"Berikan aku tubuhmu! Dengan begitu, kuanggap semua masalahmu denganku telah usai. Aku tidak akan memperpanjang masalah ini," kata Christian begitu lantang dengan seringai licik di wajahnya. "Aku akan memaafkanmu dengan cara itu. Apakah kau sanggup? Kalau kau tak sanggup, maka berpikirlah jutaan kali untuk mendapatkan maafku," lanjutnya menyudutkan.
Tak ada candaan dari cara bertutur kata pemuda itu pada sang istri. Ia mengatakan hal itu dengan sorot mata dalam dan haus akan gairah yang membelenggu sesuatu yang primitif di dalam dirinya.
Senyum masam yang tersungging dari kedua sudut bibirnya berubah menjadi seringai aneh.
Perempuan itu tak bisa mengartikan gerak-gerik Christian saat ini.
Percayalah, jantung Alessia bergetar hebat di dalamnya. Ia refleks memegangi dadanya dan mengurutnya pelan.
Sungguh, ia masih tak menyangka sang suami bisa berucap demikian padanya.
Tubuh?
Lagi-lagi pria itu membahas masalah tubuh. Bukan berniat untuk meremehkan kemampuan Christian, tapi memang itulah kelemahan pria itu saat ini.
Untuk berdiri pun pria itu membutuhkan bantuan seseorang, bagaimana bisa sekarang pria ini meminta hal yang tidak mungkin darinya?
"Maksud Tuan Christian? Apakah Tuan mengajakku bercinta?" tanya Alessia menyatakan segala sesak yang ia rasakan dalam dirinya. Ia tak pernah sanggup membayangkan tubuh indahnya disentuh oleh seorang pria. Ia belum rela disentuh oleh suaminya sendiri.
Wajar bila ia merasa aneh pada sikap dan kata-kata suaminya yang mendorong pikirannya untuk curiga. Lagi-lagi pria itu melakukannya. Melakukan segala hal yang membuatnya terkadang mengerutkan kening. Permintaan yang tak lumrah bagi pemuda sepertinya.
"Apa yang kau bilang tadi? Bercinta? Ini bukan bercinta. Ini hanya sex. Hanya kebutuhan. Bukan cinta. Bercinta menggunakan cinta.
Sementara aku dan kau dipersatukan dalam pernikahan bukan karena cinta. Jangan berpikiran terlalu tinggi, Alessia! Jangan menganggap harga dirimu terlalu tinggi! Ingatlah siapa kau sebenarnya!" Christian menatap dingin perempuan muda di hadapannya sembari memiringkan senyumnya.
Pyaaaaar
Bagai gelas yang jatuh berkeping-keping di lantai. Benar-benar hancur sampai tak berbentuk. Menyisakan serpihan-serpihan kecil yang bisa menggores kulit siapa pun yang ada di dekatnya.
Itulah yang terjadi di dalam hati Alessia. Perempuan itu tak terima saat dirinya hanya dijadikan sebagai budak napsu pria tampan di hadapannya.
Seburuk-buruknya ia dan juga statusnya, ia adalah seorang manusia, seorang wanita muda yang layak untuk dicintai. Diperhatikan. Layak dihargai. Bukan untuk dihina, disakiti, dihancurkan hatinya.
Air mata nyaris lolos dari pelupuk matanya, namun ia mencoba bertahan dari semua rasa sakit yang mendera jiwanya. Sekuat tenaga, Alessia menahan tangisnya. Ia tak boleh terlihat menyedihkan di mata Christian. Ia adalah gadis yang kuat.
Alessia berusaha mengalihkan tatapannya dari Christian, tapi gagal. Ia merasa dirinya semakin tenggelam, meleleh, seakan tubuhnya terbakar dalam pesona yang pria itu miliki.
'Ya Tuhan, ada apa ini? Kenapa perasaanku sepertinya berkata lain dan sungguh….ini benar-benar aneh. Oh tidak! Apa yang sedang kupikirkan? Apa yang sedang kulakukan? Hei, ini sangat aneh,' gumamnya dalam hati.
Sekujur tubuh Alessia langsung panas dingin tak karuan saat menyadari apa yang ada di dalam pikirannya. Desakan hasrat melanda tubuhnya tanpa ampun.
Tiba-tiba, seberkas awan euforia menyelimuti hati Alessia dan membuainya. Membuatnya terkadang lupa, bagaimana cara membedakan mana yang benar dan salah dalam pikirannya.
Oh shit!
Alessia tiba-tiba merasakan shock dalam bentuk aneh, sebut saja berbentuk zig-zag yang menuruni punggungnya, rasanya bagaikan serpihan-serpihan es yang menusuk hatinya.
Apakah ia terlihat hina? Apakah ia terlihat rendah di mata Christian? Apakah ia tampak seperti seorang jalang yang tak berguna dan menjijikkan?
Bagaimanapun juga dia adalah seorang manusia. Ia ingin dicintai… tapi oleh siapa?
Mungkinkah pemuda di hadapannya dapat memberinya cinta yang seperti keinginannya?
Alessia merasa ia hanyalah barang yang tak berharga sama sekali. Barang yang bisa dipakai lalu dibuang begitu saja setelah tak ada manfaatnya.
"Kenapa kau melamun? Apa yang sedang kau pikirkan saat ini? Memikirkan pria lain?" kejar Christian sambil mencubit dagu istri kecilnya. Pria itu masih duduk di kursi rodanya, tapi suara pria itu terasa dekat tak berjarak. Bahkan Alessia merasa deru napas Christian menerpa kulit wajahnya.
Alessia tak bisa mengelak dari tatapan buas sang suami padanya. Tatapan itu begitu menggetarkan imannya. Di mana dirinya adalah perempuan yang masih suci. Godaan itu merangsang alam bawah sadarnya dan memaksanya untuk berkata iya sebagai persetujuan.
Melihat perempuan muda di hadapannya tak jua menjawab pertanyaannya, Christian bangun dari kursi rodanya. Ia refleks melakukan hal itu. Entah lupa atau memang ia sengaja, hanya ia dan Tuhan yang tahu apa yang ada di pikirannya.
Alessia yang awalnya terperangah tak percaya, mendadak membelalakkan mata bulatnya lebar-lebar.
Apakah ini salah satu dari sekian keajaiban dari Tuhan?
"Tu-Tuan, ka-kau bi-bisa berdiri?" tanya Alessia spontan dengan mata yang masih terbuka lebar. Nada suaranya sampai bergetar.
Perempuan itu benar-benar tak percaya.
"Ya, aku bisa berdiri. Kenapa memangnya? Salah?" tanggap Christian dengan wajah arogannya.
Alessia tak mampu menjawab. Bulannya jawaban yang keluar dari bibirnya, ia malah…
Pingsan!
"Alessia! Dasar gadis bodoh! Aku bahkan belum melalukan apa pun padamu," keluh Christian kesal.
Pria itu sudah berdiri dengan jarak sejengkal dengan istrinya. Ia hendak mengukung Alessia dengan caranya. Menakutinya. Tapi malah ia yang mendadak ketakutan melihat sang istri tak berdaya seperti saat ini.
***
Alessia mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia mencoba menguasai keadaan. Ia mencoba menyesuaikan di mana dirinya saat ini.
Masih di tempat yang sama. Di salah satu kamar mewah di hotel milik Allen Group. Perempuan itu berusaha mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya pada dirinya.
Perempuan muda itu menarik tubuhnya perlahan-lahan dan duduk bersandar di headboard. Ia memegangi kepalanya yang terasa sedikit pening. Mungkin ini adalah efek dari rasa terkejut yang ia alami sebelumnya.
Tunggu!
Rasa terkejut? Tapi, terkejut karena apa?
Seseorang berdehem tak jauh darinya. Mengalihkan semua rasa bingung, penasaran, dan aneh dalam dirinya.
Alessia mengarahkan pandangannya menuju sumber suara. Suara itu terdengar tak asing. Benar-benar tak asing sehingga ia bisa merasakan bahwa suara ini bisa mengejarnya bahkan dalam alam mimpi sekali pun.
Tak jauh darinya, suami sekaligus tuan muda penerus Allen Group menatapnya begitu tajam. Begitu menakutkan. Begitu menciutkan nyali.
"Tu-Tuan?" Hanya itu kata yang keluar dari bibir mungil Alessia Falco walau dengan terbata-bata. Satu kata yang penuh ledakan emosi.
"Sudah bangun rupanya. Kukira kau harus dipanggilkan seorang dokter untuk membangunkanmu dari semua rekayasa ini. Jangan berpura-pura tak sadarkan diri untuk mengecohku! Aku tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu, Alessia," sindir Christian dengan tatapan sarat akan kekesalan yang terpatri jelas di wajahnya.
Ada apa dengan pemuda ini?
Alessia yang baru saja terbangun dari ketidaksadarannya semakin kebingungan karena kata-kata Christian padanya.
"Kenapa Tuan tiba-tiba marah pada saya? Apa salah saya pada Tuan? Rekayasa apa yang dimaksud oleh Tuan? Maaf saya tidak tahu apa yang Tuan Christian bahas saat ini," tanggap Alessia memberanikan diri, tapi tetap menggunakan kata-kata yang masih enak didengar.
To be continue…
***
Jangan lupa masukkan rak yak kakak..
09.05.2022