Chereads / Unrequited Love (Kasih Tak Sampai) / Chapter 17 - Mendongkrak Popularitas

Chapter 17 - Mendongkrak Popularitas

Shazia spontan memukul bahu Bryan. "Bryan! Itu pertanyaan seperti apa?! Ya aku masih perawanlah! Aku juga tidak pernah pergi berdua bersama dengan lelaki." Shazia langsung menggeleng-gelengkan kepalnya karena kesal mendengar pertanyaan Bryan. "Kak, kalau aku sudah tidak perawan lagi. Masa depanku akan hancur! Kamu juga tahu bagaimana kerasnya bokap mendidik diriku. Ah, aku juga bisa mati kalau melakukan hubungan diluar pernikahan." Shazia kembali meluruskan pandangannya.

Bryan kembali tertawa setelah mendengar penjelasan dari Shazia. Ia bertanya seperti itu juga hanya ingin memastikan saja. Namun, pertanyaannya itu sudah membuat Shazia memanyunkan bibirnya. Shazia juga langsung terdiam setelah menjawab pertanyaan dari Bryan.

"Zia, jangan cemberut seperti itu, dong," goda Bryan agar Shazia tidak marah lagi kepada dirinya 

"Bryan, pertanyaanmu itu membuat diriku merasa seperti wanita rendahan. Aku juga tidak semudah itu memberikan kehormatanku kepada lelaki yang belum tentu menjadi suamiku nantinya. Membuat moodku berantakan saja!" Shazia langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Ya, maaf. Aku kan cuma bertanya dan ingin memastikan saja. Siapa tahu—"

"Heh! Jangan dilanjutkan lagi. Atau mau aku timpuk pakai sepatu heels ini?" ancam Shazia seraya mencoba membuka sepatu heels–nya.

Bryan spontan mengangkat tangan kirinya untuk melindungi wajahnya. "Hahahaha, iya maaf. Tidak akan aku katakan lagi," ledek Bryan.

Setelah mereka sampai di dalam rumah. Shazia langsung naik ke kamarnya. Sedangkan, Bryan masih berdiri menatap adiknya yang sudah hampir sampai di tangga terakhir. Shazia juga tidak lupa menoleh sebelum masuk ke dalam kamarnya. Bryan pun spontan melambaikan tangannya kepada Shazia yang hendak masuk ke dalam kamar. Shazia langsung tersenyum setelah melihat lambaikan tangan dari Bryan. Setelah itu, Shazia langsung masuk ke dalam kamarnya. Begitu juga dengan Bryan.

"Huft, hari yang penuh dengan drama. Sebaiknya aku harus segera mengistirahatkan tubuh dan pikiranku ini. Hm, pasti besok Freya juga akan kembali menodongku untuk mengatakan apa yang ia lihat tadi. Aku lelah, tapi aku suka dengan drama ini, hahaha," ujar Shazia seraya melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi.

Pagi yang begitu gelap tanpa paparan sinar matahari. Angin terus berhembus kencang dari arah utara. Air hujan mulai turun rintik-rintik untuk membasahi permukaan bumi. Shazia hanya tersenyum setelah melihat Harshad yang baru saja turun dari mobil pribadinya. Shazia berusaha untuk berpura-pura tidak melihat Harshad. 

"Shazia!" panggil Harshad setelah melihat tas ransel yang biasa Shazia pakai.

Shazia langsung tersenyum merekah setelah mendengar panggilan dari Harshad. Ia juga langsung membalikkan tubuhnya untuk melihat Harshad. Harshad dengan cepat berlari mendekati Shazia. Shazia hanya tersenyum setelah melihat Harshad yang sudah berdiri di sampingnya.

"Tumben kamu lama datang," ucap Harshad seraya menyamakan langkah kakinya dengan Shazia.

"Kamu juga tahu acara tadi malam sampai jam berapa, 'kan? Aku tidak terbiasa tidur selarut itu. Untung saja tadi pagi aku memasang alarm di ponselku. Kalau tidak, aku juga akan terlambat pergi ke sekolah. Atau aku tidak akan pergi kesekolah karena masih tertidur." Shazia kembali melihat Harshad.

"Ya, aku akan merasa kesepian jika hal itu sampai terjadi," tambah Harshad.

Shazia langsung berjalan sembari mengatakan, "Hm, hal itu juga tidak akan terjadi, Shad. Ada Freya yang selalu ada untukmu, 'kan. Aku mah, hanya seseorang yang tidak pernah kamu harapkan," celetuk Shazia sembari merapikan tatanan rambutnya.

Harshad spontan mempercepat langkah kakinya. Ia juga langsung berdiri di hadapan Shazia. "Shazia, kenapa kamu mengatakan itu?" Harshad langsung mencubit kedua pipi Shazia dengan lembut.

"Harshad! Lepaskan! Sakit tahu!" Shazia berusaha melepaskan diri dari cubitan Harshad.

"Kamu itu selalu saja mengatakan sesuatu hal yang membuatku merasa kesal."

"Tapi, yang aku katakan itu sebuah kebenaran, 'kan? Kamu juga selalu mencari dirinya! Dan kamu juga tidak akan peduli jika aku tidak ada bersama kalian berdua. Ah, sudahlah! Aku juga sudah tahu bagaimana perasaanmu terhadap diriku." Shazia langsung berlalu dari hadapan Harshad.

Harshad langsung tercengang setelah mendengar ucapan Shazia. "Kenapa dia masih sensitif itu kepadaku?" gerutu Harshad setelah melihat Shazia sudah pergi jauh dari dirinya.

Shazia langsung membuka jaketnya setelah masuk ke dalam kelas. tiba-tiba Freya dari belakang langsung menarik tangan Shazia. Shazia langsung terperangah melihat tindakan Freya. 

"Freya, what happened?" tanya Shazia seraya mencoba melepaskan genggaman tangan Freya.

"Aku hanya ingin mengatakan sesuatu hal kepada dirimu, Zia. Tapi, aku tidak akan mengatakannya disini." Freya langsung melepaskan genggamannya dengan kasar.

"Hey, what's wrong? Kenapa wajahmu berusaha seperti devil?" Shazia sengaja membuat Freya semakin emosi. Karena Shazia tahu Harshad akan segera datang.

"Aku—"

Sebelum Freya menyelesaikan perkataannya. Harshad sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kelas. Ia juga langsung mendekati Shazia dan Freya yang berdiri di sudut ruangan kelas. Ia juga merasa bingung setelah melihat wajah Freya yang terlihat seperti sedang menyerang Shazia.

"Hey, kalian kenapa? Kenapa suasananya sangat tegang seperti ini? Kalian tidak sedang berkelahi, 'kan?" Harshad langsung melihat Shazia dan Freya secara bergantian.

Shazia langsung berinisiatif untuk segera menjawab pertanyaan Harshad. "Tidak, Shad. Kami hanya ingin berdiskusi saja." Shazia langsung melirik ke arah Freya.

Freya juga langsung menyahuti perkataan Shazia. "I–iya benar, kami hanya ingin berdiskusi tentang tugas yang akan dikumpul hari ini."

"Tapi, kenapa kalian tidak membicarakan hal itu di meja saja? Kenapa harus menyudut seperti ini?" Harshad masih merasa ada sesuatu hal yang ditutupi dari dirinya.

"Hah, Harshad sudahlah. Jangan dibahas lagi," ujar Shazia berusaha menghindari setiap pertanyaan Harshad.

Shazia pun langsung kembali duduk di bangku belajarnya. Freya juga mengikuti jejak Shazia. Sedangkan, Harshad masih berdiri terpaku di sudut ruangan kelas. 

"Hei?l! Kamu masih mau berdiri di sana? Kamu tidak mau mencontek tugasku?" tawar Shazia seraya menepuk-nepuk buku tugasnya.

"Eh, iya. Aku belum menyelesaikannya. Aku pinjam bentar tugasmu, ya," ujar Harshad.

"Iya, kamu juga tidak pernah absen dalam meminjam buku tugasku, 'kan?" ledek Shazia dengan lirikan mata yang mengarah kepada Freya.

Freya masih fokus kepada buku pelajarannya. Ia juga enggan melihat kedekatan Shazia dengan Harshad. Shazia semakin senang melihat wajah Freya yang terlihat sangat kesal. Shazia juga dengan sengaja membesarkan volume suaranya ketika berbicara dengan Harshad. Namun, Freya masih bergeming di kursi belajarnya.

"Eh, lihat itu. Si Freya kenapa dia diam seperti itu?" tanya Shazia dengan suara yang dikecilkan.

Harshad langsung melihat Freya, namun secepat mungkin ia memfokuskan pandangannya pada baju tulisnya. "Biarkan saja, dia memang seperti itu , 'kan?" Harshad mencoba untuk tidak memperdulikan Freya.

"Hm, kamu mengatakan itu kepadaku. Tapi, sebenarnya di dalam hati kamu merasa resah, 'kan?" ledek Shazia seraya kembali melirik ke arah Freya. "Hahaha, Freya. Kamu itu gampang sekali terprovokasi, ya." Shazia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.