Oh, no!
It's nightmare!
Alessia hendak mendengkus kesal tapi ia urungkan. Tak mungkin hal itu ia lakukan. Melihat bagaimana tabiat sang tuan muda yang tak mau mendengar bantahan atau keluhan membuatnya hanya bisa menahan dalam hati.
"Tunggu apa lagi? Kau ini seperti siput. Dasar lambat!" umpat Christian kesal.
"Maafkan saya, Tuan. Baik, saya akan memakainya," ucap Alessia mencoba mematuhi perintah tuannya.
Dengan gerakan super cepat dan tak mau membuat sang tuan kehilangan kesabarannya, ia pun selesai mengenakan gaun hitam tersebut. Gaun itu melekat sempurna dan menampakkan tubuhnya yang molek dan ramping.
Perempuan dengan tinggi 170 centimeter itu menatap pantulan tubuhnya di depan cermin besar di hadapannya.
Alessia terpukau oleh kecantikan pakaian yang membalut tubuhnya. Ia malah tak memuji tubuhnya sendiri. Perempuan itu begitu manis dengan tampilannya sekarang.
"Sudah belum? Lama sekali," tanya Christian tak mau lagi menunggu.
"Sudah, Tuan Christian," sahut Alessia cepat.
Christian mengerjapkan matanya dan melihat penampilan perempuan muda di hadapannya.
Cantik sekali!
Tapi kenapa ia merasa ada yang aneh?
"Putar badanmu!" titah Christian.
Alessia mengangguk dan memutar tubuhnya dengan gerakan slow motion.
"Kau tahu apa artinya acara ini tidak?" tanya Christian tiba-tiba.
Alessia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia memang benar-benar tak tahu.
"Ini adalah pesta pernikahan kita sekaligus melantikku menjadi pewaris Allen Group. Dan gaun yang kau pilih malam ini sangatlah tidak cocok untuk menunjukkan ke semua orang bahwa kau adalah istriku. Kau ingin membuatku menjadi bahan gunjingan? Hem?" jelas Christian diakhiri satu tanya yang membuat Alessia kebingungan menjawabnya.
"Maksud tuan bagaimana, ya? Apa yang salah dengan gaun ini, Tuan Christian?" tanya Alessia memberanikan diri.
"Lihatlah pakaian itu! Kau pikir aku sedang mengajak anak kecil bermain di taman kanak-kanak?" seru Christian mulai tersulut emosi.
Alessia memindai penampilannya dari atas sampai bawah.
Bagian mana yang terlihat seperti pakaian anak kecil?
Apa karena terlihat tidak seksi untuknya?
"Ganti sekarang juga!" titah Christian selanjutnya.
"Ba-baik, Tuan," ucap Alessia terbata-bata.
Kata-kata Christian terdengar sangat menakutkan. Perempuan itu sangat takut dan tak mau melawan Christian sedikit pun.
Alessia pun mengambil gaun lain dan mengenakannya di tubuhnya.
"Bagaimana kalau ini, Tuan?" tanya Alessia begitu selesai mengenakan gaun ke dua.
Christian melihat dari atas sampai bawah. Lalu dari bawah kembali ke atas sambil menimang-nimang sesuatu dalam pikirannya.
"Tidak! Ganti yang lain lagi. Cepat!" tegas Christian yang membuat Alessia terkejut.
Perempuan itu mengira diamnya sang tuan muda beberapa saat lalu karena menyetujui gaun ini sebagai pilihan terbaik. Ternyata… bukan.
Alessia kebingungan. Ia tampak menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia pun memejamkan mata sebelum mengambil pilihannya yang ke sekian.
Dan pada akhirnya…
"Sudah belum? Lama sekali!" tanya Christian yang ternyata secara diam-diam membuka matanya dan menangkap basah tubuh molek di hadapannya yang hampir telanjang.
"Belum, Tuan!" sahut Alessia.
Perempuan cantik itu sedang mencoba mengenakan gaun malam yang ke tiga. Gaun yang ia kenakan malam ini berwarna nude. Warna yang manis dan tak berlebihan, justru menunjukkan kesan dewasa dan berani untuknya.
Gaun itu menyapu lantai. Di mana saat ini Alessia mengenakan gaun menakjubkan yang terbuka dari tengkuk sampai beberapa millimeter di atas bokongnya.
Tenggorokan Christian mengering secara mendadak. Sisa tubuhnya, tepatnya di bawah pusarnya mengeras begitu kedua matanya melihat jelas penampilan Alessia malam ini.
Sungguh menggairahkan. Menggugah jiwa-jiwa yang mati miliknya pasca kecelakaan dua bulan lalu.
"Oh Shit," desis Christian, tak mampu mengalihkan pandangan dari Alessia. Ia benar-benar tak mampu mengendalikan diri sama sekali.
Seperti dibisiki roh-roh kegelapan yang berkhianat dari pemuda tampan itu, Alessia membalikkan badannya.
Perempuan itu menoleh, seolah-olah bisa merasakan panasnya tatapan Christian, lalu tatapan mereka berserobok.
"Tu-tuan?" pekik Alessia terperangah. Ia buru-buru menutupi kedua bukit sintal yang telah tertutup gaun malam tersebut.
"Kenapa? Malu?" ledek Christian dengan seringai menyebalkan di wajahnya.
Baru kali ini ia memakai pakaian mahal semacam ini dan dilihat langsung oleh tuan mudanya. Ia benar-benar tak tahu lagi bagaimana cara bersikap di depan Christian.
Gaun ini benar-benar menyatu dengan kulitnya. Ternyata memang berbeda, gaun dengan harga standard dengan gaun berkelas ini. Gaun ini benar-benar nyaman dipakai dan halus menyentuh kulitnya.
Angin berpenyejuk di dalam ruangan itu mengenai punggungnya yang terbuka. Ia merasa sedikit kedinginan. Tapi ia bisa apa, ia sudah terlanjur mengenakannya.
Mungkinkah ia bisa meminta kelonggaran waktu pada Christian untuk mencari gaun lain?
Mari kita coba saja!
"Apakah saya harus berganti gaun lagi, Tuan?" tanya Alessia yang melihat tuannya hanya diam. Ia tak mau seperti kejadian beberapa saat lalu. Di mana diamnya sang tuan muda karena tidak menyetujui pilihannya.
"Tidak usah! Pakai itu saja. Kau sudah menyita waktuku lima belas menit lebih lama, ck," keluh Christian pada Alessia.
"Maafkan saya, Tuan," jawab Alessia cepat. Ia hanya bisa meminta maaf dan maaf, karena apa pun yang dilakukannya tak pernah benar di mata Christian Allen.
"Kuingatkan padamu sekali lagi, jangan pernah berbicara sepatah kata pun saat kau diberikan pertanyaan oleh kakekku. Paham?" tegas Christian pada Alessia.
Alessia kebingungan. Lalu bagaimana jadinya jika nanti kakek Hamish memberinya pertanyaan? Apakah ia harus diam sampai pesta berakhir?
Tak masalah sebenarnya. Tapi ini bukan masalah ada pertanyaan lalu ada jawaban. Tak seringan itu. Tak sesepele itu.
Ia kenal bagaimana tuan besar Hamish. Kakek tua itu begitu baik padanya. Apakah sopan baginya jika sewaktu-waktu pria tua itu memberinya pertanyaan tapi ia hanya diam?
"Jangan bingung! Biar aku yang menjawab semua pertanyaan kakek tua itu! Kalau hanya menanyakan kabar, kau bisa menjawabnya, tapi selain itu serahkan semuanya padaku. Mengerti?" jelas Christian pada Alessia.
Seperti Cenayang, Christian bisa menebak apa yang menjadi kegelisahan di dalam diri Alessia.
Tak mau membantah, Alessia pun mengangguk patuh.
"Bagus, ayo kita berangkat sekarang! Noah akan menjemput kita beberapa saat lagi. Kau harus siapkan mentalmu untuk berhadapan dengan kakekku. Kau tahu bagaimana sifat kakekku bukan? Sepertinya tak perlu kujelaskan, kau juga sudah paham," ajak Christian pada Alessia.
Alessia tak membantah sepatah kata pun. Ia melakukan apa yang diinginkan tuan mudanya.
"Maafkan saya tuan Christian sebelumnya, di mana pesta itu akan dilaksanakan?" tanya Alessia tiba-tiba.
"Kenapa kau menanyakannya?" tanya balik Christian ingin tahu.
"Tidak apa-apa, Tuan. Saya hanya bertanya saja," jawab Alessia berusaha bersikap tenang di hadapan Christian.
"Allen Group. Pesta pernikahan kita akan dilaksanakan di sana. Memangnya kenapa? Kau menolak datang ke sana?" tanya Christian memancing jawaban sebenarnya.
"Bukan begitu, Tuan. Saya hanya takut," ucap Alessia yang seketika memantik rasa ingin tahu di dalam diri tuan mudanya.
"Apa yang membuatmu takut? Bukankah sudah kukatakan, tidak boleh ada yang kau takuti selain aku? Kau dengar itu, bukan?" tegas Christian membuat Alessia hanya bisa menggigit bibir bawahnya. "atau, ada yang kau coba sembunyikan dariku?" lanjutnya penuh selidik.
To be continue…
***