Alessia tak habis pikir dengan pemikiran seorang Christian Allen di hadapannya. Dengan usia yang tak lagi bisa dianggap sebagai usia kanak-kanak, pria itu tetap saja nyeleneh dan tampak seperti anak remaja yang sedang mencari jati diri.
Hendak mengesampingkan rasa itu tapi Alessia masih punya hati. Ia hanya mengulas senyum manis, berharap tuduhan tak berdasar itu tak lagi diperpanjang. Ia merasa malu karenanya.
Pada saat itu juga Raymond menatap ke arah perempuan satu-satunya di antara mereka bertiga.
Raymond menatap iba, karena setiap melihat Alessia ia merasa seolah dirinya tengah bersama adik perempuannya. Ia merasa rindu pada adik satu-satunya di Little Venice, kota yang belum begitu populer di Britania Raya.
Pandangan Alessia dan Raymond tanpa sengaja bersirobok. Hal itu disalahartikan oleh Christian.
Pria di atas kursi roda itu berdehem lumayan kencang dan menunjukkan pada mereka bahwa dirinya tengah merasakan gejolak amarah yang kentara.