"Iya, Tan. Bahkan, kami sangat dekat dengan Freya. Dan sepertinya Harshad lebih menyukai Freya daripada Zia." Shazia dengan sengaja mengatakan hal tersebut agar Harshad bereaksi.
Harshad langsung menyambung perkataan Shazia. "Hm, siapa bilang aku lebih menyukai Freya? Kamu yang lebih cantik dari Freya. Tentu saja aku lebih menyukaimu," ujar Harshad sekaligus membuat Freya mengepalkan tangannya yang ada di bawah meja makan. "Fre, kamu tidak marah jika aku mengatakan ini, 'kan?" tanya Harshad agar tidak membuat Freya merasa sakit hati.
"Tidak, hahaha. Tentu saja tidak, Shad," jawab Freya.
"Hahaha, kamu mengatakan tidak. Tapi, terlihat dengan jelas bahwa hatimu merasa terusik setelah mendengar perkataan Harshad. Aku juga tidak tahu apa yang akan kamu lakukan ketika kamu mendengar bahwa aku dan Harshad akan segera dijodohkan." Shazia masih berbicara di dalam hatinya.
Semua yang ada di dalam meja makan pun memperkenalkan diri mereka masing-masing. Shazia langsung tersedak setelah mengetahui bahwa Sintia adalah seorang pengacara di perusahaan milik keluarga Harshad.
"Sayang, kamu kenapa tersedak seperti itu?" tanya Angela merasa khawatir dengan Shazia.
"Tidak, Ma. Tadi Shazia ingin bersin tapi Zia tahan. Jadi, seperti tersedak, Ma," jelas Shazia seraya mencoba mengambil minuman yang ada di hadapannya.
Setelah semuanya selesai makan. Adam dan David langsung masuk ke dalam topik pembahasan utama. Tentu saja Shazia sudah menunggu hal tersebut. Wajah Shazia sudah sumringah melihat Freya yang sejak tadi masih sibuk melihat layar ponselnya. Pandangan mata Shazia juga beralih kepada wanita yang ada di sebelah Freya. Ia juga sedikit menundukkan kepalanya ketika melihat Sintia. Begitu juga dengan Sintia yang tersenyum dan menunduk untuk membalas rasa hormat yang telah Shazia berikan. Entah mengapa, Bryan tiba-tiba mengirimkan pesan kepada Shazia.
[Kamu melihat wanita yang ada di sebelah teman wanitamu itu, 'kan?] pesan dari Bryan.
[Iya, Kak. Aku melihatnya, memangnya ada apa dengan wanita itu?] Shazia secepat mungkin membalas pesan dari Bryan.
[ku tadi tidak sengaja melihatnya mengedipkan mata kepada papanya Harshad.]
[Benarkah? Nanti kamu salah melihatnya.]
[Tidak mungkin, ya sudah. Fokus saja pada pembahasan mereka. Tetap bersikap tenang dan terlihat biasa saja. Jangan terlalu sering menatap wanita itu.]
Shazia langsung mendongakkan kepalanya dan sedikit memajukan wajahnya untuk melihat Bryan. Bryan pun langsung tersenyum setelah melihat wajah adiknya. Ternyata, Sintia juga sudah merasa tertekan dengan sikap yang ditunjukkan oleh Shazia dan Bryan yang duduk tepat di seberangnya.
"Kalau begitu kita langsung tanyakan saja kepada kedua anak kita. Shazia, kamu juga tidak keberatan dengan perjodohan ini, 'kan?" tanya Adam seraya kembali meneguk minumannya.
"Hm, perjodohan? Perjodohan dengan siapa?" tanya Shazia berpura-pura polos.
"Begini, Sayang. Kamu dan Harshad akan segera menikah. Jadi, mau mau kan menikah dengan anak tante?" tanya Marisa seraya ingin memperjelas maksud dari perjamuan pada malam itu.
"Hm, Shazia juga tidak bisa egois untuk menerima perjodohan ini, 'kan? Kita juga harus menanyakan hal ini kepada Harshad, 'kan?" Shazia langsung melirik ke arah Harshad.
Harshad juga merasa bingung harus menjawab apa. Ia juga tidak mau menyakiti perasaan Freya. Namun, di satu sisi ia juga tidak bisa menolak perjodohan itu.
"Aku akan dengan senang hati bisa bersanding dengan Shazia Connor," ucap Harshad seraya sekilas melirik ke arah Freya.
Kedua mata Shazia masih terfokus kepada Freya yang masih asyik dengan ponselnya. Shazia spontan tersenyum sinis melihat ke arah Freya. Setelah selesai pada perjamuan makan malam. Shazia berusaha untuk selalu bersama Harshad. Tetapi, sepertinya Freya merasa tertekan dengan hal tersebut.
"Permisi, aku mau pergi ke toilet," ujar Freya seraya menyentuh tangan Harshad.
Shazia hanya tersenyum setelah Freya mengatakan hal tersebut. Tak lama kemudian, Harshad pun berpamitan kepada Shazia. Shazia awalnya tidak merasa curiga dengan kepergian dua sahabatnya itu. Namun, sudah hampir lima belas menit mereka tidak kembali. Shazia pun iseng untuk mencari Harshad dan Freya.
Shazia juga kesulitan menemui kedua sahabatnya. Sampai ia di sebuah ruangan kosong yang tak jauh dari pesta pertemuan itu. Shazia melihat Harshad dan Freya saling berpagutan bibir. Tubuh Shazia langsung gemetar menyaksikan hal tersebut. Shazia spontan membalikkan tubuhnya dan segera pergi dari ruangan itu.
"Hiks, kenapa aku harus melihat kejadian itu? Seharusnya aku tidak pergi ke sana! Hatiku terasa sangat sakit melihatnya. Mereka benar-benar tidak mempunyai perasaan. Sampai detik ini mereka masih membohongiku perihal hubungan mereka." Shazia semakin bersedih setelah mengingat kejadian tadi.
Bryan langsung berhenti melangkah setelah melihat punggung Shazia yang bergetar. Ia pun langsung menghampiri Shazia yang duduk di taman. Setelah sampai di hadapan Shazia. Bryan langsung terperangah melihat Shazia menangis.
"Adik, kamu kenapa? Kenapa menangis seperti ini?" tanya Bryan seraya mencoba menyeka air mata Shazia hang terus mengalir.
"Hiks, Kakak! Aku ingin sekali menyingkirkan Freya dari pertemanan kami!" Shazia sudah tiba bisa menahan rasa kecewanya laki.
"Kenapa? Dia memangnya kenapa?" tanya Bryan merasa bingung dengan ucapan Shazia.
"Harshad dan Freya berpacaran! Mereka menyembunyikan hubungan itu dari aku, Kak! Sudah bertahun-tahun menyembunyikan hal itu. Mereka mengatasnamakan sebuah persahabatn agar aku bisa menerima Freya menjadi temanku. Mereka sudah sangat keterlaluan! Mereka terus membohongi aku, Kak! Aku mencintai Harshad, tetapi Harshad mencintai Freya!" jelas Shazia dengan emosi yang sudah tidak terkendali.
Bryan spontan mengepalkan kedua tangannya. setelah ia mendengar perkataan dari Shazia. Bryan langsung memeluk Shazia dengan lembut. Kedua mata Bryan langsung memerah setelah mendengar tangisan Shazia yang semakin pecah.
"Aku akan membalas perbuatan kalian kepada adikku!" gerutu Bryan di dalam hatinya. "Sudah, Adik. Jangan menangis lagi, kamu tidak perlu menangisi pengkhianatan dari mereka. Dengar, masih ada lelaki lain yang lebih baik dari Harshad. Dia juga bukan lelaki satu-satunya di dunia ini, Zia." Bryan berusaha untuk memberikan motivasi kepada Shazia.
"Tidak! Zia tidak mau mencintai pria lain. Hanya Harshad yang aku cintai, Kak. Aku tidak mau mencintai yang lainnya." Shazia masih tetap pada pendiriannya.
"Oke, jadi sekarang mau mau apa?"
"Aku mau mendapatkan Harshad dan menyingkirkan Freya, Kak." Shazia langsung mengatakan apa yang ada di dalam hatinya.
Bryan langsung terdiam setelah mendengar ucapan Shazia. Bryan langsung mendorong tubuh Shazia dengan lembut. Ia juga menatap kedua mata Shazia yang sudah hampir membengkak karena menangis. Bryan dengan lembut menyeka air mata Shazia dan mengelus pipi Shazia.
"Zia, sudah jangan menangis lagi. Adik cantik kakak akan terlihat jelek jika terus menangis seperti ini. Selain itu, kamu mau apa lagi? Aku akan segera mengabulkannya," ujar Bryan mencoba untuk menenangkan Shazia.
"Aku hanya mau di peluk, Kak." Shazia kembali memeluk Bryan.