Jue Die kemudian meminta Liu Heng untuk mempraktikkan kembali jurusnya. Sekali lagi Jue Die terkagum-kagum dengan apa yang Liu Heng gerakkan. Ilmu berpedang Liu Heng sudah setara dengan Ahli pedang. Sangat halus dan tajam, tetapi sayangnya Liu Heng tidak akan bisa naik ke tahap ilmu pedang yang selanjutnya yaitu tahap jiwa pedang.
Untuk mencapai tahap jiwa pedang. Seseorang harus bisa berkultivasi karena pada tahap jiwa pedang harus menggunakan qi. Pada tahap ini pengguna pedang bisa mengubah apa pun menjadi pedang termasuk kayu atau ketiadaan. Itu adalah tahap yang sulit dicapai. Masih ada dua tahap lagi di atas tahap jiwa pedang, tetapi itu hanya bisa dikuasai oleh pendekar pedang dengan kultivasi yang tinggi. Sesuatu yang tidak mungkin bisa Liu Heng capai.
Untuk anak seusia dirinya, tidak ada yang pernah mencapai tahap ahli pedang bahkan di sekte besar sekalipun. Biasanya anak seusia Liu Heng mereka hanya akan belajar dasar ilmu pedang saja. Itu pun belum sempurna.
"Sangat di sayangkan kau tidak beruntung. Kau bisa berkultivasi, tetapi hanya bisa sampai tahap penempaan tulang ke 5. Kau sama sekali tidak bisa menembus lebih dari itu. Untuk mencapai itu pun kau harus mengorbankan sumber daya yang banyak. Menurutku itu terlalu boros," ucap Jue Die.
"Kau benar-benar buta?" tanya Liu Heng.
"Bila kau sudah berkultivasi sampai tahap tertentu, maka kau bisa melihat tanpa menggunakan mata lagi. Semuanya terlihat sangat jelas. Bahkan kalau kau sudah mencapai tingkat yang sangat tinggi, maka kau bisa melihat semua tempat dalam radius kilo meter," jawab Jue Die.
Liu Heng tercengang. Jawaban itu membuat Liu Heng terkejut. Dia tidak menyangka kalau ternyata kultivasi bisa seluar biasa itu. Itu membuatnya tertarik. Dia awalnya tidak terlalu tertarik dengan kultivasi, tetapi setelah tahu kalau kultivasi bisa membuat orang buta bisa melihat. Itu membuatnya tertarik.
Jue Die merasakan ketertarikan Liu Heng. Dia pun menceritakan beberapa hal yang bisa dilakukan ketika seseorang sudah berkultivasi dan masuk ke tahap yang sudah tinggi. Setiap cerita Jue Die itu membuat Liu Heng semakin tertarik. Terutama pada bagian keabadian yang bisa diperoleh oleh para cultivator, tetapi untuk mencapai tahap itu memerlukan waktu yang sangat panjang.
"… itu adalah yang akan kau peroleh kalau kau bisa berkultivasi, tetapi sayangnya langit tidak berpihak padamu," ucap Jue Die mengakhiri penjelasannya.
Liu Heng tidak peduli dengan perkataan Jue Die yang terakhir. Dia merasa tidak ada yang mustahil. Semuanya masih bisa dilakukan asal dia bekerja keras dan terus berusaha. Itu yang selalu Liu Heng yakini. Dia percaya kalau usaha tidak akan mengkhianati dirinya.
"Apa kau mendengar apa yang aku katakan?" tanya Jue Die. Dia mengerutkan keningnya karena Liu Heng yang sama sekali tidak kecewa dengan apa yang dia katakan. Sesuatu yang jarang terjadi pada anak kecil.
"Aku dengar," jawab Liu Heng. Dia malah tersenyum kepada Jue Die. "Aku tahu kalau kau tidak akan bisa menembus tahap penempaan tulang. Itu sekarang, tetapi kita tidak bisa melihat masa depan. Takdir adalah sesuatu yang masih menjadi misteri bahkan untuk takdir itu sendiri. Jadi, untuk apa aku harus kecewa."
Jue Die kaget dengan jawaban Liu Heng yang begitu dewasa. Dia tersenyum.
"Kau yakin kalau kau masih anak-anak?" tanyanya sambil mengerutkan keningnya.
Liu Heng tidak menjawab. Dia bangun dan memandang ke arah langit. Dia menunjuk ke arah ratusan bintang yang ada di langit. Dia sudah menetapkan tujuannya. Awalnya dia hanya ingin hidup bersama dengan kakeknya, tetapi sekarang dia ingin menjadi cultivator yang paling kuat dan membuat dia dan kakeknya mendapat tempat yang layak.
Liu Heng kasihan dengan kakeknya yang selalu makan sayur-sayuran saja. Liu Heng sangat ingin membawa kakeknya untuk makan-makanan yang enak dan tinggi di tempat yang juga mewah dan layak.
"Aku akan menjadi seorang cultivator terkuat yang pernah ada," teriak Liu Heng.
Jue Die yang sedang duduk kaget. Dia menggelengkan kepala dengan sangat pelan. Dia tidak menyangka ada orang yang begitu optimis. Padahal tahu dia tidak bisa menembus ke tahap di atas penempaan tulang, tetapi dia masih percaya diri dan mengatakan dia akan menjadi cultivator terkuat.
***
Keesokan harinya Liu Heng melakukan hal yang sama. Dia melakukan tugasnya seperti setiap pagi dia akan mengambil berbagai macam sayur, rempah, buah dan daging untuk di bawa ke dapur. Itu dia lakukan setiap pagi sebelum para murid lain bangun.
Setelah matahari mulai muncul. Dia akan membantu Jue Die di dapur untuk memasak. Dia hanya melakukan tugas-tugas yang sederhana. Dia diperlakukan dengan sangat baik oleh anggota yang lain. Meski, dia agak diperlakukan dengan agak spesial, tetapi dia tidak manja.
Setelah makan pagi. Dia keluar lagi, tujuannya adalah gedung alchemy.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya salah satu murid yang bertugas menjaga gedung alchemy dengan ketus.
"Aku diperintahkan oleh tuan Jue Die untuk meminjam salah satu buku dasar alchemy," ucap Liu Heng. Tentu saja itu hanya kebohongan, tetapi murid yang menjaga gedung alchemy itu percaya. Dia tahu kalau Liu Heng adalah salah satu juru masak di bawah Jue Die.
Wajah murid itu agak pucat ketika mendengar nama Jue Die. Dia pun pergi dan mengambil buku dasar alchemy dan memberikannya kepada Liu Heng.
"Ini bukunya, tetapi kau harus mengembalikannya dalam satu minggu," ucap murid penjaga itu.
Liu Heng mengangguk dan langsung pergi dari sana. Murid itu lega ketika Liu Heng pergi. Dia pun duduk di kursi yang ada di sana.
"Kau dibodohi oleh anak itu," ucap seseorang.
Murid itu menoleh dan ternyata itu adalah gurunya atau ketua gedung alchemy. Dia adalah alchemist terbaik di sekte Tebasan Mengalir. Dia sangat dihormati oleh semua guru di sana. Dia hanya memiliki satu murid yaitu gadis yang sekarang menjaga gedung alchemy.
"Aku di tipu, Guru?" tanya gadis itu.
"Coba kau pikirkan lagi. Untuk apa si tua Jue itu meminjam sebuah buku alchemy. Dia bahkan sangat membenci alchemy," jawab Zhang Zu. "Kau tidak boleh mudah percaya dengan orang lagi, Rue'er."
"Baik, Guru."
Nama gadis itu adalah Xiang Rue. Dia adalah murid yang sangat berbakat dalam bidang alchemy. Dia juga berbakat dalam kultivasi. Menurut Zhang Zu, kultivasi dan alchemy itu harus seimbang. Bagi alchemist kultivasi adalah tumpuan. Alchemy tidak akan bisa tanpa kultivasi.
Karena itu selain mengajarkan Xing Rue alchemist. Dia juga mengajarkan Xing Rue kultivasi.
"Dia anak yang pintar. Kalau kau ingin menjadikannya pacar, maka aku akan mengizinkanmu," ucap Zhang Zu.
Xiang Rue mengerutkan keningnya. Dia mengabaikan gurunya.