Chereads / Unrequited Love (Kasih Tak Sampai) / Chapter 23 - Terlibat Perkelahian 2

Chapter 23 - Terlibat Perkelahian 2

"Kamu tidak bisa semudah itu mengancamku Freya! Kamu itu bodoh! Kamu bahkan tidak membersihkan semua barang bukti ini. Hahaha, tapi aku sekarang baru tahu. Bahwa wanita itu juga memiliki kepribadian ganda. Aku hampir saja mati dicekik oleh wanita psikopat itu. Tapi, aku tidak boleh gegabah! Aku harus mengumpulkan semua bukti untuk membuktikan bahwa Freya adalah wanita yang penuh dengan siasat jahat. Kamu tunggu saja tanggal mainnya, Freya! Aku akan segera menghancurkanmu sampai kamu tidak tahu harus berlari dan bersembunyi dimanapun!" gerutu Shazia seraya mencoba untuk merapikan seragam sekolahnya yang sudah sangat berantakkan.

Shazia juga mencoba untuk menetralkan emosinya yang masih memuncak tajam. Setelah mengganti pakaian seragamnya yang telah rusak. Shazia langsung kembali ke dalam ruangan kesehatan. Sudah ada kehadiran Harshad dan Freya di dalam sana. Kedua fokus mata Shazia langsung melihat Freya. Freya juga sudah bersikap seperti biasa saja setelah melihat wajah Shazia.

"Zia, kamu dari mana saja?" tanya Harshad seraya membantu Shazia untuk berjalan mendekati bed.

"Aku habis dari toilet. Kalian sudah lama berada di sini?" tanya Shazia dengan wajah yang sengaja tidak melihat ekspresi wajah Freya.

"Kami baru sekitar sepuluh menit disini. Aku hanya ingin memberikan bubur ini untuk dirimu. Tadi, ketika aku ke kantin. Aku melihat ada bubur sumsum. Jadi, langsung aku pesan untuk kamu santap di dalam ruangan ini," jelas Harshad dengan tangan yang sudah menjulur ke depan.

Shazia langsung mengambil bubur pemberian Harshad. "Terima kasih, Shad. Tapi ini buburnya tidak ada racunnya, 'kan?" Shazia langsung melirik ke arah Freya.

Freya pun langsung menyahuti perkataan Shazia. "Hahaha, Zia. Tentu saja tidak ada racunnya. Kecuali kamu punya musuh di dalam sekolah ini, baru deh kamu bisa khawatir akan hal itu," celetuk Freya sekaligus membuat Harshad langsung melirik dirinya.

Harshad pun langsung pergi tanpa mengajak Freya saat itu. Freya juga langsung pergi mengikuti Harshad. Shazia pun masih ragu-ragu untuk memakan bubur pembaruan Harshad.

"Jujur saja, aku merasa takut memakan bubur ini. Ditambah lagi, ada Freya yang selalu bersama dengan Harshad. Aku juga tidak tahu apa yang sudah ia masukkan ke dalam makanan ini, 'kan?" gerutu Shazia setelah melihat Harshad dan Freya sudah jauh melangkah.

Kepala Shazia semakin sakit memikirkan apa yang sudah terjadi di dalam ruangan ganti. Ternyata, Freya tidak selugu yang Shazia pikirkan. Shazia masih menatap memory card yang ada di tangannya. Kedua mata Shazia masih menajam ketika melihat kartu tersebut.

"Freya! Kamu lihat saja! Permainan yang akan aku mainkan nanti."

Setelah bel jam mata pelajaran terakhir berbunyi. Shazia langsung bergegas mempersiapkan diri untuk segera pulang ke rumah. Namun, di depan ruangan kesehatan sudah ada kehadiran Freya. Shazia juga tidak menghiraukan kehadiran Freya di sana. Shazia malah berjalan santai melewati Freya.

"Heh!" teriak Freya dengan maksud memanggil Shazia.

Shazia masih tidak menoleh dan tetap terus berjalan ke depan. "Kamu siapa! Berani memanggilku seperti itu. Bahkan, aku bisa saja mengusir keluargamu dari kota ini, Freya! Aku hanya tidak ingin terlalu cepat untuk membuatmu menderita." Shazia masih terus menggerutu di dalam hatinya.

Karen panggilannya tidak digubris oleh Shazia. Freya langsung mengejar Shazia dan menarik tangan Shazia dengan kasar. Shazia pun spontan menghempaskan tangan Freya. Shazia juga langsung menyilangkan tangannya di depan dada.

"Tolong kamu singkirkan tangan kotormu itu dari tubuhku! Kamu seharusnya malu jika berhadapan denganku!" celetuk Shazia dengan bibir yang sudah tersenyum miring.

Freya juga tidak mau kalah dengan ucapan Shazia. "Aku malu kenapa? Bukannya kamu yang seharusnya malu, ya?" ledekan Freya tak berhasil membuat Shazia terpancing emosi.

"Hahaha, memang kalau anak dari keluarga rendahan ya seperti ini! Tidak tahu malu dan … Pencuri?!" ledek Shazia sembari tertawa sinis.

Amarah Freya langsung terpancing setelah mendengar perkataan Shazia. Kedua tangannya yang semula ia silangkan, kini sudah lurus di samping tubuhnya. Rasanya ia ingin sekali menjambak rambut Shazia pada saat itu. Namun, kedatangan Harshad membuatnya mengurungkan semua niatnya itu.

"Hei, Harshad. Kamu dari mana saja?" tanya Freya dengan wajah yang sudah berubah menjadi riang.

Shazia langsung membalikkan tubuhnya. Ia juga sangat takjub melihat sandiwara yang telah dilakoni oleh Freya saat itu. "Cih, wanita ini ternyata juga mahir dalam bersandiwara," pikir Shazia. "Ah, Harshad aku kangen sekali dengan kamu," ujar Shazia langsung membuat Harshad mendekatinya.

Harshad spontan memeluk Shazia. Kedua mata Shazia pun langsung tajam melihat ke arah Freya. Freya masih tidak terpancing. Ia juga tidak mau kalah dalam merangkul tubuh Harshad. 

"Harshad, aku juga sangat merindukanmu," ucapan Freya sambil merangkul lengan Harshad.

"Widih, kalian ini kenapa? Kenapa tiba-tiba mengatakan ini kepada diriku? Hah, aku tahu! Kalian pasti ada maunya, 'kan?" Harshad langsung merubah posisi tangannya. Sekarang kedua tangannya sudah merangkul kedua wanita yang ada di sampingnya.

"Eh, itu Bryan. Aku pulang duluan ya, Shad." Shazia langsung melambaikan tangannya kepada Harshad.

Harsha ld juga sangat bingung melihat sikap Shazia. Tidak biasanya dia hanya mengucapkan selamat tinggal hanya ditujukan untuk dirinya saja. Setelah Shazia berlalu, Harshad langsung mengajak Freya untuk berbincang-bincang di kantin sekolah. Freya pun langsung mengabulkan tawaran dari Harshad.

"Kamu melihat ada sesuatu hal yang aneh dengan Shazia, tidak?" tanya Harshad dengan wajah yang sudah menatap kedua mata Freya dengan serius.

Freya langsung mengalihkan pandangannya setelah melihat tatapan Harshad. "A–aku tidak tahu, Shad. Mungkin saja moodnya sedang dalam kondisi yang tidak baik. Kamu juga tahu kalau Shazia selalu bertingkah seperti itu ketika moodnya sedang berantakan." Freya kembali menyeruput minuman dingin nya.

"Hm, bisa jadi. Tapi kalian tidak sedang bertengkar, 'kan?"

Freya langsung terbatuk dan berkata, "A–apa kamu bilang tadi? aku tidak mendengarnya," ujar Freya seraya kembali meminum minumannya agar tidak terlihat begitu tegang.

"Kalian Tidak sedang bertengkar, 'kan? Soalnya, Shazia walaupun sedang dalam kondisi yang berantakkan. Dia juga akan mengucapkan selamat tinggal kepada dirimu, tadi. Tapi—"

"Shad, aku lupa! Hari ini aku ada les jam dua siang. Aku harus segera pulang. Kalau begitu aku pulang sekarang ya, Dagh." Freya langsung beranjak dari tempat duduknya.

Harshad langsung tercengang melihat Freya yang tiba-tiba saja ingin pulang. Hal tersebut semakin membuat Harshad semakin yakin bahwa ada masalah diantara Shazia dan Freya. 

****

"Kenapa wajahmu cemberut seperti itu?" tanya Bryan setelah Shazia masuk ke dalam mobil.

"Hm, aku hanya biasa saja melihat Freya. Dia berani mengancamku tadi, Kak! Ternyata, selama ini dia memakai topeng di depan kita semua. Aku hampir saja berhasil merekam kegilaanya itu. Tapi, dia menghancurkan semua barang bukti yang aku punya, Kak! Kamu tahu, dia mencekikku sampai aku kesakitan untuk bernafas," jelas Shazia seraya memperagakan bagaimana Freya memperlakukannya tadi.