"Eh, kalian tahu enggak, sih?"
"Ada apaan emangnya?" Orang-orang di kantor mulai bergosip di pagi hari.
"Gila ya si Rena sekarang berani banget!"
"Emangnya Rena kenapa? Kok tiba-tiba Kamu ngatain dia gila?"
"Ih, sumpah ya … jijik Aku ngebayanginnya aja."
"Ngomong yang jelas dong, kita-kita kan jadi semakin penasaran."
Lesta si biang gosip mulai beraksi. Dia gemar sekali menebar desas-desus tak sedap. "Kita semua pasti tahu kalau Rena itu baru saja menikah. Masak dia sudah jalan bareng saja sama Om-Om yang sudah berkeluarga dan punya anak dua."
"Eh, jangan asalh ngomong Kamu, Ta. Memangnya ada bukti sampai Kamu berani ngomong begitu?"
"Kalau enggak ada bukti, mana berani Aku ngomong begitu ke kalian semua. Nanti deh ya kalau kalian enggak percaya, kita tanya langsung apa dia habis jalan sama Pak Gun."
"Pak Gun? Maksudnya Pak Gunawan bos galak kita itu?"
"Ya iya, memangnya siapa lagi yang punya nama Gunawan di kantor kita?"
"Wah, kalau benaran iya, gila banget sih itu. Tapi sebaliknya, kalau Kamu salah … siap-siap deh ya dipecat dari sini. Tahu sendiri Pak Gunawan galaknya kayak apa. Aku heran, kok bisa si Rena berhasil menggaet si bos galak?"
"Pakai susuk kali!" sahut Lesta yang memulai semua gosip itu tersebar. Sebenarnya selama ini Lesta memang sering Iri terhadapku. Posisi yang kutempati saat ini adalah posisi yang selama ini dia dambakan. Padahal, sebenarnya dia sudah sempat main kotor. Namun, untuk saja atasannya adalah Pak Gunawan yang tidak mempan dengan cara kotornya tersebut.
Pak Gunawan memang terlihat galak menurut kaca mata pegawai, tetapi sebenarnya dia baik dan mampu menilai secara objektif tentang bagaimana kualitas pegawainya. Cara kotor Lesta untuk mendapatkan posisi yang saat ini kutempati adalah dengan merayu Pak Gunawan. Sebenarnya, cara itulah yang sering dia pakai untuk naik ke posisi sekarang sampai akhirnya dia menjadi rivalku. Namun, kali ini dia tidak beruntung karena Pak Gunawan tidak seperti bos-bosnya terdahulu yang begitu emah dengan rayuan wanita.
Oleh sebab itu, sekarang dia mulai berusaha menjatuhkanku dengan cara kotor yang biasa dia gunakan. Dia menyamakan aku dengan dirinya. Padahal, aku tidak pernah sekali pun punya pemikiran seperti pikiran kotornya itu.
Setelah tahu aku dan Pak Gunawan akan pergi berkemah bersama, dia langsung menarik kesimpulan tanpa memastikan kebenarannya terlebih dulu. Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah pak Gunawan dan aku berkemah bersama keluarga dan pasangan kami masing-masing. Orang-orang mulai ribut dan menatapku curiga ketika aku mulai memasuki ruangan.
"Ren, Kamu akhir pecan kemarin jalan sama Pak Bos, ya?" tanya Lesta kepadaku. Tanpa berpikir yang macam-maca, aku pun menjawab seperlunya.
"Memangnya kenapa?"
"Enggak, nanya aja kok. Memangnya enggak boleh?" Lesta selalu berbicara menyebalkan terhadapku. Oleh sebab itu, aku sering menghindari percakapan dengannya. Setelah Lesta pergi, Nuri bertanya kepadaku secara perlahan. Dia adalah teman yang menurutku paling baik di kantor. Meskipun rekan kerjaku yang lain sibuk bergosip, dia hanya terdiam dan fokus pada pekerjaannya seolah tidak ingin ikut terlibat. Dan aku suka sikap Nuri yang seperti itu, karena membuatku merasa nyaman berada di dekatnya.
"Ren, Kamu tahu enggak kenapa tiba-tiba Lesta bertanya seperti itu kepadamu?"
"Enggak! Memangnya kenapa? Diakan selalu bersikap seperti itu terhadapku. Mau tahu hampir semua apa yang kulakukan, lalu berbicara buruk di belakang."
"Nah, itu maksudku. Kamu enggak mau tahu, apa yang dia omongin tentangmu di belakang?"
"Memangnya kali ini dia ngomongin Aku bagaimana lagi? Aku jadi penasaran."
"Sebenarnya sih Aku tidak mau ikut campur. Kamu pasti tahu sendiri bagaimana Aku … tapi, karena menurutku kali ini dia sudah sangat keterlaluan, jadi Aku harus mengatakannya kepadamu. Jadi, pagi ini Lesta bergosip tentang hubunganmu dengan Pak Bos."
"Pak Gunawan?"
"Iya, Pak Gunawan. Makanya ketika Kamu datang ke kantor, dia tanya apa Kamu habis jalan dengan dia. Eh, Kamu malah jawab iya." Nuri berusaha menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan sangat hati-hati agar aku tidak merasa tersinggung.
"Aku memang habis jalan sama Pak Gunawan, tapi kami tidak jalan berduaan. Istri dan anak-anaknya juga ikut kok. Aku juga pergi sama suamiku, Indra. Memangnya Aku gila mau jalan berdua dengan suami orang? Dasar itu si Lestari … kok ada orang seperti dia?" Lesta adalah nama yang biasanya dia gunakan untuk berkenalan, tapi sebenarnya nama lengkap Lesta ada Lestari Harum Asri.
Lesta sengaja menutup-nutupi nama legkapnya karena dia anggap memalukan. Padahal, nama adalah pemberian orang tua yang seharusnya patut ia banggakan. Nama adalah doa dan pasti memiliki arti yang indah.
"Wah, parah banget berarti Lesta. Dia kenapa semakin menjadi-jadi begitu sih? Dan kalau menurut apa yang kuamati, sepertinya dia hanya bersikap terlalu berlebihan begitu hanya kepadamu saja deh."
"Masak Kamu tidak tahu kenapa? Tapi, kalau Aku jelaskan ke Kamu nanti malah kesannya Aku sedang menjelek-jelekkan dia lagi. Padahal, tentu saja yang Aku katakana benar."
"Tanpa Kamu jelaskan sebenarnya Aku sudah menduga sih. Mungkin karena dia gagal merayu Pak Bos dan mendapatkan posisi yang selama ini dia inginkan. Eh, malah Kamu yang mendapatkan posisi tersebut."
"Nah, itu tahu … tadi nanya padahal."
"Yah, walau Aku tidak suka ikut bergosip karena apa yang orang-orang katakana tidak selamanya benar, tapi gini-gini Aku suka memperhatikan gerak-gerik orang-orang yang ada di kantor ini," kata Nuri mengakui apa yang selama ini dia perhatikan.
"Wah, Aku jadi takut dekat-dekat denganmu setelah mendengar pengakuanmu barusan."
"Hahaha … Aku tahu kalau Kamu orang baik. Jika berdasarkan dengan apa yang kuamati selama ini sih seperti itu. Entah kalau penilaianku salah. Sejuah ini sih penilaianku selalu akurat delapan puluh persen."
"Benar kok, benar! Aku memang orang baik. Makanya kita berteman. Bukankah begitu? Hahaha …." Aku dan Nuri saling bercanda setelah membicarakan tentang Lesta dan ulahnya pagi ini. Nuri juga menawarkan diri untuk membantu mengklarifikasi secara perlahan agar rekan kerjaku tidak semakin memandangku buruk karena percaya dengan ucapan Lesta.
Lesta sebenarnya sudah dikenal sebagai ular berbisa. Namun, karena dia masih ada main serong dengan salah satu pimpinan perusahaan, jadi dia tetap bertahan dengan posisinya yang sekarang. Sepertinya, hal tersebut sudah bukan merupakan rahasia umum lagi. Sehingga, banyak dari kami yang lebih memilih untuk menjaga jarak dengannya agar tidak terus menerus terkena masalah. Sayangnya, aku sudah dicap sebagai musuh olehnya. Sehingga, dia selalu mencari celah untuk selalu menganggu dan mencemarkan nama baikku dengan tujuan agar bisa segera menjatuhkanku. Sebelum dia berhasil menjatuhkanku, dia tidak akan pernah merasa puas.