Keesokan harinya. Liu Heng dan Jue Die memisahkan diri dari orang lain. Jue Die mengajak Liu Heng untuk masuk ke tempat miliknya. Ketika masuk ke sana ada sebuah batu besar yang bagian atasnya seperti terpotong.
Liu Heng belum pernah masuk ke kediaman Jue Die karena Jue Die terkenal dengan orang yang suka marah-marah dan terkenal tegas dan kejam.
Liu Heng tidak menyangka kalau di kediaman Jue Die sangatlah indah. Kolam kecil dengan sebuah pohon kecil di bagian sudut itu sangat indah. Terlihat sangat disimpel, tetapi itulah yang membuatnya indah. Apalagi ada suara air mengalir yang sangat pelan. Itu membuat suasana menjadi lebih tenang dan menenangkan.
"Aku tidak menyangka kau memiliki tempat seperti ini," ucap Liu Heng. Beberapa saat kemudian dia langsung mendapat pukulan di kepalanya.
"Duduklah di sana!" ucap Jue Die sambil menunjuk ke arah batu yang terpotong yang pertama kali mencuri perhatian Liu Heng. Bagian bawah batu itu terdapat lumut hijau. Liu Heng pun berjalan ke arah batu itu. Jue Die melakukan hal yang sama.
Liu Heng pun duduk bersila.
"Minum ini!" pinta Jue Die. Dia melemparkan dua buah pill yang memiliki ukuran yang sama, tetapi tentu saja itu adalah pill yang berbeda "Kedua pill itu bisa membuatmu bisa berkultivasi dengan cukup lancar."
Liu Heng mengangguk dan langsung meneguknya. Satu detik kemudian, tubuhnya terasa sangat hangat, tetapi hangat yang sejuk. Memang aneh, tetapi itu nyata. Itu membuat Liu Heng bersemangat untuk mempelajari alchemy.
Kedua pill itu bisa membantu pemula untuk mudah berkultivasi. Nama pill itu adalah pill Peningkat qi yang bisa meningkatkan jumlah qi dan satu lagi adalah pill aliran qi yang berguna untuk membuat aliran qi menjadi lebih lancar. Dengan dua pill itu, seoarang pemula bisa dengan mudah untuk masuk ke tahap pertama kultivasi.
Jue Die pun mengajari dan membimbing Liu Heng. Perlahan dia mengajari Liu Heng teknik kultivasi yang paling sederhana. Teknik yang bisa digunakan oleh siapa pun. Teknik itu adalah teknik pernapasan yang tersebar luas di berbagai tempat.
Jue Die cukup kaget karena Liu Heng bisa mengikuti apa yang dia katakan. Semuanya bisa dipahami dan diikuti oleh Liu Heng dengan sempurna seolah dia adalah mesin yang bisa meniru apa pun. Itu membuat Jue Die sedikit merinding.
Satu jam berlalu, tetapi Liu Heng belum masuk ke tahap awal. Bukan karena dirinya salah, tetapi memang karena merdian miliknya yang cacat. Itu menghambat aliran qi. Seharusnya aliran qi dari dantian mengalir melewati merdian dan kembali ke dantian dan kemudian disebarkan keseluruh tubuh. Karena merdian Liu Heng cacat, proses itu sulit dilakukan.
"Kau minum ini!" Jue Die memberikan tiga pill kali ini. Dua pill adalah pill yang sama seperti sebelumnya dan satu pill lagi adalah pill yang berbeda. Pill itu adalah pill penembus tulang. Selain untuk mengeraskan tulang. Pill itu bisa memaksa merdian untuk terbuka lebar agar qi bisa mengalir.
Proses itu sangat menyakitkan. Liu Heng merasakan kalau tubuhnya serasa di tusuk oleh ratusan pedang sekaligus. Kalau saja tekadnya tidak kuat. Dia pasti sudah menyerah dan pergi dari sana. itu terlalu sakit.
"Jangan menyerah karena kau sendiri yang mengatakan ingin berkultivasi," ucap Jue Die. Dia meletakkan dua buah batu jiwa dia atas kedua tangan Liu Heng. Itu bisa membantu menambah jumlah qi milik Liu Heng.
Terlihat kalau wajah Liu Heng sangat pucat. Dia sangat kelelahan, tetapi tekadnya untuk melakukan kultivasi membuatnya masih melakukannya. Liu Heng tanpa sepengetahuan Jue Die. Dia melakukan teknik kultivasi yang dia dapatkan dari kitab yang dia dapatkan dari kekek yang kemarin dia temui.
Tubuhnya terasa sangat panas. Dia merasakan kalau aliran qi miliknya memaksa masuk melalui merdian miliknya. Itu terasa sangat sakit, tetapi berhasil. Yang perlu dia lakukan adalah terus memaksa hal itu.
Satu jam pun berlalu. Liu Heng berhasil menembus tahap penempaan tulang ke 1. Jue Die tersenyum melihat keberhasilan Liu Heng. Jue Die baru ingin memberikan selamat kepada Liu Heng, tetapi tiba-tiba Liu Heng terjatuh. Dia langsung tidak sadarkan diri.
Jue Die mengangkat tubuh Liu Heng dan membaringkannya di dalam rumah miliknya. Satu hal yang mengagetkan Jue Die. Yaitu tubuh Liu Heng terasa sangat panas. Tubuhnya seperti kobaran api yang sangat panas.
Keringat yang seharusnya membasahi dirinya tiba-tiba langsung menguap dan kering.
"Apa memang seperti ini efeknya?" gumam Jue Die.
Dia kebingungan karena apa yang terjadi kepada Liu Heng sangat aneh. Baru kali ini dia melihat apa yang Liu Heng alami sekarang. Dia juga baru kali ini sebenarnya melatih orang yang mengalami merdian yang cacat.
"Aku harap dia baik-baik saja," batin Jue Die.
***
Liu Heng bangun dari mimpinya. Keringat memenuhi tubuhnya. Dia mengalami mimpi buruk tentang Iblis yang tiba-tiba mengambil alih dirinya. Itu adalah mimpi yang sangat gila karena di dalam mimpi itu Liu Heng menghancurkan satu kota dengan brutal. Tidak ada satu orang pun yang tersisa.
"Itu benar-benar mengerikan," keluh Liu Heng.
Dia pun melihat sekeliling dan terlihat kalau Jue Die sedang terbaring di dekat dirinya. Liu Heng tersenyum dan memberikan selimut yang ada pada dirinya kepada Jue Die. Baru kali itu Liu Heng melihat wajah Jue Die yang tenang dan tidak menakutkan. Biasanya dia menunjukkan wajah yang tegas yang seolah akan marah kepada siapa pun.
Setelah itu Liu Heng keluar dan melakukan beberapa gerakan. Dia cukup kaget karena gerakan dan kekuatan miliknya jauh meningkat. Itu membuat dirinya tidak henti-hentinya tersenyum. Itu membuat dia sangat senang hingga dia lupa waktu.
Dia sudah dua jam lebih di sana sambil menggerakan beberapa gerakan yang dia bisa. Tanpa dia sadari kalau Jue Die sedang mengawasi dirinya. Jue Die tersenyum karena gerakan Liu Heng yang luar biasa.
"Berhantilah dulu!" pinta Jue Die.
Liu Heng kaget dan langsung berhenti. Dia mendekati Jue Die dan membungkuk memberi hormat. Jue Die menyuruh Liu Heng untuk bangun. Dia menyuruhnya untuk duduk di sebelahnya. Liu Heng mengikuti.
"Kau tidak boleh melakukan itu! Kau hanya boleh melakukan itu kepada gurumu saja," ucap Jue Die denga suara tegasnya.
"Bukan kau adalah Guruku?" tanya Liu Heng.
Jue Die menggelengkan kepalanya, "Aku bukan Gurumu. Aku hanya mengajarimu satu hal. Guru adalah orang yang bisa mengajarimu berbagai macam hal dan yang dia ajari itu adalah ilmu yang dia miliki, tetapi apa yang aku ajari kepadamu adalah sesuatu yang kau bisa pelajari dimana pun. Apa kau mengerti?"
Liu Heng tidak mengerti, tetapi dia mengangguk.