Christian menatap wajah Matthew dalam-dalam. Kemudian ia melanjutkan kata-katanya, "Paman Matt tak perlu risau, aku adalah orang yang tak mudah melupakan kebaikan sekecil apa pun yang dilakukan orang terhadapku. Untuk itu aku akan melindungi putrimu dan memberikannya hidup yang layak. Tapi hati, aku tak bisa semudah itu memberikannya pada siapa pun. Kau fokuslah pada kesembuhanmu!"
Alessia mengangkat kepalanya, mengarahkan pandangannya pada sang suami yang amat arogan dan perfeksionis. Ia tak bisa mendengar hal apa yang sedang dibicarakan pria tampan itu pada ayahnya.
Tak lama kemudian, Christian berdehem yang memang disengaja untuk menarik perhatian dua manusia yang berada di sekelilingnya.
"Ayo kita pulang! Aku harus mengurus sesuatu hal yang amat penting sekarang juga," titah Christian yang tak mungkin dibantah oleh Raymond ataupun Alessia.
Baik Alessia maupun Raymond tak ada yang memberi tanggapan. Keduanya fokus melakukan perintah dari tuan mudanya itu.
***
Setiba di kamar hotel, Alessia berlari menuju kamar mandi dan menguncinya. Ia mengamati dirinya di cermin besar yang menggantung di hadapannya.
"Kenapa aku tiba-tiba merasa ketakutan seperti ini? Bukankah seharusnya aku merasa tenang kalau Tuan Christian kembali menemukan cinta sejatinya? Oh tunggu, mana mungkin itu adalah cinta sejati?
Setahuku, cinta sejati adalah cinta yang membuat seseorang tetap tinggal di samping pasangannya walau badai menerpa mereka. Bukannya malah meninggalkan pasangannya begitu saja tanpa sebab. Sebuah hal yang harus disyukuri saat Nona Isabella memilih mundur dari Tuan Christian.
Alessia, sadarlah Tuan Christian hanya menjadikanmu sebagai istri pengganti. Kau juga tidak bisa dibandingkan dengan Nona Isabella. Posisimu saat ini bisa saja akan digantikan oleh banyak wanita di luar sana," ucap Alessia memperingati dirinya sendiri. Ia sadar diri.
Tak sulit bagi Christian menemukan tambatan hati usai ditinggal pergi Isabella. Akan banyak wanita yang rela adu jotos demi mendapatkan pria itu.
Siapa yang akan menolak pesona Christian Allen? Mungkin, tak ada.
Hanya karena terjepit dan tak punya lain,, Christian mau menerima dirinya sebagai mempelai wanita di pernikahan yang jauh dari ekspos media tersebut.
Mengingat hal itu, hati Alessia mencelos sempurna. Ia tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi nanti dengan nasib pernikahannya.
Sedangkan dirinya jika suatu hari nanti pria itu memutuskan perpisahan, kecil kemungkinan ia akan menikah lagi. Alessia bukan wanita yang mudah jatuh cinta pada seorang pria.
Satu-satunya solusi yang akan ia lakukan ketika pria itu menceraikan dirinya adalah pergi sejauh mungkin dari kediaman dan kekuasaan Allen Group. Ia akan mencari kesibukan agar tak punya waktu untuk menengok ke belakang atau menenggelamkan diri dalam kenangan yang sia-sia.
Hanya itu.
Simpel.
Tapi mungkinkah akan sesimpel itu?
Hati Alessia bergejolak. Ia memegangi dadanya di mana organ dalamnya yang bersarang di sana tengah berkecamuk hebat.
"Apakah mungkin aku jatuh cinta pada Tuan Christian? Nggak mungkin! Mana mungkin aku menyukai pria seperti dia!" elak Alessia ketika bayangan wajah Christian menyapa pikirannya.
Alessia memilih segera membasuh muka ketika ia merasa pikirannya buntu. Ia harus merefreshkan dirinya. Merehatkan pikirannya walau sejenak. Ia mengibaskan kepala untuk menjernihkan pikirannya.
***
Alessia menatap barisan pesan yang masuk ke layar ponselnya. Ia tertegun ketika mendapati sebuah pesan dari seseorang yang pernah ia kagumi di kampusnya.
Ingat, hanya mengagumi. Bukan mencintai.
Sulit bagi Alessia tak mengagumi pemuda itu, namanya Roland. Dia adalah mahasiswa jenius, yang sangat ramah dan tak pelit membagi ilmu pada siapa pun. Pria itu juga sangat tampan. Tapi sayangnya, Alessia belum memiliki secercah rasa aneh yang disebut cinta pada pemuda tampan itu.
Ditambah dengan kondisinya saat ini, tak mungkin ia bisa leluasa dekat dengan pria lain, termasuk Roland.
From : Anak Jenius
Kenapa hari ini aku tak melihatmu? Apakah kau baik-baik saja? ~ 12.38
From : Anak Jenius
Kenapa kau tak membalas pesanku?
Apakah aku harus datang menemuimu agar mendapatkan jawaban darimu?~ 13.00
From : Anak Jenius
Semoga besok kita bisa bertemu
Ada hal yang ingin kusampaikan padamu
Kuharap kau membaca pesan dariku ~ 13.15
Brrrrtt
Alessia mematikan semua nada dering ponselnya menjadi mode getar, agar setidaknya ia tahu kalau ada yang menghubunginya sewaktu-waktu atau ia mendapat pesan.
Karena perintah Christian beberapa saat lalu, ia diharuskan mematikan segala jenis suara baik dari ponsel atau dirinya sendiri. Sehingga ia tak tahu jika ada beberapa orang yang memberinya pesan, termasuk pesan semacam ini padanya.
"Ada apa Roland memberiku pesan seperti ini? Apakah ada materi kuliah yang akan dibahasnya denganku? Tapi kan Kakek Hamish memberiku cuti seminggu dari aktivitas perkuliahan. Lalu bagaimana caraku menjawab pesan ini? Ck!" gerutu Alessia pada pesan dari Roland yang baru sempat ia baca.
Ada rasa bersalah yang menggelayut di dalam pikiran perempuan muda itu. Ia merasa tak enak hati. Karena beberapa saat lalu, Roland jugalah yang telah membantunya belajar dan lulus mata kuliah dosen killer di kampus.
"Apakah aku harus bersembunyi-sembunyi untuk bertemu dengan Roland dan menanyakan apa maunya? Tapi aku yakin Tuan Christian pasti akan marah padaku dan menuduhku berbuat yang tidak-tidak di belakangnya. Huh, bagaimana ini?"
Pintu kamar yang ia huni tiba-tiba terbuka. Dan Christian menatapnya bak seorang musuh.
"Ada apa dengan raut wajahmu itu? Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau menantangku?" serang Christian begitu pintu terbuka lebar hingga membuatnya leluasa masuk ke dalam ruangan itu meski tanpa bantuan Raymond.
Alessia buru-buru mengibaskan tangan.
Menantang Christian?
Yang benar saja!
Akal sehat masih sudi bernaung di kepala Alessia sehingga hal itu tak mungkin ia lakukan. Ia masih sayang nyawa dan pendidikannya. Ia tak akan mencari masalah dengan pemuda arogan tersebut.
"Apakah Tuan Christian hanya sendirian? Lalu di mana Raymond?" tanya Alessia perhatian, yang ditanggapi Christian dengan salah paham.
Pria itu mengira Alessia memiliki sebuah rasa yang berbeda pada tangan kanannya. Ia tampak jelas tak menyukai hal tersebut.
Mana bisa pesonanya dikalahkan oleh seorang bodyguard?
Sialan!
"Untuk apa kau mencarinya? Yang seharusnya kau tanyakan itu aku. Aku adalah suamimu!"
Ketegasan yang keluar dari bibir Christian sarat akan klaim nyata bahwa mereka memang telah menikah. Baik ada cinta atau tidak, mereka adalah pasangan sah yang telah menikah.
"Bukan maksud saya membuat Tuan Christian marah. Saya hanya bertanya saja. Kalau yang telah saya lakukan adalah sebuah kesalahan, saya meminta maaf pada Tuan Christian. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama," ujar Alessia yang begitu mengalah pada pria dingin bermulut ketus itu.
"Hanya maaf? Kau kira dengan maafmu itu, lalu aku mau memaafkanmu begitu saja?" balas Christian dengan senyum kecut.
To be continue…
***