"Ma, Shazia boleh mengendarai mobil sendiri tidak?" Shazia sedikit takut mengatakan keinginannya.
"Nak, kamu belum mempunyai izin mengemudi. Biar nanti mama yang akan mengantar kamu. Kamu memangnya mau pergi kemana?" tanya Angela untuk memastikan kemana Shazia akan pergi.
"Shazia tidak pergi kemana-mana, Ma. Hanya ingin membawa mobil ke sekolah saja. Ya, Shazia hanya kasihan kepada pak supir yang selalu mengantar Shazia kemana-mana," ujar Shazia seraya membereskan seragam sekolahnya.
"Nak, mama hanya tidak ingin kamu dalam masalah. Jadi, sebaiknya kamu harus selalu diantar jemput oleh pak supir. Semoga kamu mengerti ya, Nak," ujar Angela seraya mengelus kepala Shazia.
"Baiklah, Ma. Zia mengerti. Kalau begitu, Zia mau berangkat ke sekolah dulu," ujar Shazia seraya menyalami Angela dan Bryan.
Setelah masuk ke dalam mobil, Shazia baru teringat kalau ia melupakan sesuatu. Shazia pun kembali masuk ke dalam rumah. Namun, ia tak melihat barang yang sudah dia siapkan untuk mencelakai Freya. Tanpa Shazia sadari, Angela yang sudah menemukan serpihan kaca itu.
"Ini apa?" tanya Angela kepada Bryan yang masih duduk di meja makan.
Bryan langsung terperangah melihat serpihan kaca tersebut. "I–itu bukannya serpihan kaca?" ujar Bryan.
"Kamu tahu darimana ini serpihan kaca?" Angela merasa kelimpungan.
"Entahlah, Ma. Hanya sekilas mirip dengan serpihan kaca yang sudah di haluskan." Bryan masih fokus dengan makanannya
Shazia pun langsung memberhentikan langkah kakinya setelah melihat bungkusan putih yang dipegang oleh Angela. Shazia mencoba untuk kembali, tetapi Angela sudah terlebih dahulu memanggil Shazia.
"Zia, kamu kemari, Nak," panggil Angela.
Shazia pun berjalan dengan sangat hati-hati mendekati Angela. "Iya, Ma. Ada apa?" tanya Shazia seraya melihat bungkusan yang ada di tangan Angela.
"Kamu mengenal ini bungkusan apa?" Angela melemparkan bungkusan putih itu di atas meja makan.
Shazia langsung menelan salivanya dengan berat, tetapi dengan ekspresi wajah yang masih tenang. "Ti–tidak, Ma. Memangnya itu bungkusan apa, Ma?" Shazia berusaha menyembunyikan rasa takutnya.
"Tadi mama menemukan bungkusan ini di bawah kursi makan kamu. Mama pikir ini punya kamu, Nak," ujar Angela seraya mengambil kembali bungkusan itu.
"Hm, Zia tidak tahu itu bungkusan apa, Ma. Kalau begitu, Zia berangkat dulu ya, Ma. Zia takut terlambat datang ke sekolah, heheh." Shazia berusaha berbalik arah. "Semoga saja mama tidak memanggil aku lagi. Bisa gawat jika mama menginterogasi tentang serpihan kaca itu." gerutu Shazia di dalam hatinya.
Shazia masih memikirkan tentang kejadian yang ada di ruangan makan tadi. Kali ini rencananya gagal untuk melukai Freya. Tetapi, Shazia tidak semudah itu untuk menyerah. Ia pun mencari cara lain untuk mencelakai Freya. Setelah sampai di ruangan kelas, Shazia langsung melihat kondisi yang ada di dalam kelas. Ia pun dengan sengaja meletakkan penjepit tikus di dalam laci belajar milik Freya.
Shazia juga tidak lupa menggunakan sarung tangan ketika meletakkan penjepit tikus tersebut. Setelah melakukan itu, Shazia langsung pergi ke kamar mandi untuk segera melenyapkan sarung tangan yang ia pakai. Shazia juga tidak lupa merapikan tatanan rambutnya di dalam toilet sekolah. Wajahnya sudah terlihat sangat sumringah setelah mengingat apa yang sudah ia lakukan di dalam kelas. Setelah kembali ke dalam kelas, sudah ada kerumunan di meja Freya.
"Oh, ya ampun. Ini kenapa? Shad, tangan Freya kenapa bisa berdarah seperti ini?" tanya Shazia berpura-pura tidak tahu.
"Tangan Freya tak sengaja terjerat penjepit tikus. Siapa yang berani melakukan ini, ya?" gerutu Harshad seraya menghembus-hembus tangan Freya.
"Iya, siapa yang melakukan ini, ya? Tapi, sebaiknya kita bawa Freya ke UKS saja. Dia akan mendapatkan perawatan intensif di sana. Takutnya jika tidak diberikan perawatan medi akan menjadi infeksi. Lihat deh, ini penjeratnya juga sudah berkarat." Shazia mencoba untuk memberikan saran kepada Harshad.
"Oke, ayo kita bawa Freya ke UKS." Harshad langsung membawa Freya.
Shazia hanya tersenyum melihat Freya yang sudah kesakitan. "Berhasil! Hahaha, rencanaku kali ini lebih apik dari sebelumnya. Lihat saja, aku akan membuatmu selalu celaka sampai kau merasa takut untuk bersosialisasi dengan siapa saja!" gerutu Shazia di dalam hatinya.
Setelah sampai di ruangan UKS, Shazia pun berusaha membantu tenaga kesehatan untuk mengompres dan membalut luka yang ada di jari-jari Freya. Tetapi, Freya mencoba untuk tidak ditolong oleh Shazia. Karena ia takut jika Shazia salah melakukan tindakan medis. Hal tersebut juga terlihat oleh Harshad. Harshad juga merasa kasihan dengan Shazia. Karena Freya berulang kali menepis bantuan dari Shazia.
Setelah selesai melakukan tindakan medis. Harshad langsung mengajak Shazia pergi ke kantin tanpa mengajak Freya. Hal tersebut pun membuat Shazia besar kepala. Ditambah lagi permintaan maaf dari Harshad atas kelakukan tidak mengenakkan yang dilakukan eh Freya di ruangan kesehatan. Shazia juga tidak mempermasalahkan hal tersebut.
"Tenang saja, Shad. Aku tidak merasa tersinggung dengan hal itu, kok. Aku paham apa yang ada di pikiran Freya saat itu. Aku juga akan melakukan hal sama jika diriku ada di posisi Freya." Shazia berusaha untuk berkelakuan baik dan lembut di depan Harshad.
"Iya, tapi aku merasa kalau tindakan Freya sudah sangat keterlaluan. Seharusnya, ia bisa mengatakan penolakan itu kepada dirimu. Tidak perlu melakukan itu. Aku sampai kesal melihat kekasarannya tadi," ujar Harshad merasa sangat kesal setelah mengingat tindakan kasar yang dilakukan oleh Freya kepada Shazia.
"Diam, Freya datang," ujar Shazia sekedar memberi kode kepada Harshad.
Pandangan Harshad pun langsung tertuju pada Freya. Shazia pun berusaha untuk tidak berekspresi buruk kepada Freya pada saat itu. Setelah Freya duduk sekitar lima menit. Shazia pun dengan sengaja meninggalkan mereka berdua di kantin. Tanpa mereka sadari, ternyata Shazia sedang menguntit mereka.
Shazia hanya ingin mengetahui bagaimana dengan hubungan backstreet mereka setelah mendapat beberapa kekacauan yang sudah ia lakukan kepada Freya. Benar saja, Harshad dan Freya pun pergi ke halaman belakang sekolah. Freya berusaha mengecup bibir Harshad. Tetapi, Harshad malah menolak hal tersebut. Freya juga langsung kesal setelah mendapat penolakan dari Harshad.
"What? What wrong?" tanya Freya merasa ada hal yang aneh dengan Harshad.
"Kamu, kenapa melakukan itu kepada Shazia?" bentak Harshad.
"Aku melakukan apa kepada sahabatmu itu?" Freya juga tidak mau kalah untuk membentak Haesjad.
"Kamu semakin lama semakin keterlaluan, Fre! Aku tidak suka caramu memperlakukan Zia seperti tadi di ruang UKS. Kalau kamu tidak mau dia melakukan itu, kamu bisa menolaknya dari awal. Tidak perlu menampik setiap bantuannya seperti itu! Kasar sekali," pekik Harshad seraya menunjuk-nunjuk Freya.
"Shad, kenapa kamu menjadi seperti ini? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku?" Freya membuat sebuah pernyataan yang membuat Harshad menjadi semakin kesal.
"Kamu, kenapa bisa mengatakan ini? Aku tidak memilih siapapun. Tapi, perlakukan kamu itu sudah sangat keterlaluan. Kalau saja aku lebih memilih Zia! Aku tidak akan mau berpacaran dengan dirimu secara diam-diam seperti ini. Aku juga sebenarnya tidak tega melakukan ini di belakang, Zia! Tapi, aku mencintaimu—"
Freya langsung mematahkan perkataan Harshad. "Tapi, kamu menyayangi Shazia! Kamu menyayanginya Shad!" perkataan Freya membuat Harshad terdiam. "Kamu tidak bisa berkata-kata lagi, 'kan? Itu berarti apa yang aku katakan ini benar!" Freya langsung menghempaskan pandangannya ke samping kanannya.