Satsuki's PoV
Aku merasa bersalah....
Kemarin aku telah memaksa Kanon untuk melakukan hal yang tidak seharusnya.
Jujur saja, meski itu terjadi karena efek obat, tetap aku yang melakukannya yang membuatku merasa bertanggung jawab.
Meski di bawah pengaruh obat, aku masih bisa mengingat dengan jelas semua tindakan yang aku lakukan pada Kanon. Mulai dari suara rintihan, erangan, matanya yang mengeluarkan berair, ekspresinya yang kesakitan, dan tubuh kecilnya yang menggoda tampak sangat menggairahkan pada saat itu hingga aku memeluknya lebih erat dan semakin bersemangat.
Tidak, tidak, tidak. Kenapa aku malah mengingat malam itu?! Terlalu memalukan jika di bahas sekarang.
Entah kenapa aku merasakan keterikatan yang kuat pada Kanon setelah itu. Nah, di tempat pertama aku juga suka menyentuh telinganya, dia juga tampak manis meski ekspresinya tidak banyak berubah kecuali saat dia sedang dalam suasana hati yang baik atau sedang emosi. Tapi itu memberinya daya tarik sendiri.......
Tunggu dulu! Dia ini laki-laki! Meski dia gadis sekarang, dia tetap laki-laki di dalam! Kenapa sekarang aku malah menyukainya? Dan juga, kenapa aku mengutarakan perasaanku padanya tadi?! Memikirkan apa yang telah kukatakan padanya membuatku sangat malu sekarang.
"Huhh, aku pasti sudah gila karena menyukainya..."
Dulu aku memiliki banyak teman gadis. Karena mereka aku kesulitan berteman dengan kebanyakan laki-laki seusiaku. Di sisi lain, mereka merepotkan dan menyenangkan dengan caranya sendiri. Tapi aku tidak pernah memiliki hubungan yang lebih dalam dengan salah satu mereka. Tampaknya mereka hanya mempermainkanku, sungguh menyedihkan. Namun entah kenapa Kanon selalu menatapku dengan dingin setiap kali aku mengucapkan hal itu, dan mengatakan "Riajuu mati saja". Ada juga saat di mana dia datang dan menonton dari jauh sambil memakan popcorn ketika ada percikan terjadi diantara para gadis sementara aku ditengah-tengahnya. Aku tidak paham kenapa mereka berdebat, tapi itu sungguh melelahkan. Kanon sendiri tampak menikmatinya saat mengucapkan "Terima kasih untuk acaranya". Apa dia menganggap kehidupanku sebagai opera sabun?
"Tapi kemana Kanon pergi? Sudah 2 jam dan dia tidak kembali."
Dia sama sekali tidak membalas pesan atau menjawab panggilan yang membuatku khawatir.
Aku tidak memiliki sesuatu yang khusus untuk dilakukan di Genesis selain membereskan kamarku yang...... Begitulah.
"Crypto, aku akan keluar mencari Kanon. Jaga Genesis."
[Dipahami. Hati-hati di luar]
Karena khawatir aku keluar dan mencari Kanon yang entah kemana. Apa dia masih marah padaku?
Sebaiknya aku tanyakan. Bagaimanapun, aku telah melukainya.
...
"Aku mungkin akan masih butuh waktu lama untuk terbiasa dengan dunia ini."
Gumamku saat melihat pemandangan kota koloni luar angkasa.
Saat melihat ke angkasa, kau bisa melihat pancaran sinar energi dengan warna biru samar serta lapisan kaca tak terlihat yang menopang kelangsungan hidup di sini. Melirik ke sisi lain, ada juga elevator yang membawamu ke bawah dan atas.
Koloni ruang angkasa ini dirancang untuk terus berputar dan menciptakan gaya sentrifugal (bergerak menjauh dari pusat) yang menghasilkan gravitasi buatan. Maka dari itu, daerah 'permukaan' cincin dibuat sebagai zona hidup utama. Ini juga alasan mengapa hampir semua stasiun berbentuk cincin.
Tanpa sadar, aku terus menikmati pemandangan koloni ini saat lanjut berjalan.
Aku tidak pernah berpikir untuk bisa pergi ke semesta lain hanya setelah bangun dari tidur. Biasanya, seseorang perlu tertabrak truk sebelum hal ini terjadi, kan?
Aku juga merasa beruntung bisa berkelana bersama temanku... Meski kini dia menjadi gadis bertelinga binatang yang cantik....
Di sisi lain, koloni ruang angkasa ini membebankan pajak yang gila untuk hidup di sini. Udara yang kita hirup serta air yang kita gunakan bahkan memiliki harga. Lalu bagaimana dengan kita tinggal pada sebuah planet layak huni? Itu pasti akan memiliki harga yang berkali-kali lipat dari itu.
Distrik 4 juga, meski tampak sebagai tempat yang baik serta nyaman untuk ditinggali, bukan berarti tidak ada bahaya yang mengancam. Memikirkan dirimu membawa senjata dan memperlihatkannya secara bebas jelas menandakan keamanan di sini tidak begitu baik. Sebagian besar orang yang kulihat juga memiliki suasana 'kasar' di sekitarnya. Mereka mungkin adalah para tentara bayaran dari Mercenary Guild, atau bisa jadi ada kemungkinan mereka adalah penjahat karena terdapat beberapa orang yang dengan menyesal menatapku saat aku memperlihatkan senjata laser dari belakang mantel.
Seperti yang dikatakan Kanon, membawa senjata adalah hal yang efektif. Tapi ini semakin membuatku khawatir padanya. Senjata yang dia gunakan tidak terlihat sehingga orang-orang mungkin akan menganggapnya sebagai mangsa. Dan memikirkan dia masuk ke Distrik 5 di mana Distrik 4 saja sudah seperti tempat komplotan penjahat membuatku takut.
"Kuharap dia baik-baik saja."
Aku terus berjalan dan melakukan pencarian setelah itu. Namun, masih tidak dapat menemukannya. Di mana sebenarnya Kanon? Dan entah kenapa aku merasa sejumlah orang mulai mengikutiku. Tunggu, bukankah beberapa di antara mereka adalah orang-orang yang memiliki mata penyesalan saat menatap senjataku dan memasuki gang gelap? Apakah mereka memanggil teman-temannya dan mengikutiku untuk diperas?
Mengabaikan rasa tidak nyaman di pikiranku, aku terus berjalan.
"Halo~"
Pikiranku terhenti saat mendengar bisikan manis tiba-tiba datang dari telingaku.
Aku segera melirik ke arahnya dan mengeluarkan pistol laser dan membidiknya. Padahal aku sudah waspada dan ada seseorang yang sudah sangat dekat denganku?
"Woah, woah, tahan senjatamu. Tiba-tiba menodongkan senjata ke arahku, kau ini pria yang tidak tahu malu ya?"
Dia segera mengangkat tangan dan mundur beberapa langkah dariku. Suaranya tampak tenang untuk orang yang sedang ditodong.
Melihat lebih jelas, dia adalah seorang gadis yang berada di pertengahan 20-an. Rambutnya berwarna abu-abu dan dipotong pendek hingga mencapai leher. Terdapat sepasang tanduk yang runcing ke bawah di antara rambutnya, dan ada semacam antena juga yang mengingatkan aku akan serangga. Dia mengenakan syal panjang, jaket, dan kaus polos, serta rok pendek mengembang yang seperti bunga mawar. Stocking hitam legam menutupi seluruh kulit di kakinya, sementara ada juga ekor hitam yang mencuat dari belakangnya.
Jujur, kecantikannya akan menyamai Kanon saat aku memperhatikan wajahnya yang bulat. Seringainya yang tampak jahat juga terlihat menggoda. Apalagi dadanya yang super... Mari abaikan itu untuk sekarang.
Aku segera menurunkan senjataku saat melihat dia tidak memiliki minat jahat. Dia tampaknya bukan orang dari kelompok yang mengikutiku.
"Ada yang bisa kubantu?"
Aku bertanya saat memasukkan pistol ke sarungnya.
Dia menurunkan lengannya yang terangkat perlahan-lahan, dan mulai berbicara.
"Tidak, hanya penasaran saja. Kau tampak seperti orang desa yang baru memasuki kota, tahu. Dan itu membuatku sedikit tertarik."
Jawabnya sambil terkikik.
"Ugh...."
Memang ada benarnya. Kanon selalu mengatakan untuk menjaga ekspresiku sebaik mungkin karena itu akan menarik perhatian yang tidak perlu. Tapi aku kesulitan menyembunyikan mimik wajahku karena betapa kerennya tempat ini.
"Omong-omong, siapa namamu?"
Aku segera mengalihkan pembicaraan.
"Panggil aku Kaede. Seorang tentara bayaran peringkat B."
Ohh, tentara bayaran. Aku dan Kanon juga berniat mendaftar di sana untuk menguatkan indentitas kami nanti. Jadi untuk sekarang kami hanya tentara bayaran tak-berafiliasi.
Di Beyond Space, Mercenary Guild juga tempat pemain mengambil quest serta melihat event. Di dunia ini tampaknya hal itu tidak banyak berubah di mana mereka menyediakan pekerjaan pemburu bounty seperti mengalahkan perompak luar angkasa, atau menangkap penjahat. Ada juga misi pengawalan. Aku perlu melihat lebih jelas tentang mereka nanti mengenai perubahan yang ada.
Melirik ke arah orang-orang yang telah mengikutiku, mereka ternyata perlahan bubar dengan keringat dingin saat mendengar perkenalannya. Apa yang terjadi sekarang?
Aku mengabaikan mereka saat memperkenalkan diri padanya.
"Namaku Satsuki. Aku juga seorang tentara bayaran. Maaf karena telah menodongkan senjataku padamu."
"Tidak apa-apa. Orang akan selalu seperti itu setiap kali aku melakukannya."
Jadi ini bukan pertama kalinya dia melakukan itu...
Tampaknya dia tipe orang yang menyenangkan melihat nada bicaranya. Tapi, apakah aku bisa mempercayainya? Aku tidak bisa percaya begitu saja pada orang asing dan Kanon selalu mengatakan untuk berhati-hati pada orang yang tidak dikenal. Namun entah kenapa menurutku dia bisa dipercaya, mengabaikan seringainya yang aneh.
Sayangnya aku tidak memiliki minat untuk berbincang-bincang dengannya saat ini karena harus mencari Kanon.
Mari pergi dengan ucapan sopan. Pikirku.
Tapi sebelum aku dapat mengeluarkan satu kata, dia sudah berbicara terlebih dahulu.
"Kau tampak terburu-buru. Padahal aku ingin mengajakmu tur sebentar di sekitar sini agar kau lebih mengenal tempat."
Bagaimana dia tahu?
"Maaf, aku sedang mencari seseorang."
Dia mengangkat alis seolah tertarik saat mendengarnya.
"Siapa itu, kalau boleh tahu."
"Dia kapten kapalku. Dia sama sekali tidak membalas pesan atau menjawab panggilan, maka dari itu aku mencarinya."
Kali ini dia menyilangkan lengannya dan berpikir sejenak.
"Hmm, jadi kaptenmu hilang, ya. Apakah dia seorang gadis?"
Ehh? Bagaimana dia tahu? Dia esper, kah?
"Ya.... Begitulah."
"Jawabanmu sangat samar, kau tahu."
Katanya sambil mengerutkan kening.
Hei, aku sendiri bingung apakah harus memanggilnya laki-laki atau perempuan karena perubahannya.
"Dia memang seorang gadis. Tapi apa ada alasan khusus kau menanyakannya?"
"Tidak ada. Hanya saja itu agak disayangkan bagiku...."
"Apa kau bilang?"
Kalimat terakhirnya terdengar samar sehingga aku tidak memperhatikan.
"Bukan hal yang harus kau pedulikan. Baiklah, akan kubantu."
Dia melambaikan tangannya seolah melupakan apa yang dia katakan sebelumnya.
Tapi sungguh? Dia ingin membantu? Padahal kami baru bertemu dan dia ingin membantuku? Jika itu Kanon dia akan langsung curiga. Tapi aku setidaknya ingin mempercayainya. Lagipula aku juga perlu seorang pemandu karena sangat asing dengan tempat ini.
"Benarkah? Tapi itu pasti akan merepotkanmu, Senior."
Mendengar kata 'Senior' membuat antena Kaede berayun sesaat. Apa itu? Dia terlihat sangat lucu saat melakukannya. Apa jangan-jangan dia senang aku memanggilnya seperti itu? Mungkin hanya perasaanku saja.
"Haha. Tenang saja, Junior kecil hanya perlu mentraktirku makan serta minuman alkohol setelah ini selesai."
Ucap dia saat menutupi senyum di wajahnya.
Jika hanya itu pembayarannya kurasa tidak masalah.
"Baiklah, tapi sebaiknya Senior jangan menyesalinya."
"Tenang. Aku seorang tentara bayaran profesional. Tidak mungkin aku akan memeras Juniorku."
Ucap dia saat menepuk dadanya.
"Haha. Terima kasih karena telah membantu kalau begitu."
Dengan begitu, hubungan senior-junior yang aneh terjadi di antara kami.
Aku lupa mengatakan kalau aku dan Kanon belum terdaftar secara resmi di Mercenary Guild sehingga praktis dia bukan Seniorku. Tapi mari biarkan saja.
...
Aku berjalan bersama Kaede sekarang, dan selama waktu itu aku menanyakan banyak hal yang tidak kuketahui dan membuatku penasaran.
Contohnya, bagaimana cara orang-orang bisa berkomunikasi satu sama lain. Maksudku, aku bisa mendengar bahasa yang berbeda yang tidak pernah kudengar sebelumnya namun bisa memahami kata-kata itu. Tulisannya sendiri berbentuk karakter kanji dan hiragana, yang membuatku merasa aneh.
"Kau tidak tahu implan bahasa? Apakah kau hidup di gua atau semacamnya?"
Dia tampak sangat terkejut dengan pertanyaan itu, tapi dengan senang hati menjelaskan.
Dia menjelaskan bahwa semua orang setelah 1 tahun kelahiran, mereka akan disuntikkan implan bahasa yang memungkinkan mereka untuk memahami semua kata dan tulisan. Meski mereka mendengar bahasa yang tidak pernah didengar atau tulisan yang tidak pernah dilihat, mereka akan memahami maknanya berkat implan itu. Terdengar tidak masuk akal, tapi ini adalah dunia sci-fi dengan teknologi canggih diikuti dengan perkembangan selama ribuan tahun. Mari anggap itu adalah hal biasa.
Tapi bagaimana dengan aku dan Kanon? Kami tidak pernah mendapat implan tersebut, jadi bagaimana kami bisa memahami bahasa mereka? Apakah karena cheat? Akan aku abaikan pertanyaan itu untuk saat ini.
"Lalu bagaimana denganmu Senior. Ras apa dirimu?"
"Huhh. Satsuki, kau ini benar-benar orang udik ya."
Kaede hanya bisa menghela napas takjub pada pertanyaanku.
Mau bagaimana lagi, aku ini tidak tahu apa-apa tentang hal-hal umum di dunia ini.
"Aku berasal dari ras Diabel. Ras ini bisa ditandai dengan bentuk tanduk. Meski diberi nama Diabel, itu hanya nama resmi secara keseluruhan karena masing-masing dari kami memiliki nama ras dan jenis sendiri."
Dia lalu menunjuk tanduknya sambil terus menjelaskan.
"Contohnya aku. Nama rasku sebenarnya bernama Blatties, dan karena tanduk kami menjadikannya masuk kategori Diabel."
"Keunikan kami adalah, kami memiliki antena yang meningkatkan panca indera. Contohnya, aku bisa merasakan keberadaan seseorang, meningkatkan penciuman, atau melihat rincian bentuk suatu benda berdasarkan getaran yang kuterima tanpa menatap secara langsung."
... Baiklah. Ciri-ciri kemampuannya memang sama dengan serangga.
Aku mungkin akan dimarahi jika mengatakan ini padanya secara langsung, tapi... dia mirip kecoa jika kalian bertanya.
"... Ahem, ini mungkin pertanyaan yang aneh. Tapi... Bagaimana presentase kehamilan seseorang yang berpasangan dengan jenis ras berbeda.....?"
Aku terbatuk canggung saat menanyakan pertanyaan itu. Tapi aku menanyakan ini karena keadaan aku dan Kanon kemarin. Apalagi, kami melakukannya tanpa 'penjaga keamanan'. Tapi bukan berarti aku menanyakannya karena ingin situasi itu terjadi. Aku perlu mempertimbangkan kemungkinan masa depan dengan mendengar hal ini.
"Apa?"
Kaede berkedip beberapa kali karena tidak biasanya pertanyaan itu.
"... Yahh, kemungkinan seseorang memiliki keturunan meski berasal dari ras yang berbeda kurang lebih sama dengan melakukannya dari ras yang sama. Hanya saja, biasanya anak mereka akan mengambil bentuk ras dari ibunya. Cukup jarang jika mengambil ciri ayahnya."
"B-Begitu...."
"Nah, ada juga ras berdarah dingin yang tidak memungkinkan mereka memiliki keturunan dengan ras lain seperti Bloom dan Certilia."
Bloom serta Certilia kalau tidak salah adalah ras ular dan kadal dalam permainan.
"Tunggu, kalau dipikir-pikir kenapa kau menanyakan pertanyaan ini? Ini seharusnya informasi yang sangat umum dalam dunia medis. Seberapa jauh sebenarnya kau hidup dari peradaban?"
Pada pertanyaan dan tatapan mengintrogasi itu, aku tidak bisa mengelak.
"Sebenarnya..."
Aku menjelaskan beberapa kekhawatiran dan kejadian yang melibatkan hal itu terjadi pada Kaede. Dan dia memiliki ekspresi yang menahan tawanya saat mendengar cerita itu.
"Hahaha! Jadi maksudmu, kau dan kaptenmu tidak tahu apa yang kalian minum itu sejenis obat per-perangsang yang kuat, dan menyebabkan kalian melakukan itu, sehingga kapten kapalmu menjadi sangat marah dan meninggalkanmu?! Hahahaha! Itu cerita yang sangat aneh!"
Kaede terus tertawa terbahak-bahak setelah selesai mendengar ceritanya. Sungguh, apa dia tidak memiliki rasa malu mengucapkan hal itu dengan keras? Aku juga menyesal karena telah menceritakannya jika tahu dia akan mengejekku.
"Ayolah, jangan murung begitu. Aku hanya bercanda. Tidak, kurasa aku tidak sedang bercanda."
Ucap Kaede saat menepuk-nepuk pundakku sambil menahan tawa.
"Aku sebenarnya ingin marah, tapi akan kulupakan karena Senior terlihat cantik."
Setelah aku mengatakannya, wajah Kaede membeku sejenak sebelum membuat seringai nakal.
"Hee~ meski wajahmu terlihat polos ternyata kau suka menggoda perempuan lain ya, Satsuki."
Aku berpura-pura tidak mendengar apa yang dikatakannya saat membuat wajah masam. Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu.
"Aku sebenarnya ingin menanyakan ini. Kemana kau ingin membawaku, Senior?"
Perlahan, jalan yang kami lalui menjadi semakin sepi, dan pencahayaan di sekitar lebih redup, dan ada beberapa gedung yang tidak terawat yang menambah rasa suram tempat ini. Rasanya seperti kami melewati bagian dunia yang berbeda.
"Kaptenmu seorang gadis, bukan? Jika dia sama udiknya dengan dirimu ada kemungkinan dia dibawa ke sini. Dari yang kudengar, ada beberapa orang yang hilang juga di sini. Jadi aku yakin mereka diculik."
"Di-Diculik?!"
Kata-katanya membawa kekhawatiran dalam diriku.
"Aku sendiri sebenarnya memiliki misi untuk mengurus masalah ini. Dan tampaknya kebetulan bahwa pacarmu mungkin menjadi korban di sini."
"Tapi Kanon sangat kuat jika melakukan pertarungan. Aku tidak yakin dia akan bisa ditangkap semudah itu."
"Begitukah? Nah, siapa yang tahu. Tapi hanya di sini aku bisa memperkirakannya ada. Jika kita mencarinya di Distrik 4, aku tidak yakin bisa menemukannya."
"Ha— "
Aku ingin mengatakan "Harusnya kau mengatakan lebih awal jika ingin membawaku ke sini", namun aku menghentikannya saat menatap ke arah sudut gang dan melihat seorang gadis sedang ditarik paksa oleh beberapa orang.
"T-Tolong!!"
Tatapan matanya bertemu denganku. Pandangannya dipenuhi oleh rasa teror dan keputusasaan saat kuperhatikan.
Gadis itu pada akhirnya diseret masuk ke dalam gang gelap tanpa tahu apa yang mungkin terjadi selanjutnya.
Aku hendak berlari dan menghentikan tindakan mereka, namun bahuku dipegang oleh Kaede yang membuatku berhenti.
"Kau ingin menyelamatkannya?"
Tanya Kaede dengan wajah tanpa ekspresi.
Apa-apaan maksudnya itu? Bukankah sudah jelas kita harus membantunya. Tindakannya membuatku mengerutkan kening.
"Jika kau ingin menyelamatkannya, semua tanggung jawab gadis itu ada pada tanganmu, dan jangan menyeretku, oke?"
Apakah akan ada masalah jika itu terjadi?
"Aku tidak paham maksud Senior, tapi aku selalu bertanggung jawab atas tindakanku sendiri."
Aku tidak bisa mengabaikan orang yang tampak membutuhkan bantuan.
"Bagus! Kalau begitu apa yang kau tunggu? Ayo selamatkan dia!"
"Se-Senior!"
Ekspresi Kaede kembali seperti biasa, dan malah menjadi lebih bersemangat saat menarik lenganku dan berlari menuju gang gelap itu.