Pria itu ingin menyerang Liu Heng, tetapi dengan sedikit gerakan. Dia berhasil menghindar dan langsung memotong tangan pria itu. Tidak hanya itu, dia juga langsung menusuk perut pria itu lagi. Itu membuat pria itu terjatuh dan tidak sadarkan diri lagi. Dia tewas di tangan Liu Heng.
Liu Heng tidak puas hanya sampai di sana. Dia kemudian memotong leher pria itu sampai putus.
"Kau terlalu kejam," keluh kakek yang tadi. Dia melihat apa yang Liu Heng lakukan. Memotong kepala orang yang sudah tewas itu terlalu berlebihan.
"Tidak ada yang bisa menjamin kalau dia benar-benar sudah tewas," jawab Liu Heng.
"Kau gila," ungkap Kakek itu.
Liu Heng kemudian mengambil kitab tadi dan memasukkannya ke dalam bajunya. Dia juga mengangkat tubuh Kakek itu dan menyandarkan tubuhnya ke pohon yang tidak jauh dari sana. Awalnya Kakek itu cemas kala Liu Heng adalah orang yang ingin mengambil kitab miliknya, tetapi setelah Liu Heng mengembalikan kitab itu. Kakek itu tersenyum.
"Kau adalah anak yang baik," ucapnya.
"Aku anak yang gila."
Kakek itu tertawa, tetapi beberapa detik ketika dia mulai tertawa. Dia langsung batuk-batuk dan dari mulutnya keluar darah. Liu Heng hanya melihat saja.
"Kenapa kau menyelamatkan aku? Bisa saja aku adalah orang jahat," tanya kakek tua itu.
Liu Heng duduk dan di depan Kakek itu. Liu Heng tersenyum.
"Aku tidak terlalu peduli dengan hal itu. Aku menolongmu bukan karena kau orang baik atau bukan, tetapi karena kau adalah kakek tua. Itu mengingatkan aku dengan kakekku di desa," jawab Liu Heng.
Kakek itu tertawa lagi dan berakhir dengan batuk darah lagi. Wajahnya semakin pucat.
"Kau anak yang menarik," ucap Kakek itu. Suaranya sudah mulai mengecil. "Aku yakin kau akan menjadi orang yang kuat suatu hari nanti. Aku kagum dengan caramu membunuh pria tadi. Kau menyerang saat dia sedang lengah. Itu sangat luar biasa. Kau bukan tipe orang yang tergesa-gesa. Aku menyukaimu kecuali bagian kau memotong kepada pria tadi. Aku masih tidak setuju dengan hal itu."
"Aku tidak memerlukan persetujuanmu," ucap Liu Heng. Itu membuat kakek itu kaget, dia terkejut, tetapi dia langsung tersenyum. "Kita tidak tahu musuh seperti apa yang kita hadapi. Aku pernah mendengar kalau ada orang yang bisa hidup meski ditusuk puluhan kali. Aku hanya berjaga-jaga saja."
Sekali lagi kakek itu tertawa.
"Kau pembohong besar," ucapnya. Dia kemudian memberikan kitab itu kepada Liu Heng. "Entah kenapa kau yakin kau bisa menjaga kitab ini. Ambillah!" pinta Kakek itu.
Liu Heng langsung mendorong kitab itu kembali, "Aku tidak ingin hidupku dalam masalah hanya karena kitab tidak jelas ini. Lebih baik kakek bawa kitab ini mati bersama kakek. Menurutku itu jauh lebih baik daripada harus menyusahkan orang lain."
"Kau terlalu kejam untuk menjadi anak kecil," keluh Kakek itu. "Buku ini adalah kitab teknik kultivasi yang akan berguna untukmu. Aku tahu kalau merdianmu cacad dan itu membuatmu tidak bisa berkultivasi, tetapi dengan teknik pernapasan di dalam buku ini. Kau bisa berkultivasi. Bukan hanya sampai tahap penempaan tulang saja, tetapi kau bisa berkultivasi sampai ke puncak dunia persilatan."
Liu Heng terdiam. Dua hal yang membuatnya kaget yaitu pertama adalah kakek itu bisa tahu kalau merdiannya cacad dan kedua tentu saja tentang kitab yang sekarang sudah kakek itu sodorkan kepada dirinya.
Liu Heng menghela napas dan langsung mengambil kitab itu dan langsung menyimpannya di dalam bajunya. Kakek itu hanya bisa menggeleng pelan. Beberapa saat yang lalu Liu Heng menolak, tetapi sekarang dia mengambil kitab itu tanpa ragu.
"Gunakan kitab itu dengan baik," ucap Kakek itu. "Yang aku maksud kau harus berhati-hati karena teknik pernapasan di dalam sana adalah teknik pernapasan yang berbahaya. Kau bisa saja hancur jiwamu. Kau harus bijak menggunakannya," ucap Kakek itu.
Tidak lama kemudian mata kakek itu pun tertutup, napasnya berhenti dan dia sudah tidak bergerak lagi. Liu Heng mengepalkan tangannya dan melakukan doa. Dia mendoakan yang terbaik untuk kakek itu.
Setelah itu dia menguburkan kakek itu di tempat yang agak jauh dari sana. Dia memberikan sebuah tanda agar dia bisa berkunjung lagi ke sana. Setelah selesai Liu Heng melihat pakaian yang dia kenakan sudah penuh dengan darah dan tanah.
Dia pun mengambil pakaian ganti yang sudah dia bawa. Dia sudah menyiapkan baju ganti kalau saja dia memerlukannya. Liu Heng tidak menyangka kalau ternyata pakaian ganti itu benar-benar akan berguna.
Dia mengubur pakaian miliknya. Itu dia lakukan agar dia tidak meninggalkan jejak. Dia yakin akan ada orang lagi yang mengejar kakek itu. Itu membuatnya mengubur pakaian itu dan lagi dia tidak bisa membawa pakaian itu kembali. Itu akan membuat kecurigaan. Apalagi ada darah di sana.
Setelah semuanya selesai. Liu Heng membuka buku itu dan sebuah cahaya membuatnya kesulitan melihat. Beberapa saat kemudian buku itu menghilang dan beberapa saat kemudian Liu Heng mendapatkan beberapa informasi baru.
Informasi itu tentang cara berkultivasi. Liu Heng langsung bersila dan langsung berkonsentrasi. Tubuhnya perlahan menjadi sangat panas. Qi miliknya pun mengalir ke seluruh tubuhnya, tetapi ketika ingin melewati merdiannya. Qi itu seperti terpental dan kembali.
Liu Heng mencoba lagi, lagi dan lagi, tetapi tidak ada yang berhasil. Malah tubuhnya terasa sangat panas dan terasa tubuhnya terbakar. Dia pun langsung berhenti. Qi miliknya terasa mendidih dan terasa tubuhnya terbakar dari dalam.
Liu Heng membaringkan tubuhnya. Dia merasa sangat lelah.
"Teknik apa ini? Apa kakek itu ingin membunuhku?" keluhnya.
Tidak lam kemudian dia mendapat informasi baru lagi. Dia langsung bangun dengan wajah yang terkejut. Dia pun langsung berjalan pulang dari sana. setelah sampai di dapur. Dia langsung mendekati Jue Die.
"Ajari aku kultivasi!" pinta Liu Heng.
Jue Die yang sedang memasak langsung terkejut. Bukan hanya dia, tetapi semua orang yang ada di sana juga terkejut. Jue Die langsung menatap Liu Heng denga tatapan serius. Dia membungkuk dan memegang pundak Liu Heng.
"Apa yang katakan tadi?" tanya Jue Die.
"Ajari aku kultivasi!" ucap Liu Heng sekali lagi.
Jue Die masih terkejut padahal Liu Heng sudah dua kali mengatakan hal itu. Dia memang berniat untuk mengajari Liu Heng kultivasi, tetapi itu memerlukan sumber daya yang sangat besar. Dia menunda hal itu sampai dia memiliki batu jiwa yang cukup.
Untuk membuat Liu Heng mencapai ke tahap penempaan tulang 5 itu membutuhkan setidaknya 100.000 batu jiwa tingkat rendah. Jue Dia menatap mata Liu Heng. Dia pun menghela napas.
"Baiklah, aku akan mengajarimu," ucapnya.
Semua orang di sana langsung bersorak. Jue Die hanya menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya aku harus menggunakan tabungungan milikku."