hanya memberi tahu kalau dirinya akan pulang. Entahlah Dirgan Aliandra sulit untuk dimengerti.

Di perjalanan tidak ada perbincangan sedikit pun, hanya ada suara bisingnya jalan. Gadis itu sampai di rumahnya, sigap saja pak Parjo dan Dirgan membantu barang – barang yang dibawa oleh alysa, entah itu pakaian dan beberapa bingkisan. Bingkisan lainnya sudah di bagikan yang tersisa hanya bucket bunga dari Raka dan charger yang dibelikan baru oleh Dirgan.

Lelaki itu membelikan charger setelah bermalam di rumah sakit sebelum alysa terbangun dari tidurnya, begitu keterangan dari Mama Alena.

Dirgan juga membantu Alysa untuk sampai ke kamarnya dengan perlahan. Gadis itu kembali berbaring ditempat tidur. Namun lagi lagi lelaki itu membuat ulah.

"Lo tau kan alesan gue disini apa?" Tanya lelaki itu meyakinkan.

Dengan percaya diri nya dia mengangguk. "Karena kaka suka aku makanya kaka disini."

Alysa sangat yakin alasan lelaki itu ada dirumahnya sekarang untuk mengantar gadis itu pulang karena Dirgan menyukainya.

Lelaki itu tertawa mengejek Alysa, jelas jelas bukan itu alasan dirgan kini berada dirumahnya. Ia berniat untuk mengambil proposal pengajuan pagelaran seni yang akan dilaksanakan 1 bulan lagi. Alysa sangat malu mendengarkan alasanya, ia sedikit menutupi wajah cantiknya dengan selimut.

"Ka Dirgan mikir aja gimana caranya aku ngerjain proposal sedangkan aku aja di rumah sakit dan baru pulang. Hari itu juga akua da janji sama Widi Cuma karena hujan jadi batal."

"Oke, gue gak akan nyuruh lo bikin, tapi lo harus ngasih tau gue caranya bikin proposal dan gue yang akan bikinnya. Dan juga gue akan bermalam disini."

Alysa tidak menggubris ocehan dari Dirgan, ia langsung kembali tidur di kamarnya. Karena tidak akan ada gunanya berargumen dengan lelaki itu, ia akan tetap keukeuh untuk bermalam disini dan mengerjakan proposal pengajuan. Karena kelelahan tidak disadari lelaki itu juga tertidur di kamar yang sama.

Dirgan tidur di Kasur lantai dan alysa tidur di tempat tidur. Bak suami istri yang sedang bertengkar, pak parjo hanya tersenyum menggelengkan kepala melihat tingkah sepasang teman itu.

Dering telepon alysa membuat dirinya terbangun, Mama alena hanya memastikan apakah putrinya benar sudah beristirahat dirumah atau tidak. Setelah alysa menutup teleponnya, ia melihat dirgan yang tertidur dikasur lantai miliknya.

"Ka Dirgan baik."

Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut alysa, ia memberikan selimut dan bantal agar tidur lelaki itu sedikit nyaman. Gadis itu keluar dari kamar dan menuju kamar Mama -nya, ia ingin bersih – bersih dan berganti pakaian di kamar Mama Alena.

Dirgan yang menyadari gadis itu tidak ada di tempat tidurnya panik, ia hendak mencari alysa namun gadis itu sudah berada di kamarnya lagi sekarang.

"Kenapa?" Tanya gadis itu kebingungan.

"Lo dari mana?" Lelaki itu bukannya menjawab namun kembali bertanya.

"Aku abis mandi Ka sama ganti baju." Balas gadis itu dan duduk di meja riasnya.

Lelaki itu berdiri di belakang alysa yang sedang duduk menatap cermin.

"Kenapa lagi kak?" Tanya alysa sambil menyisir rambutnya.

"Mau lakuin hal nakal?" Tanya dirgan sambil mengedipkan salah satu matanya.

Sontak saja Alysa menyiku perut dirgan yang membuat lelaki itu kesakitan. Bagaimana pun itu salahnya mengapa ia sangat usil. Tetapi karena kepolosan alysa, Gadis itu meminta maaf atas Tindakan reflek yang menyakiti lelaki itu, namun dirgan adalah seorang yang cerdik ia tidak langsung memaafkan, dia tidak akan membiarkan kesempatan yang akan menguntungkan baginya hilang.

"Oke, gue maafin tapi ganti nama kontak gue di hp lo,"

Alysa sedikit terkejut mengapa lelaki itu mengetahui bahwa ia menamai dirinya kurang pantas, bahkan tanpa nama asli dirinya. Tanpa perlawanan alysa langsung mengganti nama kontak lelaki itu menjadi Dirgan Aliandra.

Lelaki itu sedikit puas. Hari mulai larut dan Mama Alena belum kunjung pulang. Dirgan dan Alysa mengkhawatirkan dirinya.

Mama Sayang :

Mama gak pulang ya nak, ada urusan ke Bekasi. Besok mama pulang. Love u..

Alysa tersenyum dan membalas pesan dari wanita paruh baya itu dengan ketulusan dan cinta.

Sekarang Dirgan sedang berusaha membuat proposal pengajuan pagelaran seni, dengan bimbingan alysa lelaki itu sangat tekun membuatnya. Kini lelaki itu sedang memasukan beberapa data yang diperlukan untuk pengajuan proposal termasuk pendanaan dan rundown acara. Rundown acara dibuat oleh Alysa, dan pendanaan sudah tertulis di buku catatan khusus organisasi milik Alysa jadi lelaki itu tinggal menyalinnya.

Gadis itu menyerahkan rundown acara kepada dirgan untuk pagelaran seni nanti. Lelaki itu memeriksa dengan sangat teliti dan menyetujui yang dibuat oleh Alysa. Mereka berdua semakin semangat untuk membuat proposal pengajuan itu yang hampir 100% selesai.

"Oke beres. Sekarang jam.." Lelaki itu melihat jam di ponsel nya.

"Astaga, Sa lo belum minum obat. Minum dulu ya." Dirgan langsung memberikan alysa obat dan menyuruhnya untuk tidur.

Namun gadis itu memberikan obat balik kepada dirgan yaitu vitamin untuk menjaga imun tubuh agar lelaki itu tidak drop. Setelah dirgan meminumnya, gadis itu langsung memejamkan matanya.