Shazia juga merasa terperangah setelah mendengar perkataan dari Freya. Karena tidak ingin membuat Harshad semakin tersudutkan. Shazia pun berpura-pura tidak sengaja melintasi tempat tersebut. Freya dan Harshad langsung terperanjat setelah melihat kedatangan Shazia.
"Loh, ka–kalian? Kalian sedang apa disini? Berduaan? Dan kenapa Freya menangis?" celetuk Shazia berpura-pura polos.
Freya langsung menyeka air matanya dengan kasar. Ia juga langsung pergi dari tempat itu. Hal tersebut semakin membuat Shazia senang. Namun, Shazia masih dalam mode yang tenang dan berpura-pura tidak tahu.
"Aku tadi menasehatinya masalah di ruangan kesehatan tadi. Tapi, dia malah tersinggung dan menangis seperti itu." Harshad hanya memberitahukan separuh dari kebenaran yang sudah terjadi.
"Kalau begitu, kita harus mengejarnya, Shad. Aku tidak bisa membiarkannya berpikiran salah paham," ucap Shazia berusaha mengejar Freya.
Harshad langsung menarik tangan Shazia dan berkata, "tidak perlu mengejarnya. Biarkan saja ia seperti itu. Aku paling tidak suka dengan wanita yang sulit diatur seperti itu."
"Tapi, Shad!"
"Sudah, biarkan saja," ucap Harshad seraya masih memegang tangan Shazia. "Kamu, kenapa bisa tiba-tiba melintas di tempat ini?" tanya Harshad merasa penasaran.
"Kamu juga tahu, kalau aku sering menyendiri di pohon cinta. Kamu selalu bersama Freya. Aku hanya sadar diri saja," canda Shazia sekaligus membuat Harshad merasa tersentuh.
"Kalau begitu, ayo kita pergi ke sana bersama," tawar Harshad.
Tanpa Freya sadari, ternyata Shazia sudah lebih awal mengetahui keberadaannya di balik tembok sekolah. Itu sebabnya sejak tadi Shazia masih di dalam mode sandiwara. Shazia hanya tersenyum di dalam hatinya setelah melihat bayangan Freya di balik tembok.
"Hahaha, mau memantau kami dari balik tembok, ya? Percuma saja, Fre! Aku sudah lebih dulu tahu keberadaanmu disana." Shazia masih menggerutu di dalam hatinya. "Hm, aku tidak mau. Aku hanya butuh waktu untuk menyendiri. Kamu pergi ke sana, gih. Bujuk Freya, aku tahu Freya sedang bersedih sekarang. Aku harap kamu tidak tersinggung dengan penolakan ku ini ya, Shad. Aku hanya butuh waktu untuk menyendiri."
"Baiklah, kalau begitu aku balik ke kelas duluan, ya."
Shazia hanya tersenyum setelah mendengar ucapan selamat tinggal dari Harshad. Setelah Harshad pergi, ekspresi wajah Shazia pun langsung berubah menjadi sinis. Shazia merasa sangat kesal dengan kelakuan Freya. Padahal tadi adalah kesempatan yang bagus untuk dirinya bisa bersama dengan Harshad.
Di pohon cinta Shazia kembali merebahkan tubuhnya di atas rumput hijau. Rasanya sangat tenang dan damai. Ditambah lagi hembusan angin yang dapat membuat hati menjadi semakin tenang. Shazia perlahan-lahan menutup kedua matanya. Suasana di siang itu sangat mendung. Tiba-tiba Shazia kembali membuka kedua matanya.
Seperti ada seseorang yang mendekatinya dari arah utara. Shazia pun kembali menutup kedua matanya. Sampai pada di suara langkah terakhir. Shazia masih dalam mata yang yang terpejam. Sungguh kagetnya Shazia setelah mendengar suara Harshad di sampingnya. Ia juga merasa bahwa kini ia sedang bermimpi.
"Tidak, ini bukan mimpi. Aku merasakan sentuhan dari Harshad." Shazia langsung membuka kedua matanya. "Harshad, kenapa kamu kesini?" tanya Shazia seraya membangkitkan tubuhnya.
"Aku hanya ingin melepaskan kepenatan yang ada di dalam pikiranku, Zia." Harshad sudah tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Karena ia baru saja kembali bertengkar dengan Freya.
"Hm, pasti kamu bertengkar dengan Freya?" asumsi Shazia sangat benar.
"Benar, anak itu susah sekali di berikan arahan." Harshad langsung membaringkan tubuhnya.
"Kalau boleh aku tahu, kamu sebenarnya ada hubungannya dengan Freya? Kenapa kamu sampai terlihat sangat sedih setelah bertengkar dengannya?" Shazia masih mencoba mengorek informasi dari Harshad.
"Menurutmu hubungan apa?" Harshad malah balik bertanya kepada Shazia.
"Kamu kenapa malah balik bertanya kepada ku? Aku ya tidak tahu! Kamu ini bagaimana, sih!" Shazia kembali merebahkan tubuhnya di samping Harshad.
"Kalau aku beritahu yang sebenarnya. Kamu pasti akan membenci diriku dan Freya." Harshad masih takut mengatakan yang sebenarnya kepada Shazia.
"Ya, kalau ada sesuatu yang kalian tutupi dariku. Aku pasti akan sangat kecewa. Tapi, lebih baik kalian yang mengatakannya daripada harus aku atau orang lain yang memberitahu kebenaran itu kepadaku. Kalau itu sampai terjadi, aku akan meninggalkan kalian berdua! Aku tidak akan mau bersahabat dengan kalian lagi, hahaha," ledek Shazia seraya ingin mengungkapkan isi hatinya.
Harshad spontan menatap kedua mata Shazia dari samping. Shazia masih dalam posisi pandangan yang lurus. Ia juga enggan menoleh ke arah Harshad. Karena ia takut hal yang serupa akan terjadi kembali. Harshad kembali meluruskan pandangan ke depan.
"Aku sebenarnya, sebenarnya aku dan Freya—"
Perkataan Harshad langsung dipotong dengan panggilan seorang wanita yang ada di ujung lorong sekolah. Mereka berdua pun spontan terduduk dan melihat ke arah sumber suara. Ternyata itu Freya, Freya dengan sengaja memanggil Harshad karena tanpa Harshad sadari. Freya sudah memasang alat pelacak suara di ponsel Harshad. Freya juga sengaja menggagalkan hal tersebut agar Shazia tidak merasa patah hati mendengar pengakuan dari Harshad.
"Si Freya, kenapa selalu saja menghancurkan momen kebersamaan ku dengan Harshad! Argh, sepertinya wanita ini juga tidak menyukaiku. Tapi, dia pandai sekali bersandiwara di depan Harshad. Khakhakha, aku juga tidak tahu apa yang dia lakukan selama ini di belakangku dan Harshad," gerutu Shazia di dalam hatinya.
Shazia dan Harshad bergegas berdiri. Shazia juga menyapa Freya dengan lembut. Tetapi, Freya malah mengacuhkannya. Hal tersebut juga disadari oleh Harshad. Karena merasa tidak enak hati dengan Shazia. Harshad pun mengajak Shazia ke dalam kelas. Wajah Freya langsung berubah seketika setelah melihat Harshad memegang tangan Shazia.
Shazia dengan lihai memainkan sandiwaranya itu. Sedang Freya masih terlihat cemburu ketika Harshad memegang tangan Shazia. Ini adalah poin kemenangan Shazia. Meskipun begitu, Harshad juga tetap memegangi tangan Freya. Setelah sampai di dalam kelas. Freya berusaha untuk berbicara dengan Shazia perihal pembahasan mereka pohon cinta.
"Kamu sebenarnya membahas masalah apa di pohon cinta, tadi?" Freya sedikit memelankan suaranya agar tidak terdengar di telinga Harshad.
"Freya, bisa kita tidak membahas masalah itu sekarang? Kamu tidak melihat, kita ada di dalam kelas. Ramai sekali, apakah kamu tidak malu jika terjadi pertengkaran diantara kita? Aku jujur saja, aku tidak mau membahas sesuatu hal yang bisa membuat hubungan persahabatan kita retak. Aku tidak mau itu sampai terjadi," jelas Shazia berpura-pura baik.
"Iya, tapi aku hanya ingin tahu apa yang—"
Sebelum Freya menyelesaikan pembicaraan. Guru sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kelas. Tampak terlihat jelas kekesalan yang ada di hati Freya. Meskipun Shazia tahu tentang hal tersebut. Shazia masih tetap tersenyum dan menyimpan rasa bencinya terhadap Freya. Freya pun langsung pergi dari hadapan Shazia setelah melihat kedatangan guru.
"Hahaha, kenapa wajahmu menjadi terlihat seperti devil? Oh, sekarang aku tahu. Ternyata kamu juga cemburu ketika aku berdekatan dengan Harshad. Tapi, kenapa aku baru tahu sekarang, ya?" batin Shazia masih berasumsi tentang Freya.
Shazia juga menolehkan pandangannya kepada Freya dan Harshad secara bergantian. Shazia juga tersenyum manis melihat kedua sahabatnya itu. Karena Freya tidak membalas senyumannya. Shazia pun mengirimkan pesan singkat kepada Freya untuk membicarakan hal tersebut setelah pulang sekolah.
"Freya, aku akan segera menyingkirkanmu setelah aku tahu apa yang ada di dalam hatimu selama ini. Aku juga tidak mau kamu yang selalu dipuji-puji oleh Harshad," pikir Shazia setelah mengirimkan pesan singkat kepada Freya.