Satsuki's PoV
Berdasarkan perkiraan Crypto, kami akan sampai di stasiun terdekat dalam kurun waktu 5 hari dengan menggunakan mode Hyperdrive.
Aku, Satsuki Cihiro masih bingung dengan kenyataan yang sedang terjadi.
Aku tiba-tiba saja dibangunkan di pesawat luar angkasa oleh temanku Kanon yang juga ternyata berubah menjadi karakter gadis di permainannya, dan menjelaskan bahwa kita sedang berada di dunia yang mirip dengan game Beyond Space.
Kupikir ini hanya prank yang terlalu niat, namun setelah merasakan lenganku yang hampir retak setelah memegang dadanya yang kupikir palsu, aku akhirnya percaya. Kuh.... Bagaimana dia bisa sekuat itu dengan tubuh yang lebih kecil dariku? Omong-omong, aku juga telah berubah menjadi karakter dalam permainanku. Yahh, setidaknya aku aman karena membuat karakter laki-laki.
Tapi setelah itu kami dihadapkan pada situasi pertempuran dengan para perompak. Aku sangat gugup dengan itu dan berpura-pura santai di hadapan Kanon, dan setelah pertempuran selesai aku meluapkan sebagian besar emosiku termasuk rasa bersalah karena merasa telah membunuh orang dengan memeluk Kanon. Ya, dan aku mendapatkan pukulan di perut karena sedikit bercanda. Dia orang yang tanpa ampun.... Sungguh. Kalau dipikir-pikir memalukan melakukan sesuatu semacam itu di hadapan seorang teman, tapi tampaknya Kanon tidak terlalu memperdulikan hal itu.
Dan saat ini, karena tidak ada hal yang dapat dilakukan, kami memeriksa setiap sudut pesawat. Kapal Genesis merupakan kapal semi-ringan yang dirakit oleh Kanon. Ya, meski sistem persenjataan serta mesin pendorongnya sangat mutakhir, tapi Kanon membuat hal-hal tidak berguna di dalam pesawat. Contohnya dia menghabiskan uang dan sumber daya dengan membuat 4 kamar tidur, kamar mandi, ruang pelatihan, dan dapur di kapalnya yang mana itu tidak dibutuhkan dalam game karena kami bisa sampai ke tujuan dengan cepat saat melakukan Hyperdrive. Nah, jika ada game yang membutuhkan waktu berhari-hari hanya untuk sampai titik tujuannya tidak mungkin ada yang akan memainkannya. Dia mengatakan, "Ini demi artistik kawan!", dengan suara protes padaku. Dia bahkan mengimplementasikan hal-hal semacam ini di kapal indukku dengan semena-mena.
Tapi entah kenapa sekarang, apa yang telah dia lakukan ini begitu berguna dengan situasi kita. Kurasa kali ini ada manfaatnya dia melakukan itu.
"Hei, Kanon."
"Hmm?"
Dia melirikku saat sibuk menghitung barang secara manual di dapur. Dia tidak hanya membawa pasokan makanan, melainkan material-material logam yang berat.
Tanganku bahkan hampir tidak sanggup mengangkat satu, tapi bagaimana dia bisa membawa 3 kotak sekaligus tanpa berkeringat? Seberapa jauh stamina dan kekuatannya telah meningkat?
"Untuk apa semua logam dan suku cadang ini?"
"Itu semua adalah bahan untuk membuat senjata. Daripada menjual bagian-bagian itu, akan lebih baik kita menyimpannya karena sistem craft di kapal ini masih bisa digunakan. "
Ahh, aku mengerti.
Kita dapat membuat senjata laser maupun pedang menggunakan ruang crafting yang ada di kapal asalkan material serta cetak birunya ada. Cetak biru bisa dibeli dengan menuju toko senjata, atau mengikuti event untuk mendapatkan cetak biru yang langka. Namun materialnya sangat sulit di dapat apalagi untuk senjata peringkat atas, bahkan jika seorang player menjualnya, itu akan dijual menggunakan uang asli dibandingkan uang in-game. Maka dari itu tampaknya Kanon berniat menyimpannya.
"Kredit dalam gameku juga ikut terbawa, meski itu tidak banyak, tapi itu cukup jika hanya untuk mengisi daya, amunisi, maupun persediaan makanan selama 1 abad."
1 abad....?
"Err, begitukah? Darimana kau tahu?"
Tanyaku dengan penasaran. Masih tidak dapat dipastikan apakah semesta ini memiliki prinsip yang sama dengan Beyond Space, jadi aku sedikit ragu.
"Aku menebak berdasarkan data yang telah kubaca dari milik para perompak. Sistem transaksi serta keuangan kita dengan tempat ini tidak berbeda dengan game, jadi tidak perlu khawatir."
Ahh, jadi begitu. Jadi selama Kanon di kokpit dia sedang membaca semua informasi tambahan yang telah diambil dari kapal perompak. Dia ternyata sangat pekerja keras, dan aku.... Aku dengan terpesona melihat bintang-bintang serta kumpulan awan raksasa sehingga tidak memperhatikan. Aku merasa tidak berguna di sini.
"Tunggu, jika begitu mengapa kau menaruh material ini di ruang dapur sementara ruang crafting berada di seberangnya?"
Kanon diam sesaat ketika mengalihkan tatapannya.
"... Aku lupa kalau itu material logam dan menganggapnya persediaan makanan karena terlalu ringan..."
Ucapnya dengan pipi sedikit merah.
"..."
Tidak, tidak. Ekspresi malu itu mungkin tampak manis, namun dia adalah laki-laki di dalam, dan kata-kata yang dia ucapkan itu membuat kepalaku tidak bisa menerima kenyataan. 3 kotak yang berisi logam
itu hampir seberat 30 kilogram terasa ringan? Seberapa kuat dia sebenarnya?
Kurasa aku harus membuat catatan mental dengan tidak membuat Kanon emosi di masa depan.
...
"Hei, Kanon?"
Waktu yang terlewat setidaknya sudah 2 hari jika dihitung berdasarkan jam di Bumi. Aku dan Kanon hanya sedang duduk di ruang santai yang terhubung dengan ruang dapur sekarang. Kami cukup bosan karena tidak ada hal yang dapat dilakukan. Menatap ke luar angkasa juga sedikit melelahkan jika terlalu lama terpaku. Seharusnya kami siaga di ruang kokpit jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti semacam serangan perompak. Namun Crypto, AI cerdas milik Kanon dapat mengambil alih kemudi dan meski kemampuan pilotingnya hanya mencapai setengah dariku, dia masih dapat mengurusnya entah bagaimana.
"Ada apa?"
Kanon bertanya ketika dia dengan santai berbaring di sofa sambil menutup mata. Ekornya yang menyentuh lantai melambai-lambai dengan nyaman.
Ini selalu membuatku penasaran, tapi apakah ekor itu bergerak secara otomatis berdasarkan instingnya? Aku juga memiliki peliharaan anjing di tempatku menyewa apartemen, dan setiap kali dia senang atau menjadi antusias, ekornya akan melambai dengan cepat. Ahh, aku bertanya-tanya apakah ada orang yang merawat atau memberinya makan sekarang. Aku sedikit khawatir.
"Boleh aku menyentuh telinga dan ekormu?"
Tapi untuk sekarang, apa yang membuatku ingin tahu adalah seberapa lembut ekor dan telinga itu. Jadi aku sangat ingin menyentuhnya. Ahh, dan untuk catatan, Kanon masih memiliki telinga manusianya. Dengan kata lain, dia memilik 4 telinga. Aku pernah menanyakan bagaimana perasaannya tentang hal itu, tapi dia hanya mengatakan kalau pendengarannya menjadi jauh lebih sensitif. Tidak lebih.
"Tidak boleh."
Terhadap permintaanku aku mendapat penolakan langsung.
"Heee...."
Aku hanya bisa menghembuskan napas dengan kecewa. Padahal aku sangat ingin menyentuhnya.
Kanon lalu mengintip ke arahku dengan satu matanya yang terbuka.
"Boleh saja."
!!
Semangat tiba-tiba kembali padaku entah bagaimana.
"Tapi kita akan taruhan."
Taruhan?
Melihat aku memiliki wajah bertanya, Kanon melanjutkan sambil sedikit menyeringai.
"Ya. Kita akan bermain batu, gunting, kertas. Dan jika kau kalah aku akan menyentil dahimu. Lalu jika kau menang sebanyak 3 kali aku akan membiarkanmu menyentuhnya."
"Bukankah aturannya terlalu memberatkanku?"
Keluhku padanya.
"Itu pilihanmu untuk bermain atau tidak. Aku tidak akan memaksa."
Ucap Kanon saat menutup matanya.
"..."
Hmm, apakah aku harus ikut permainannya? Tapi entah kenapa aku akan masuk ke sarang harimau jika melakukannya.
... Tidak, ini hanya permainan. Lagipula apa yang bisa dilakukan jika hukumannnya hanya jentikan? Dan kita sedang sedikit bosan sekarang. Baiklah, mari lakukan.
"Oke, aku setuju."
Kali ini Kanon membuka kedua matanya, berhenti berbaring, dan duduk di sofa sambil merenggangkan pinggangnya.
"Baiklah. Kita mulai."
"Batu, gunting,.. "
Kami berdua menyiapkan tangan kami.
Dan setelah aba-aba terakhir...
"... Kertas!"
Hasilnya adalah aku batu sementara Kanon gunting.
"Aku menang!"
"Masih ada 2 kali lagi sebelum kau benar-benar menang tahu."
Seolah tidak menganggap kemenanganku begitu penting, Kanon menguap.
"Kali ini aku akan mengeluarkan gunting lagi!"
!!
Sial dia mencoba membuatku bingung.
Apa yang akan dia keluarkan? Gunting, atau kertas?
"Baiklah. Batu, gunting, kertas."
Tanpa dibiarkan untuk berpikir lebih lama, Kanon sudah mulai lagi sehingga aku terpaksa mengikuti alur dan mengeluarkan batu.
"Sekarang giliranku yang menang."
Kata Kanon dengan seringai.
Sialan! Dia berhasil menipuku!
"Kemarikan dahimu."
"Hahhh...."
Aku hanya bisa menyerah saat mendekatkan wajahku ke arah tangan Kanon yang sudah siap menjentikku.
Dia tampaknya sangat senang karena seringainya menjadi lebih lebar.
"Tolong jangan terlalu keras—"
Takk!
Tepat sebelum aku menyelesaikan kalimatku, Kanon telah menjentik dahiku dan mengeluarkan suara yang keras di saat kepalaku terlempar sedikit ke belakang.
"Kuakh!! Hei, aku sudah bilang tolong pelan-pelan!"
Kanon hanya tertawa atas kekesalanku.
"Salahmu sendiri karena mengikuti permainan ini. Selain itu aku masih menahan diri."
"Itu yang kau sebut menahan diri?! Kepalaku mungkin akan pecah setelah ini!"
"Nah, jika ingin berhenti silahkan saja."
Jawab Kanon acuh tak acuh sambil mengangkat bahu.
Sial, aku merasa tidak bisa mundur setelah memenangkan poin 1 kali.
".... Baiklah. Mari lanjutkan."
"Itu baru Satsuki yang aku kenal~"
Mengabaikan olokan Kanon, kami melanjutkan permainan.
"Kuak!"
"Gahk!"
"Akh!!"
Dan selama waktu itu dia lebih sering memenangkan pertandingan sehingga bisa menjentik dahiku berulang kali. Rasanya dahiku mulai berdarah sekarang. Padahal kekuatan fisikku juga ditingkatkan dengan karakter gameku, tapi aku masih kalah olehnya.
Dan setelah perjuangan melewati neraka yang tiada akhir....
"Kuh.... Akhirnya, aku menang."
Aku berhasil mendapatkan poin terakhir dengan diriku menggunakan kertas sementara Kanon menggunakan batu.
"Hmm? Kupikir kau akan hilang ingatan setelah semua itu."
"Jadi kau sengaja membuatku mengalami semua ini agar aku melupakan taruhannya?!"
"Cih."
"K-Kau baru saja mendecapkan lidahmu, kan?!"
"Ya, ya. Sekarang lakukan dan cepat selesaikan urusanmu."
Katanya saat meluruskan posisi duduknya.
"Dan jika aku menemukanmu melakukan sesuatu yang lain, akan ada lubang di perutmu setelah itu."
Tambahnya dengan nada tajam.
"T-Tenang, aku hanya akan menyentuh dan mengelus telinga serta ekormu saja."
Mengingat kekuatan fisik Kanon yang kuat tentu saja aku tidak akan melakukannya.
Aku berdiri setelah itu dan menghampirinya. Kanon tetap diam saat menatapku dengan mata menyipit..... Dia tidak akan melemparku, kan?
Mari berhenti peduli pada hal itu.
Baiklah, ayo kita mulai dengan telinganya. Sejak pertama kali melihatnya aku selalu tertarik untuk menyentuhnya.
Aku lalu perlahan-lahan mendekatkan lenganku dan mulai menyentuhnya dari ujung telinga.
"..."
Tidak ada reaksi khusus dari Kanon dan ekornya. Aku lalu melanjutkan dengan menggeser jariku ke sisi telinganya dan mulai mengelusnya. Ternyata telinganya jauh lebih tebal dari yang aku harapkan. Juga, bulu-bulunya terasa halus.
"Shhh..."
Aku mendengar suara Kanon menghirup napas dan melihat ekornya bergerak naik turun.
"Apa ada masalah?"
Tanyaku padanya.
"T-Tidak. Lanjutkan saja."
"Katakan jika kau merasakan sakit atau hal yang tidak nyaman. Aku akan segera berhenti."
Setelah itu aku lanjut mengelus telinganya terutama bagian belakangnya juga. Wahh, rasanya enak sekali....
Ekor Kanon menyisir sofa dengan cepat, wajahnya juga menjadi semakin rileks semakin lama aku mengelusnya.
"Apa rasanya nyaman?"
"!!"
Matanya menjadi lebar setelah mendengar suaraku seolah sadar dari mimpinya.
"T-Tidak. Rasanya biasa saja. Juga, bukankah waktunya untuk berhenti?"
"Ahh, benar. Kurasa saatnya mengelus ekormu."
"Ekorku juga?!"
"Bukankah itu sudah masuk perjanjian?"
"Kuh..."
Aku lalu berhenti menyentuh telinganya dengan wajah penuh kemenangan. Kini giliranku untuk mempermainkannya.
Kanon lalu berbalik dan memperlihatkan ekornya.
"T-Tolong jangan memegangnya terlalu erat."
Dia tampak gelisah seolah dia pikir aku merencanakan sesuatu.
Tidak, aku yakin kau akan membunuhku jika aku melakukan sesuatu yang berlebihan. Jadi tenang saja, aku tidak akan berani.
Tanganku dengan hati-hati memegang palka ekornya.
Ohh!! Bulu ekornya jauh terasa lebih halus dan lembut dibandingkan telinganya. Tapi masih ada perasaan tersendiri mengenai hal itu.
Aku lalu mulai mengelusnya dari ujung atas hingga ujung bawah. Entah kenapa tanganku terasa sangat nyaman menyentuh ini.
"!!"
Sementara itu, Kanon memiliki telinganya berkedut sementara dia menutup matanya dengan pipi memerah serta menggigit bibir bawahnya. Apakah dia sensitif di bagian ini? Hmm, bagaimana kalau kita kencangkan sedikit?
Berpikir seperti itu, aku mengembelai ekornya seperti bagaimana cara anjingku menyukainya.
"Fuwaah! Aku sudah tidak tahan lagi!"
Tapi sepertinya itu pilihan yang salah di saat tangan Kanon memegang lengan dan bahuku.
"Eh?"
Aku yang tidak tahu apa-apa telah berada di udara, dan saat aku sadar aku telah terbanting ke lantai.
Drakk!
"Kuhakk!!"
Aku merasa beberapa tulang rusukku patah karena bantingannya terasa keras.
"Ehh, Satsuki? Satsuki!! Satsu— "
Sebelum kesadaranku menghilang, aku mendengar suara Kanon yang panik....
Catatan lain, jangan terlalu menggoda Kanon terutama ekornya.
....
"Kenapa kau membawa alkohol ke sini?"
Tanya Kanon sambil mengerutkan keningnya.
Tinggal 12 jam sebelum kami sampai di stasiun ruang angkasa. Dan makanan yang kami miliki kebanyakan hanya junk food, serta cartridge makanan yang terbuat dari ganggang serta rumput laut sintetik yang bisa dibentuk menjadi berbagai jenis makanan menggunakan semacam perangkat seperti oven. Contohnya sushi ataupun daging sapi panggang. Dengan kata lain itu adalah alat 3D pembuat makanan. Rasanya tidak terlalu lezat, tapi mau bagaimana lagi.
Maka dari itu aku mengeluarkan minuman keras untuk menghilangkan rasa hambar di mulutku.
"Kita tidak di usia untuk meminum itu."
Kanon terlihat mempermasalahkan hal itu.
Yahh, secara teknis usia kami belum legal untuk meminum ini, tapi sekarang kita tidak di Jepang dan tidak ada aturan mengenai masalah usia di sini. Jadi kita bisa dengan bebas meminum ini.
Mendengar penjelasanku, Kanon masih tampak ragu.
"Mungkin akan sedikit pahit saat pertama kali kau meminumnya, cobalah."
Aku menyerahkan gelas yang telah di isi oleh bir padanya. Dulu aku pernah mencobanya bersama seniorku dari universitas yang sama dimana dia menyerahkanku 1 gelas secara diam-diam. Pada awalnya aku tidak terbiasa, namun semakin lama rasanya semakin enak.
"... Aku tak percaya Satsuki telah menjadi anak yang nakal."
Meski berkata begitu, Kanon diam-diam mengambilnya. Dia masih tampak ragu saat menyodorkannya di depan bibirnya.
"Yahh, banyak hal yang terjadi."
Dia menatapku yang sedang minum tanpa ada masalah, lalu melihat kembali ke arah gelasnya lagi.
Setelah beberapa saat berpikir, dia meminum semua itu dan menghabiskannya dalam sekali jalan tanpa pikir panjang. Ekor Kanon berdiri tegak sementara telinganya berkedut selama proses itu.
"Bagaimana?"
Tanyaku pada dia.
"...."
Tapi daripada menjawab, Kanon mematung saat gelasnya dia taruh di meja dengan wajah tertunduk.
"Ehm... Kanon?"
Melihat ada yang salah, aku bertanya dengan khawatir padanya.
"..... Ehehe."
Kini dia malah tertawa sekarang.
Jangan katakan dia mabuk hanya karena 1 gelas? Aku segera menghampirinya untuk mengetahui keadaannya.
"Kanon kau— Gwuah!"
Namun saat aku sampai di depannya, dia tiba-tiba melompat dan memelukku.
"Whehehe.... Bau Satsuki enaak."
Ucap Kanon dengan dengan tawa. Wajahnya merah serta matanya menatap dengan cara tidak jelas... Sudah pasti dia mabuk!!
Untuk berpikir dia akan mabuk hanya dengan 1 jelas..... Ternyata Kanon lemah terhadap alkohol. Apakah ini karena konstitusi tubuhnya yang berubah? Meski aku masih biasa saja.
Mari simpan hal itu untuk waktu lain. Sekarang aku harus menghentikan Kanon dari pelukannya, dan membawa dia ke kamarnya.
"Erm.... Kanon, sebaiknya kau— Aduh! Kemana kau menggigit, aw, aw!"
Tiba-tiba Kanon merangkak semakin dekat denganku dan mulai menggigit leher serta bahuku.
"Hei, berhenti!"
Gigitannya sedikit sakit dan agak menggelitik.
Kuh! Apa jangan-jangan insting binatangnya aktif atau semacamnya? Tampaknya butuh waktu lama untuk membuat dia sadar.
"Jangan menggigit lagi!!"
Catatan mental tambahan. Jangan pernah membiarkan Kanon meminum alkohol dengan segala cara.
Omong-omong, butuh waktu 2 jam agar aku bisa menjinakannya. Haaa.... Kehidupan ruang angkasa yang melelahkan. Apalagi bersama temanmu yang berubah menjadi gadis bertelinga serigala.