Mata hitamnya berbinar-binar ketika kakinya telah menginjak gerbang sekolah. Pandangannya menatap sekeliling dengan mulut yang sedikit terbuka. Ia masih tidak menyangka akan mengenyam pendidikan di salah satu sekolah yang dielu-elukan oleh warga Bandung.
"Kamu ingin masuk ke kelas atau tidak?" Suara itu terdengar ketus.
"Eh?" Astrid tersentak kemudian dengan cepat kepalanya mengangguk. "Tentu saja mau, Kak." Kakinya berlari kecil menghampiri seorang gadis yang telah berdiri tidak jauh darinya. Netra cokelat kehitaman itu menatap kesal Astrid.
"Ayo, Kak." Sudut bibir Astrid terangkat membentuk sebuah senyuman. Sementara gadis di sampingnya mendengus seraya memutar bola matanya malas. Mereka berdua berjalan menyusuri koridor. Di sepanjang koridor, Astrid disuguhkan oleh banyaknya mading. Tentu saja mading-mading itu tidak hanya berisikan mengenai informasi mengenai sekolah saja, tetapi juga banyak diisi oleh gambar yang sepertinya merupakan karya dari siswa sekolah ini.