Setelah bel istirahat berbunyi. Shazia pun bergegas pergi ke kantin sekolah untuk mengisi perutnya yang sudah hampir kosong. Bunyi kriuk di perutnya semakin menjadi-jadi.
"Aduh, aku lapar sekali. Tadi pagi aku tidak sarapan pagi. Malah ramai sekali! Aku bisa mati kelaparan kalau begini." Shazia langsung berdiri di antara kerumunan siswa.
Semua siswa yang melihat kehadiran Shazia pun langsung menghindar. Itu karena mereka sangat segan terhadap Shazia. Shazia hanya tersenyum ketika melalui beberapa temannya. Shazia juga mendengar beberapa pujian dari teman-teman perempuan maupun lelaki.
"Cantik sekali, dia itu anak donatur utama di sekolah kita,'kan?"
"Iya, benar. Lihat deh, penampilannya. Meskipun dibalut dengan seragam sekolah. Tetapi, tetap terlihat mewah dan anggun,"
Shazia hanya tersenyum setelah mendengar perkataan itu. Sebagai balas budinya, Shazia langsung mentraktir seluruh siswa yang makan dikantin. Betapa bahagianya mereka setelah mendengar ucapan Shazia. Sebenarnya, Shazia juga sengaja melakukan itu karena ingin mendongkrak popularitas di sekolah. Harshad dan Freya juga terperangah setelah mendengar pengumuman dari Shazia.
"Zia, kamu beneran mau membayar semua bill? Aduh," gerutu Harshad seraya menepuk kepalanya sendiri.
"Iya, memangnya kenapa?" tanya Shazia dengan santai.
"Kamu mau membayar berapa juta untuk ini? Memangnya kamu punya uang sebanyak itu?" jawab Harshad seraya menghela nafas panjang.
Shazia langsung menunjukkan black card-nya. Harshad dan Freya langsung melotot melihat kartu yang ada di tangan Shazia. Ini sesuatu hal yang sangat luar biasa pikir mereka berdua.
"Kamu mencuri kartu bokap? Or nyokap?" celetuk Harshad.
Shazia spontan tertawa geli. "Ini kartunya, Bryan. Dia yang memberikan aku kartu ini. Ya, sebagai hadiah katanya. Ya sudah, ayo duduk. Aku sudah sangat lapar, kalian pesan saja makanannya. Biar aku yang membayarnya." Shazia langsung duduk di kursi makannya.
Freya hanya diam dan mengikuti semua perkataan Shazia. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Freya. Tetapi, yang pastinya Freya sedang menggerutu di dalam hatinya. Ia juga merasa sangat tertekan melihat hal tersebut. Popularitas Shazia semakin naik semenjak pertemuan kemarin.
"Kalau citra baik Shazia terus naik. Aku akan segera tersingkirkan. Itu juga akan menyulitkan aku untuk mendapatkan Harshad. Ah, tidak! Aku tidak ingin itu terjadi." Freya masih menggerutu di dalam hatinya.
"Freya, are you okay?" tanya Shazia setelah melihat ekspresi wajah Freya yang terlihat datar.
"I'm, Okay." Freya hanya menjawab singkat.
"Kamu tidak mau memakan makananmu? Nanti makanannya segera dingin." Shazia berusaha perhatian kepada Freya.
Freya pun langsung memakan makanannya. Tetapi, ia lupa bahwa makannya masih sangat panas. Freya spontan mengeluarkan makanan itu. Shazia dan Harshad yang asyik menyantap makanannya pun langsung terperangah melihat Freya. Mereka juga ikutan mengeluarkan makanan mereka.
"Oh, ya ampun, Fre. Kamu sudah kehilangan akal, itu makanannya masih panas sekali. Kenapa kamu langsung memakannya?" gerutu Shazia merasa geli, namun tetap terlihat khawatir.
"I–iya aku tidak fokus," ujar Freya seraya meneguk air mineral yang ada di hadapannya.
"Kamu sakit? Atau ada masalah?" tanya Harshad seraya memegangi bahu Freya.
Sungguh kesalnya Shazia melihat hal tersebut. Kedua sorot mata Shazia langsung menyipit melihat Freya. Shazia juga tidak akan diam saja. Ia juga segera menyusun rencana untuk membalas setiap sakit hatinya. Harshad pun langsung membawa Freya ke ruangan kesehatan. Kedua tangan Shazia spontan terkepal melihat hal tersebut.
"Freya! Kau sengaja melakukan itu, ya!" Shazia kembali mengunyah makanannya.
Setelah jam istirahat berlalu, Shazia langsung melihat apa yang dilakukan oleh kedua temannya di dalam ruangan kesehatan. Seperti biasa, mereka akan melakukan penyatuan yang selalu membuat Shazia merasa jijik. Dada Shazia langsung bergerak dengan cepat melihat hal tersebut. Ia ingin sekali mengejutkan mereka. Tetapi, Shazia masih belum cukup mempunyai nyali untuk melakukan itu.
"Kau tunggu saja Freya! Aku akan segera melakukan sesuatu hal yang membuatmu takut berada di dalam sana sampai kapanpun!" ancam Shazia seraya membalikkan tubuhnya.
Shazia langsung kembali ke dalam kelas. Ia pun langsung memikirkan sebuah rencana untuk mencelakai Freya. Namun, Harshad langsung datang dan mengejutkannya.
"Ada apa, Shad?" tanya Shazia seraya berpura-pura menulis.
"Kamu tidak menjenguk Freya?" tanya Harshad.
"Apa? Untuk apa menjenguknya? Dia hanya terluka di bagian lidahnya saja, 'kan? Aku juga sering mengalaminya tapi kamu tidak se-khawatir itu! Ah, ada-ada saja." Shazia kembali fokus pada buku tulisnya. "Lalu, kenapa masih berdiri di depanku?" celetuk Shazia yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
"Kamu kenapa menjadi marah begitu?"
"Aku tidak marah, Shad. Sudah duduk sana! Kamu menghalangi pandanganku," ujar Shazia kemudian.
Harshad langsung pergi dari hadapan Shazia. Shazia spontan menutup kedua matanya. Ia merasa menyesal dengan apa yang sudah ia ucapkan tadi. Emosinya kembali tidak stabil, Shazia sebisa mungkin menetralkan emosinya.
"Shazia! Kendalikan dirimu! Jangan seperti ini. Huft, tetap tenang, Zia."
Selama jam pelajaran berlangsung. Shazia masih tidak bisa tenang dalam menerima pelajaran yang sudah diberikan oleh guru. Shazia langsung mengangkat tangannya. Semua yang ada di dalam kelas langsung memfokuskan pandangan mereka kepada Shazia.
"Permisi, Pak. Saya mau ke toilet," ucap Shazia dengan wajah yang sudah terlihat canggung.
"Silahkan," jawab guru lelaki yang ada di depan kelas.
Shazia langsung pergi ke toilet sekolah untuk menenangkan pikirannya. Namun, Shazia tidak sengaja mendengar seseorang dari balik pintu WC. Ia mendengar seperti suara Freya. Karena tidak ingin diketahui keberadaanya. Shazia langsung masuk ke dalam WC yang ada di sebelah WC yang ditempati oleh Freya.
Shazia langsung membulatkan kedua matanya setelah mendengar perbincangan Freya. Shazia juga tidak mau melewatkan momen baik tersebut. Ia pun langsung menyiapkan ponselnya untuk merekam perbincangan Freya. Namun, tidak valid jika ia hanya merekam pembicaraan mereka hanya dengan menggunakan perekam suara.
Shazia pun berusaha untuk merekam video percakapan Freya dari atas WC. Shazia dengan sangat berhati-hati naik ke atas kloset untuk bisa merekam video Freya dari atas. Beberapa percakapan Freya oun terekam dengan jelas di dalam ponsel milik Shazia. Shazia juga tidak menyangka, ternyata Freya mendekati dirinya dan Harshad karena ini menguras uang mereka saja.
"Wanita ini, ternyata mempunyai niat jahat kepada kami berdua, ya. Ya, wajar saja ia melakukan itu. Keluarganya juga keluarga yang kere! Hancur dan berantakan." Shazia sampai tidak ingat dengan pijakan kakinya yang hampir merosot dari kloset.
Alhasil, Shazia pun terjatuh dari atas kloset. Shazia juga secepat mungkin menyembunyikan ponselnya ke dalam saku bajunya. Sudah teriakan Shazia juga membuat Freya merasa terperangah. Freya spontan keluar dari dalam WC dan mengetuk pintu WC yang dimasuki oleh Shazia.
"Shazia!? Itu kamu?" tanya Freya seraya mencoba membuka pintu WC.
Kedua mata Shazia kembali membulat setelah mendengar suara Freya. "I–iya, Fre! Aku terjatuh ke lantai. Sakit sekali! Aku tidak bisa berdiri!" teriak Shazia dari dalam WC.