Chereads / Beyond The Space / Chapter 10 - 10. Satsuki Mengumpulkan Harem?

Chapter 10 - 10. Satsuki Mengumpulkan Harem?

Kanon ternyata membalas pesanku... Syukurlah dia baik-baik saja. Dia mengatakan akan segera ke sini dengan cepat.

Satsuki menghela napas lega dalam hatinya setelah membaca pesan terminal yang datang. Namun dia merajut alisnya saat berpikir bahwa pesan yang telah dia kirim mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman pada Kanon. Tapi hal itu juga bisa membuat dia mendatanginya segera.

Aku harus bersiap-siap dimarahi...

"Jadi, di mana pacarmu sekarang?"

Tanya Kaede yang berada di sampingku sementara menyilangkan kakinya saat duduk.

Satsuki bisa melihat garis perutnya yang indah karena kaus yang dikenakannya telah robek dan digunakan sebagai perban darurat. Dia buru-buru menarik pandangan darinya lalu menjawab.

"Aku sudah mengatakan ini sebelumnya, dia itu kaptenku."

Sembari menunggu Kanon yang ternyata telah membalas pesan, Satsuki berbasa basi untuk meluangkan waktu. Dia seharusnya akan segera sampai karena mengatakan jaraknya cukup dekat dari tempat dia sekarang.

Meski Kaede pada dasarnya hanya menggodanya selama percakapan berlangsung.

"Wahh, kau ternyata cukup buruk juga karena berani melupakan kejadian memalukan yang telah kau lakukan."

"Aku tidak melupakannya!"

Keluh Satsuki saat berseru.

Bagaimana bisa aku melupakan hal yang telah kulakukan! Jika aku melakukannya, aku akan menjadi orang yang terburuk!

"Ara~ Ara~ lalu bagaimana dengan gadis itu? Apa yang akan kau lakukan padanya setelah ini selesai."

Menatap gadis yang tidak sadarkan diri di punggungnya, Satsuki menjawab, "Kurasa, setelah dia sadar, kita akan membiarkannya sendiri?"

Kaede mengangguk pada kata-katanya.

"Memang benar. Lagipula kehidupannya tidak ada hubungannya denganmu..."

Lalu Kaede dengan cepat menambahkan.

"... Sayangnya, cepat atau lambat dia mungkin akan mati setelah itu."

Ucapnya dengan acuh.

Mata Satsuki melebar karena terkejut dan tidak mengerti.

"Apa? Kau harusnya bisa tahu itu dengan melihat keadaannya. Dia mungkin orang yang berasal dari distrik 3 yang mengalami masalah finansial. Dan karena tidak bisa membayar pajak, dia dilemparkan ke Distrik 4. Karena baru pertama kalinya berada di daerah yang barbar dan tidak tahu bagaimana harus bertahan hidup, dia pasti pergi ke Distrik 5 untuk makanan sampah yang gratis di sana."

"Jika memang begitu, menurutmu bagaimana dia bisa sampai pada situasi itu?"

Kaede sedikit memiringkan lehernya sementara menyeringai. Seolah tahu jawabannya.

"Entah. Mungkin orang tuanya meninggal, memiliki hutang, atau semacamnya."

Satsuki sedikit merenung mendengar kata-katanya.

Untuk berpikir bahwa hidup itu akan begitu sulit, aku harus merasa beruntung memiliki Kanon ikut bersamaku karena mungkin aku akan dengan mudah terkena penipuan.

Dia mengangguk dan menatap gadis itu dengan mata kasihan.

"Bagaimana jika kita seandainya memberi dia uang?"

Atas pertanyaan itu, Kaede menggelengkan kepalanya dengan wajah pahit sebagai jawaban.

"Dia mungkin bisa bertahan untuk beberapa saat, namun situasi yang sama pada akhirnya akan terjadi. Bahkan jika dia mencoba mengambil pekerjaan di tambang, dia tidak akan mampu bertahan lama dengan fisiknya. Jika dia mencoba mencari pekerjaan di Distrik 4, dia mungkin akan kesulitan diterima karena usia dan kemahirannya. Satu-satunya tempat yang mungkin hanya distrik lampu merah..."

Kaede tidak berbicara lebih banyak saat suaranya semakin samar. Dia mungkin tidak ingin Satsuki mendengar lebih jauh, melihat dia masih naif. Hal ini mungkin akan terlalu merusak moralnya tentang dunia.

"..."

Mereka diam setelah itu. Tidak ada yang berbicara.

Namun keheningan yang sesaat itu pecah ketika Satsuki merasakan pergerakan dari punggungnya.

"..."

Bersandar di punggungnya, gadis itu perlahan membuka matanya dan melihat sekeliling dengan linglung. Dia lalu tersadar bahwa dirinya sedang digendong, dan melihat orang yang melakukannya. Ingatan-ingatan tentang apa yang telah terjadi sebelum kesadarannya pingsan menjadi jelas, mulai dari dirinya yang ditangkap dan hampir dinodai, hingga ada beberapa orang yang datang lalu menyelamatkannya.

"Ohh, kau akhirnya sadar."

Ucap Satsuki dengan nada lega saat meliriknya.

"U-Um..."

Gadis itu tidak tahu harus menjawab apa dengan suaranya yang terbata-bata.

"Apa kau baik-baik saja?"

Melihat pihak lain tidak menjawab membuat Satsuki khawatir.

"U-Um, ya. Pertama-tama, b-bisakah kau menurunkanku dulu?"

Ucap gadis itu dengan wajah memerah seolah ingin menangis. Dia baru menyadari bahwa wajah Satsuki sangat dekat dengannya sehingga membuat dirinya menjadi panik dan gugup.

Suaranya yang sedikit serak namun terdengar halus dan lembut agak menghipnotis orang untuk menahan diri untuknya. Satsuki yang mendengarnya perlahan dengan lembut menurunkannya.

"Terima kasih karena telah menyelamatkanku! Aku akan mengingat ini untuk selamanya!"

Ucap gadis itu sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, kami hanya kebetulan lewat."

Balas Satsuki yang tersenyum ramah.

"Pertama-tama duduk dulu. Kondisimu sedang tidak baik."

"Erm, terima kasih."

Gadis itu lalu duduk dan menyesuaikan dirinya. Diikuti dengan Satsuki yang duduk bersebrangan dan berada di Sebelah Kaede.

"Sekali lagi terima kasih karena telah menyelamatkanku. Jika seandainya kalian tidak ada di sana, aku tidak yakin apa yang akan terjadi padaku."

"Haha, sudah kubilang untuk tidak usah terlalu memperhatikannya. Kami hanya kebetulan lewat. Bukan begitu, Senior?"

Tanya dia sambil tersenyum pada Kaede.

"Nah, kaulah yang membuatku harus masuk dalam situasi itu. Kau terus merengek padaku untuk membantumu menyelamatkannya, tahu."

"Y-Yahh, soalnya hanya kau yang bisa kuandalkan pada saat itu, Senior. Tanpamu, aku mungkin tidak akan bisa melakukannya sendiri, jadi terima kasih banyak untuk itu."

Ucapnya saat menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hmph, baguslah kau sadar."

Sedikit rona merah timbul dari pipi Kaede sementara membuat seringai. Ucapannya tampaknya telah membuat dia menjadi malu.

Satsuki buru-buru memperbaiki pandangannya kembali ke arah gadis itu dan melanjutkan perbincangannya.

"Omong-omong, siapa namamu?"

Gadis yang canggung itu menjawab beberapa saat setelahnya.

"Namaku Vermilia. Tapi kalian bisa memanggilku Milia."

"Baiklah, Milia. Jadi, bagaimana kau bisa masuk dalam situasi itu kalau boleh tahu. Tidak perlu menjawabnya kalau kau merasa itu sulit."

Vermilia menggelengkan kepalanya dengan wajah masam.

"Tidak apa-apa. Situasi ini bisa terjadi pada siapa saja. Ini mungkin akan menjadi cerita yang cukup membosankan."

"Ceritakan saja, sembari menunggu teman kami ke sini, kami akan mendengarkannya."

Ucapnya saat mengingat kapan Kanon akan ke sini.

"Baiklah kalau begitu."

Ucap Vermilia mengangguk.

"Tunggu sebentar, kalau begitu bolehkah aku ikut bergabung dan mendengarkan."

Ketika Vermilia akan menceritakan asal mengapa hal ini terjadi padanya, suara asing masuk masuk ke dalam percakapan mereka.

"Ahaha, silahkan sa- Huhh!?"

Satsuki yang menjawab dengan hangat akhirnya tersadar ada kelainan, dan langsung memperhatikan orang yang datang entah darimana itu dan mengenalinya, sementara Kaede diam-diam menyiapkan senjatanya karena bahkan dia tidak sadar ada orang yang mendekat.

"Kanon!"

Dia langsung menjadi bahagia melihat Kanon akhirnya di depan matanya, dan hendak memeluknya. Namun, tatapannya yang dingin segera membuatnya berhenti saat berdiri dengan tegap.

"Untuk orang yang memberiku pesan darurat hingga membuatku tergesa-gesa ke sini ternyata sedang berkencan dengan dua orang gadis, sungguh pemandangan yang indah sekali ya, Satsuki."

"Ugh.."

Satsuki tidak bisa berkata apa-apa ataupun membuat alasan di bawah tatapan yang dingin itu.

"T-Tidak seperti itu, Kanon! K-Kami kebetulan bertemu saat aku sedang mencarimu, dan-dan banyak hal terjadi."

Entah kenapa rasanya seperti aku membuat alasan di depan pacar yang mengetahui aku sedang selingkuh...

Satsuki mengeluarkan keringat dingin selagi memikirkan hal bodoh itu.

"Ya, ya, aku paham. Ceritakan nanti saja. Selain itu, di sini bukan tempat yang tepat untuk berbicara. Mari pergi dari sini dulu."

Kanon untuk sementara menghela napas dan berhenti mengintimidasinya. Ia merasa sia-sia karena khawatir bahwa sesuatu yang sangat buruk terjadi padanya. Apa yang malah dia lihat setelah sampai adalah dia tampak sedang berkencan dengan gadis tidak dikenal.

Tapi syukurlah dia baik-baik saja...

Dia tidak paham situasinya, namun ketika dia melirik gadis-gadis yang bersamanya terlihat dalam keadaan tidak baik, dia setidaknya bisa menebak beberapa hal. Jelas bahwa sesuatu telah terjadi.

"Tunggu sebentar! Lalu bagaimana denganmu, kenapa kau terluka? Bagaimana kau bisa terluka seperti itu, apa kau baik-baik saja?"

Satsuki akhirnya memperhatikan bahwa Kanon terluka, karena dia selalu memegang sisi perutnya sementara darah mengalir dari tangan yang menekannya, sehingga dia menjadi panik.

"Ini luka kecil dan darahnya sudah berhenti keluar. Selain itu kita akan mampir ke rumah sakit untuk perawatan nanti karena tampaknya salah satu orang di belakangmu juga terluka."

Kanon melirik ke wanita yang berambut pendek dengan tanduk yang meruncing ke bawah sebelah Satsuki. Dia bisa melihat ada bekas darah di bahunya dari ikatan yang di buat sebagai perban. Selain dari itu, dia sadar bahwa spesifikasi wanita itu di luar bayangannya saat menatap secara keseluruhan. Sosok tubuhnya terlihat luar biasa, ditambah dengan wajahnya yang menawan akan bisa membuatnya menjadi seorang model.

... Dadanya terlalu mengintimidasi.

Di sisi lain, dia bisa melihat gadis dengan rambut berwarna jingga yang kusam dan wajah sedikit dekil. Namun jika diperhatikan, bila seandainya dia tidak kotor dan memakai pakaian bersih, Kanon yakin dia akan menjadi sangat cantik.

Apakah dia sudah mengumpulkan anggota harem?

... Untuk berpikir Satsuki akan mampu mengumpulkan anggota harem secepat ini... Dia memang layak menjadi protagonis. Hanya saja otaknya tidak berfungsi dalam memahami suasana 'pertempuran' para gadis di masanya hingga tidak ada pemenang. Ahh, aku menjadi rindu sekolah.

Ada banyak pertanyaan di benak Kanon untuk ditanyakan pada Satsuki. Seperti bagaimana dia di sini, dan bagaimana dia bertemu mereka. Tapi dia akan mengetahuinya perlahan.

"Jelaskan semuanya selama perjalanan. Aku ingin tahu bagaimana situasimu bisa menjadi seperti ini."

Yang lebih penting, dia ingin mendengar lebih lanjut tentang hal-hal yang terjadi padanya setelah melihat bahwa mereka tampaknya telah mengalami baku tembak.

"B-Baik."

Mereka lalu mulai berjalan meninggalkan perbatasan antar-distrik karena terlalu berbahaya menetap di sana. Vermilia di sisi lain mengatakan ingin berpisah dengan mereka karena merasa tidak nyaman mengganggu penolongnya, namun segera ditahan oleh Satsuki dan Kanon. Masih ada hal yang ingin dibicarakan dengannya.

"Vermeil, jika kau tidak sanggup berjalan, aku bisa mengggendongmu jika kau mau."

Kata Satsuki dengan khawatir saat menatap Vermilia.

Dia bisa melihat bahwa gadis itu memiliki napas terengah-engah untuk mengikuti langkah mereka. Jelas konstitusi tubuhnya sedang tidak baik.

"T-Tidak, aku bisa jalan sendiri. Selain itu, aku takut bau ku akan mencemarimu."

Menolak dengan suaranya halus, Vermilia tidak ingin membuat mereka merasa tidak nyaman.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Ini tidak seperti dirimu adalah bahan radio aktif."

Dengan keras kepala, Satsuki terus meminta agar dia mau digendong, hingga Vermilia dibuat kewalahan. Dia bahkan berhenti berjalan, dan berjongkok. Tidak membiarkan dirinya berkata tidak.

"B-Baiklah jika kau memaksa."

Menyerah dengan tindakannya, Vermilia akhirnya setuju untuk digendong.

"P-Permisi..."

Dengan wajah malu dan memerah, dia lalu naik ke punggung Satsuki dan melingkarkan lengannya.

"Nah, dengan begini seharusnya kau tidak kelelahan."

"Terima kasih..."

Satsuki hanya membalas tersenyum sembari mengangguk.

Mereka lalu melanjutkan jalan mereka dengan lamban.

"Mengabaikan kata-katanya yang tidak sopan, kenapa otaknya selalu bisa bekerja untuk merebut hati perempuan secara tidak sadar..."

"Kau mengatakan sesuatu, Kanon?"

"Hanya perasaanmu."

"Sekarang, ceritakanlah semuanya."

"Baik."

Satsuki lalu mulai menceritakan semua hal yang dialaminya. Mulai dari mencari dirinya, pertemuannya dengan Kaede, memasuki Distrik 5, melihat seorang gadis diserang, hingga menyelamatkannya.

Selama waktu itu, Kaede dan Vermilia tampaknya mengakrabkan diri di belakang, meski dia tampak sangat canggung. Dia tampak malu karena dirinya memiliki tampilan yang berbeda serta mengeluarkan bau busuk, sehingga ingin menjauh dari kelompok mereka. Dia merasa telah merusak suasana. Tapi melihat keinginan orang-orang untuk membuatnya tetap bersama mereka harus membuat dirinya menyerah. Apalagi dia sedang digendong yang membuatnya tidak bisa bergerak banyak. Dia juga sangat malu karena baru pertama kalinya dia terlalu dekat dengan anak laki-laki.

Satsuki selesai menceritakan hal-hal yang sejauh ini terjadi pada Kanon. Semua dirangkum dengan ringkas dan mudah dipahami yang membuatnya merasa bangga pada dirinya yang mungkin suatu saat nanti bisa menjadi seorang pendongeng handal. Tapi ekspresinya mengeras saat melihat Kanon sekali lagi menatapnya dengan dingin.

"Sudah kubilang sebelumnya bahwa jangan mendekati Distrik itu, kau harusnya mendengar apa yang aku katakan."

Ucapnya saat meredam amarahnya.

"S-Saat mengetahui situasi yang mungkin terjadi dari Kaede, aku menjadi khawatir dan panik, maaf."

Dengan tampang layu, Satsuki meminta maaf. Meskipun dia beralasan, itu juga tetap kesalahannya karena implusif dan mengikuti sugesti Kaede. Tapi dia tidak menyesal melakukan itu, karena berhasil menyelamatkan seseorang.

Kanon sedikit ragu sebelum berbicara pada Satsuki.

"... Omong-omong, apa kau terluka?"

"Ehh? Tidak. Justru aku khawatir tentang keadaanmu sekarang yang terluka."

Kanon mengangguk setelah mengkonfirmasinya dengan pandangan visual. Memang tidak ada goresan pada dirinya.

"Begitu.. Baguslah. Tapi aku baik-baik saja berjalan sendiri."

Dia diam-diam bersyukur bahwa temannya baik-baik saja.

"..."

.... Dia sebenarnya sedang marah atau khawatir?

Tidak bisa mengetahui suasana hati Kanon yang berubah-ubah, Satsuki hanya terdiam. Takut mungkin akan dimarahi lagi.

Di satu sisi, Kaede diam-diam terkikik, dan segera menarik perhatian yang lain.

"Ada yang lucu, Senior?"

"Fufufu, tidak ada. Hanya saja menarik melihat interaksi kalian berdua. Aku bahkan mulai cemburu. Bukan begitu, Milia?"

"Y-Ya. Kalian tampak sangat alami."

Vermilia menjawab dengan malu-malu saat merengut di punggung Satsuki.

Sama-sama tidak mengerti, mereka berdua memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Lihat, lihat itu! Itu yang kumaksud!!"

Serunya dengan bersemangat.

Kanon menghela napas melihat sikap orang yang baru ditemuinya ini, dan mulai berbicara padanya.

"Hahh, aku tidak mengerti dengan maksudmu sama sekali. Namamu Kaede, bukan? Maaf terlambat, tapi terima kasih telah menjaga Satsuki. Orang idiot ini mungkin telah sangat menyusahkanmu."

Mengabaikan Satsuki yang batuk darah karena kata-katanya, dia melanjutkan.

"Aku akan mengingat ini. Aku akan membayar biaya pengawalan jika kau menginginkannya."

Kanon tahu di dunia ini tidak ada yang gratis.

Kebaikan bisa saja terjadi karena seseorang menginginkan uang. Jadi, jika Kaede menginginkan sesuatu semacam itu, dia akan memberikannya. Tapi tampaknya orang itu sendiri tidak berminat mengenai hal itu pada mereka. Kepribadiannya yang eksentrik dari cerita Satsuki cukup meyakinkannya. Dia sepertinya juga orang yang baik sehingga Kanon akan mencoba mempercayainya.

"Nah, aku hanya bertemu dengannya secara kebetulan. Juga aku telah meminta pembayaran pada Satsuki dengan mentraktirku makan nanti. Selain itu, sebagai sesama tentara bayaran, melihat seorang pemula yang bahkan tidak tahu jenis ras membuatku harus membantunya sedikit."

"Tapi aku cukup terkejut melihat bahwa kau tidak seperti Satsuki, yang selalu memiliki wajah heran dan bertanya-tanya tentang sekitarnya. Kau tidak seperti yang dia ceritakan."

... Tidak aku sama tidak pahamnya seperti dia, namun menahan diri untuk membuat wajah semacam itu. Dan aku adalah orang yang cukup berhati-hati, tidak seperti Satsuki yang ceroboh.

Kanon menyangkal pernyataan Kaede dalam hati karena tidak bisa mengungkapkan semuanya. Sementara itu dia terus mendengar ocehannya.

"Kau cukup muda yang membuatku terkesan. Bahkan kemampuan bertarungmu mungkin sangat hebat karena aku bahkan tidak dapat mengetahui kapan kau berada di dekat kami tadi. Dan, hmm... Entah kenapa kau terlihat cukup berbeda dari ras Feline yang kukenal."

Terhadap keraguannya, Kanon menjernihkan beberapa kesalahapahaman, "Aku bukan dari ras Feline, tapi Luppo."

Feline lebih merujuk ke ras kucing. Meski mereka memiliki sedikit kesamaan dalam bentuk telinga, ada perbedaan mendasar yang jelas di antara mereka.

"Ohh maaf, maaf. Jadi kau dari ras Luppo. Haha, kupikir ras yang tidak pernah terlihat itu akan... Hah? Apa aku salah dengar tadi, kau baru saja mengatakan kau dari ras Luppo, ya kan? Ya, kan?"

Kaede menanyakannya berulang kali yang membuat Kanon harus mengangguk untuk menjawab.

Dia terlalu bersemangat...

"Ehh!! Kau dari ras itu!! Sungguh? Ini pertama kalinya aku melihatnya!"

Dia tampak terkejut sekaligus gempar. Tidak yakin bagaimana harus bereaksi padanya.

Hmm, Kaede bahkan terkejut dengan keberadaanku sebagai ras Luppo. Aku semakin penasaran kenapa informasi mengenai hal ini cukup menggemparkan baginya. Tapi aku tidak bisa menanyakannya begitu saja, karena akan terlalu mencurigakan. Aku harus mencarinya sendiri nanti bersama Crypto.

"Begitulah. Tapi tolong tahan dirimu untuk berteriak karena terlalu mencolok."

Mereka sudah tidak lagi berada di lingkungan yang sepi, dan juga ada banyak yang berlalu lalang sehingga seruan Kaede menarik perhatian sekitar.

Kaede yang tidak bisa menjaga dirinya menutup mulut saat melihat sekitar.

"Ups, maaf. Aku sangat terkejut mengenai hal ini karena baru pertama kali melihat."

"Tidak, tidak apa-apa."

Mereka tidak membicarakannya lebih lanjut setelah itu. Kaede mungkin berpikir itu adalah informasi yang sensitif.

Kanon lalu berinisiatif mengganti topik.

"Omong-omong, meski kami mengatakan bahwa kita adalah tentara bayaran, namun kami sama sekali belum mendaftar di Mercenary's Guild."

"Haa? Apa aku baru saja salah dengar. Lalu bagaimana kalian akan mengambil misi dengan cepat jika tidak mendaftar!"

Selain misi untuk mengalahkan perompak, misi pengawalan dan kargo membutuhkan reputasi yang memadai jika seseorang ingin mengambilnya. Jadi cukup jelas bahwa seseorang yang tidak terafiliasi dengan Mercenary Guild akan dianggap sangat mencurigakan sehingga dia tidak akan dapat diterima dengan mudah dalam misi-misi itu. Itulah sebabnya Kaede cukup heran mengapa mereka belum mendaftar. Tapi ini mungkin ada hubungannya dengan masa lalu mereka sehingga dia tidak menanyakannya.

"Itulah sebabnya kami akan mendaftar di sini nanti. Maka dari itu, bisakah kami meminta bantuanmu nanti untuk menunjuk tempat?"

Secara khusus, mereka bisa mencarinya sendiri dengan bantuan Crypto. Tapi Kanon menanyakan hal ini karena ingin meningkatkan hubungan mereka. Dia mungkin akan membutuhkan bantuannya di masa depan.

"Serahkan padaku. Asal kau mentraktirku makanan enak, maka aku akan dengan senang hati memandumu."

Basa-basi mereka terus berlanjut selama waktu itu. Vermilia memang pemalu, tapi dia ikut bercakap-cakap sedikit dengan mereka.

Dan begitulah bagaimana mereka berempat mulai saling mengenal.

---