"Tu-tunggu, gue melakukan hal itu karena-"
"Karena apa? Gak usah banyak bacot lo!" teriak Ken memotong pembicaraan Johan.
Seakan tak ingin lagi mendengarkan segala ucapan yang keluar dari mulut Johan, Ken terus menerus memukul tubuh Johan hingga babak-belur. Ia tak memperdulikan rintihan kesakitan Johan, apalagi baju serta tangannya yang berlumur darah. Karena yang ada di dalam otaknya saat ini ialah bagaimana dirinya bisa melampiaskan rasa amarahnya terhadap orang yang ada di hadapannya saat ini.
Sedangkan beberapa anak buah Ken, mereka tak memperdulikan Ken serta Johan. Mereka membiarkan Bosnya itu untuk melakukan hal yang ia mau, walaupun mereka tetap mengawasi agar Ken tak lepas kendali.
"Lep-lepaskan gue bocah sialan!" bentak Johan merasa sudah tak sanggup menerima pukulan keras dari Ken. Apalagi dirinya tak bisa membalas ataupun melawan serangan Ken karena kedua tangan serta tubuhnya diikat di sebuah kursi.
"Beraninya kau memanggilku sialan?! Bajingan! Brengsek! Kau manusia yang tak layak untuk hidup! Harusnya kau tak pernah tercipta di dunia ini! Kau manusia paling hina yang pernah gue tahu!" bentak Ken balik, bahkan kini tangannya kembali mencengkram erat rahang Johan hingga membuat pria tersebut meringis kesakitan.
Johan yang sudah terlihat tak berdaya hanya bisa terdiam sembari menahan rasa sakit terutama di bagian wajahnya yang sudah babak belur.
'Sialan banget nih bocah sudah berani bikin muka gue bonyok! Gue bakal balas apa yang telah lo lakuin ke gue sialan!' umpatnya dalam hati.
"Apa lo masih gak mau ngaku juga? Apa lo masih mau menutup mulut busuk lo itu? Atau perlu gue sobek mulut lo dulu baru lo mau ngomong?!"
"Jawab brengsek?!" teriak Ken mencengkram kerah baju Johan dengan kedua tangannya.
"Apa perlu gue jawab pertanyaan lo itu? Lo punya banyak uang, kenapa lo gak gunain kekuasan lo itu buat cari sendiri?" Johan melayangkan pertanyaan Ken sembari tersenyum smirk.
"Atau karena lo itu pria terbodoh yang pernah gue tahu hingga lo masih mempertanyakan hal bodoh itu? Buktinya lo butuh waktu berhari-hari buat nemuin gue, hal itu cukup membuktikan kalau lo itu bodoh bukan?" imbuhnya seraya terkekeh mengejek.
"Musuh lo itu bukan gue, melainkan orang terdekat lo!"
Ken terlihat memicingkan sebelah matanya mendengar penuturan dari Johan, Antara kesal dan juga penasaran. Kesal lantaran dirinya direndahkan oleh Johan dan juga penasaran akan kalimat terakhir dari Johan yang cukup menarik perhatiannya.
'Musuh gue orang terdekat gue? Kenapa kata-kata itu mirip sama kata Ibu?' gumamnya dalam hati.
"Apa maksud ucapan lo? Lo gak usah banyak bacot! Lo mau mencoba buat alibi biar gue melepas lo gitu aja?"
"Bangun woy! Gak usah mimpi! Karena gue gak bakal lepas tikus yang udah masuk perangkap gue," ucapnya menepuk-nepuk wajah Johan yang berlumur darah itu.
"Cih! Lo benar-benar pria bodoh ya? Gue gak nyangka kalau seorang Kennard bisa sebodoh ini," sahutnya terkekeh.
"Gue sudah bilang sama lo tadi bukan? Harusnya lo mencerna ucapan gue kalau lo pintar!" imbuhnya.
Ken hanya bisa diam mendengar setiap kata yang terucap dari mulut Johan. Dirinya merasa heran akan ucapan Johan, ia juga memikirkan kemungkinan musuh terdekatnya siapa, namun ia tetap saja tak tahu siapa dan maksud ucapan Johan kepada dirinya.
'Apa gue harus mempercayai ucapan bajingan ini? Tapi siapa orang yang dia maksud? Selama ini gue rasa gue gak punya musuh. Atau itu hanya alibi dia? Atau mungkin ada dalang lagi dibalik ini?' gumam Ken penuh tanya.
"Lo gak usah banyak bacot sialan!" geram Ken menatap Johan tajam.
Melihat ekspresi bimbang Ken justru membuat Johan semakin terkekeh. Dirinya seolah mendapatkan energi baru dengan melihat ekspresi tersebut.
"Kenapa? Lo mau bunuh gue? Gue gak masalah kalau lo mau bunuh gue, tapi satu yang harus lo ingat. Dengan lo bunuh gue, selamanya lo gak bakal menemukan siapa musuh lo sebenarnya. karena bukan gue musuh lo, dan gue sangat kenal dengan orang tersebut, bahkan lo juga kenal dengan dia."
"Dan jika lo benar-benar bunuh gue, lo salah! Karena bukan gue satu-satunya orang yang patut lo salahkan, dan jika lo tau kenyataannya pasti lo bakal gak nyangka jika orang yang selama ini ada di dekat lo, justru dialah yang menusuk lo dari belakang," ucapnya tersenyum mengejek.
"Siapa orang itu? Kalau memang omongan lo itu benar, cepat katakan sekarang juga siapa orang yang lo maksud? Cepat katakan sekarang juga!" titah Ken semakin terbakar amarah. Kepalanya terasa semakin pening setelah mendengar ucapan Johan.
Sedari awal dirinya memang tak mempercayai ucapan Johan, karena ia hanya menganggap ucapan Johan hanya sebuah omong kosong agar membuat ia bisa lepas dari tangan Ken. Namun setelah berulang kali mendengar ucapan yang sama dari mulut Johan, ia mencoba untuk percaya, karena menurutnya tak ada salahnya jika ia menaruh sedikit kepercayaan kepada Johan, dan ia pun akan menggali info lebih lagi dari Johan.
'Musuh yang sesungguhnya itu ialah orang terdekat kita. Sepertinya gue memang harus mencari info yang lebih detail lagi untuk membuktikan ucapan bajingan ini benar atau hanya sebuah alasan belaka,' gumamnya dalam hati.
"Kalau gue gak mau memberi tahu lo, lo mau apa? Lo punya banyak anak buah, buat apa gunanya?" Johan berkata santai sembari menyeringai.
'Mari kita bermain bocah tengik!' serunya dalam hati.
"Sudah gue bilang berkali-kali gak usah banyak bacot lo!"
"Apa lo sedang mempermainkan gue hah?!" teriaknya seraya menendang keras kursi yang sedang diduduki oleh Johan hingga membuatnya bergeser mundur.
"Apa pukulan gue belum cukup untuk membuat lo sadar akan perbuatan keji lo itu sungguh biadab? Dan dengan santainya lo masih bisa tersenyum dan menghirup udara dengan bebas sedangkan Kakak gue mati! Dan sekarang lo berani mempermainkan gue?! Akan gue pastikan lo bakal menerima ganjaran yang setimpal atas perbuatan busuk lo itu! Dan dengan tangan gue juga bakal menghancurkan hidup lo dan juga keluarga lo itu!" bentak Ken seraya kembali melayangkan pukulan kepada Johan yang sudah lemas.
Johan yang hanya bisa pasrah, kesadarannya seakan ingin hilang, namun setelah mendengar ancaman dari Ken membuat ia kembali tersadar penuh. Dirinya memaksa membuka matanya yang terasa berat.
"Ja-jangan!" ucapnya terbata sembari terbatuk-batuk.
"Lo harus percaya ucapan gue tadi, kalau musuh lo sebenarnya itu bukan gue, melainkan orang terdekat lo. Gue juga janji bakal kasih tahu lo siapa orang itu, asalkan lo bisa menjamin kehidupan keluarga gue aman dan lo gak bakal menyentuh mereka," imbuhnya lirih.
"Cih! Apa pantas orang biadab seperti lo gue percaya? Gue rasa tidak ada sesuatu dari diri lo yang membuat gue bisa percaya."
"Dan tadi apa lo bilang? Lo bilang kalau gue gak boleh menyentuh keluarga lo? Lo bilang seperti itu tapi lo yang sudah berani menyentuh keluarga gue lebih dulu hingga membuat Kakak gue mati! Dan itu karena lo!" ucap Ken dengan nada tinggi.
"Sorry, ta-tapi itu semua gue lakuin karena-"
"Maaf Bos, di luar ada orang yang mencari anda," ucap anak buah Ken memotong ucapan Johan.
"Siapa?"
"Ken_"