"Vanya awas!" teriak Kaira seraya berusaha mendorong keras tubuh Vanya dari mobil yang melaju kencang.
Namun, sangat disayangkan. Niat baik dari Kaira ternyata berubah menjadi petaka bagi dirinya. Dirinya yang berusaha mendorong Vanya, justru dirinya sendiri tidak sempat menghindar dan akhirnya nasib buruk menimpa dirinya.
Ia mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan adiknya. Dan kni tubuh ramping itu dihantam dengan keras oleh mobil yang melaju kencang hingga tubuhnya terpental cukup jauh. Namun pelaku justru langsung melarikan diri dengan terus melajukan mobil tanpa perduli teriakan warga.
Awalnya Kaira dan Vanya menyebrangi jalan dengan santai karena mereka melihat jalanan sepi, namun saat mereka berada di tengah jalan, atensi Kaira menangkap sesuatu kejanggalan akan mobil hitam yang tiba-tiba melaju kencang dan seakan mengarah ke Vanya yang berjalan beberapa langkah di depannya.
Dan tanpa pikir panjang, Kaira pun menghempas kantong plastik yang berisi siomay dan langsung berusaha menyelamatkan adiknya.
Dan kini, gadis berhati malaikat itu tergeletak di tengah jalan dengan darah terus mengalir dari kepalanya.
Sedangkan di sisi jalan, Vanya yang terjatuh di pinggir jalan karena dorongan Kaira tengah berusaha bangkit. Namun matanya seketika langsung membulat tak percaya akan apa yang ia lihat.
Otaknya berusaha mengumpulkan kepingan-kepingan memori yang baru saja terjadi.
"Ini pasti mimpi," ucapnya tak percaya, bahkan dirinya berkali-kali memukul pipinya untuk meyakinkan dirinya jika apa yang ada di depan matanya itu hanya sebuah mimpi.
Namun sedetik kemudian, tangisnya pecah ketika ia sadar jika kejadian itu bukanlah hanya sebuah mimpi. Segera dirinya berlari tertatih ke arah tubuh Kaira yang sudah tergeletak tak berdaya di atas aspal. Bahkan tubuh Kaira terpental sekitar dua puluh meter akibat tabrakan tersebut.
"Kak Kai, please bangun Kak," ucapnya meletakkan kepala Kaira ke atas pangkuannya.
Air mata terus mengalir deras dari kelopak matanya, ia tak sanggup melihat keadaan Kaira yang begitu mengenaskan. Berkali-kali ia mencoba membangunkan tubuh Kaira namun hasilnya tetap nihil, matanya tetap terpejam erat.
"Please jangan gini Kak, bangun Kak! Jangan buat aku takut."
Ketakutan Vanya semakin menjadi, ia takut melihat tubuh Kaira yang bersimbah darah. Orang-orang pun sudah berkerumun melingkari dirinya.
"Ya Tuhan, tolong selamatkan Kak Kai," pintanya kepada sang kuasa.
Ia sudah tak memperdulikan orang di sekitarnya, matanya tetap fokus pada Kaira dan terus berusaha agar Kaira dapat membuka matanya kembali.
Sedangkan disisi lain, Ken yang masih setia menunggu kedua saudaranya di mobil sudah mulai jengah. Umpatan demi umpatan ia lontarkan namun nyatanya orang ia ia tunggu tak juga kunjung terlihat.
"Ke mana sih tuh dua Marmut? Mereka beli siomay di Jepang apa? Bikin kesel aja!"
Karena sudah tak sabar lagi untuk berdiam diri menunggu, Ken pun memutuskan untuk keluar dan mencari keberadaan saudaranya.
Kening pria tersebut mengernyit begitu melihat gerobak siomay yang terlihat sepi, dan tak melihat keberadaan kedua gadisnya.
"Ke sih mana lagi mereka? Kok sepi aja tuh gerobak. Awas aja kalau mereka malah main lagi," gerutu Ken bertambah kesal.
Ken pun berjalan kecil sembari mengedarkan atensinya dengan bibir yang terus menggerutu.
Namun, tak selang berapa lama. Matanya menangkap kerumunan di jalan. Karena rasa penasaran yang tinggi, kakinya pun tak terasa mendekat ke arah kerumunan tersebut.
"Itu ada apa ya Pak? Kok ramai-ramai gitu?" tanyanya pada salah satu pria.
"Oh, itu ada korban kecelakaan Dek. Kasihan korbannya cewek, apalagi pelakunya langsung melarikan diri," jawabnya.
Seketika hati Kennard merasa miris mendengar kenyataan serta pemandangan yang menyayat hati. Bagaimana bisa ada seorang korban kecelakaan namun kerumunan masyarakat itu hanya sibuk mengabadikan lewat ponsel mereka masing-masing, apa mereka semua tidak ada yang mempunyai moral hingga begitu teganya melakukan hal semacam itu? Apakah mereka pantas untuk disebut manusia? Kenapa dari sekian banyaknya orang, tidak ada satupun dari mereka yang berusaha mengubungi pihak berwajib dan pihak rumah sakit? Apa nyawa seseorang tidaklah lebih penting hingga mereka semua hanya sibuk membuat video? Mungkin mereka pikir korban kecelakaan tak ada bedanya dengan sebuah pertunjukan seni, hingga mereka lebih memilih untuk menonton daripada menolong, pikir Ken.
'Dasar manusia tak punya moral!' umpatnya dalam hati.
Dengan langkah pasti, Ken pun membelah kerumunan demi bisa melihat korban kecelakaan itu.
Boom!
Otaknya seketika meledak dan dunianya seakan runtuh begitu melihat kedua gadis yang ia cari ternyata ada di depan mata dengan keadaan sangat kacau.
Berkali-kali dirinya memejamkan matanya demi meyakinkan dirinya jika apa yang ia lihat bukanlah kenyataan. Namun sial baginya, bayangan yang berusaha ia halau ternyata tak menghilang, justru tangis Vanya-lah yang semakin memenuhi gendang telinganya.
Tubuh yang seketika bergetar dan lemas ia paksa untuk mendekat dan kedua tangannya langsung mendekap tubuh mungil dari Kaira.
Lelaki yang terkenal cuek itu justru kini ikut menangis tersedu. Menangisi kondisi kakaknya yang sangat memilukan.
Ken tak menyangka jika Kaira yang baru beberapa menit yang lalu berdebat dengannya, justru kini hanya terdiam tak berdaya.
"Please Kak, lo jangan bikin gue panik dan takut! Cepat lo bangun! Gak usah bercanda deh lo! Gak lucu!" ucap Ken terus mengundang pelan tubuh lemas dari Kaira.
Karena tak tahan menunggu ambulance yang tak kunjung datang, dengan cepat ia mengendong tubuh Kaira menuju mobilnya. Tapi, sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan kerumunan manusia itu, Ken menatap tajam orang-orang tersebut.
"Apa kalian pantas untuk disebut sebagai manusia? Kurasa kalian tak pantas untuk disebut manusia, karena nyatanya binatang lebih memilikinya moral daripada kalian!" ucapnya sinis.
"Minggir kalian manusia tak bermoral!" teriaknya geram.
Mendengar ucapan Ken yang cukup menohok, ternyata cukup membuat orang-orang tersebut terdiam tak berani menjawab, karena tak seorangpun dari mereka yang memiliki cukup nyali untuk menjawab ucapan seorang anak dari Bramantyo itu.
Sedangkan Ken, dirinya sudah melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat dengan air mata yang tak berhenti mengalir.
Seakan kesetanan, Ken melakukan mobilnya dengan kencang bahkan tak memperdulikan rambu lalu lintas dan bunyi klakson yang terus bersahutan. Yang ada dalam benaknya ialah segera sampai rumah sakit untuk menyelamatkan wanita yang sangat ia sayang.
"Dokter ... tolong selamatkan Kakak saya! Cepat!" teriaknya begitu sampai di rumah sakit.
Keadaan kedua orang yang menemani Kaira begitu kacau. Vanya dan juga Ken terus saja menangis. Kondisi Kaira memang tampak begitu parah terutama pada kepalanya, hal itulah yang menyebabkan spekulasi negatif terus bermunculan dalam otak keduanya.
'Tuhan! Tolong selamatkan nyawa Kak Kaira!' pinta keduanya dalam hati.
Tak selang berapa lama, kedua orangtua mereka telah tiba begitu mendengar kejadian tragis sang anak.
Kini hening begitu terasa dan hanya isak tangis yang terdengar bersahutan. Ke-empat manusia itu sibuk dengan pikirannya masing-masing dengan hati terus melantunkan doa.
Bahkan, baju kotor dan bau anyir yang berasal dari tubuh Ken dan Vanya tak mampu mengalihkan perhatian mereka. Karena memang hanya doa yang sangat penting untuk mereka lakukan.
"Maaf-"