"Kamu bisa mencurahkan segalanya kepada diriku, Adik. Aku akan dengan senang hati mendengarkan semua keluh kesahmu." Bryan langsung mengelus kepada Shazia dengan lembut.
"Ingin sekali seperti itu. Tapi, kamu selalu sibuk dengan pekerjaanmu, Kak. Aku juga tidak mau mengganggu waktu istirahatmu.
"Hm, jangan pikirin itu. Eh, di sana aku dengan ada keluarga Freig. Ini kesempatanmu untuk menarik simpati mereka." Bryan sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Hm, aku tidak perlu melakukan itu, Kak. Mereka juga sudah sangat berharap memiliki menantu seperti diriku, 'kan?" celetuk Shazia dengan kepercayaan diri yang sudah mencapai puncak tertinggi.
Bryan langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Shazia. "Hahaha, benar juga. Pesonamu memang luar biasa, Adik. Aku saja kalau tidak terlahir menjadi Kakakmu. Aku akan menikahimu sesegera mungkin," celetuk Bryan secara tidak sadar.
