Chereads / Legenda Cultivator Tampan / Chapter 10 - Bab. 10 Gadis Yang Aneh

Chapter 10 - Bab. 10 Gadis Yang Aneh

Setelah mendapatkan buku dasar Alchemy, dia langsung kembali ke dapur. Dia melakukan tugas harian seperti biasanya. Dia membuat makanannya untuk makan siang. Setelah semua tugas telah selesai. Dia pun langsung ingin pergi ke hutan di dekat sekte.

Beberapa hari belakangan dia menemukan tempa yang tidak terjaga dan bisa digunakan sebagai tempat untuk keluar dari sekte tanpa ketahuan. Tepat ketika Liu Heng ingin pergi, Jue Die memegang bahunya.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Jue Die.

"Aku ingin belajar Alchemy," jawab Liu Heng dengan santai.

"Kau belajar Alchemy? Apa kau tidak tahu kalau untuk memahami Alchemy membutuhkan otak yang cerdas dan juga kau harus memiliki kultivasi yang cukup tinggi serta kau harus memiliki roh api untuk mempermudah segalanya," ucap Jue Die. Dia meragukan Liu Heng.

Dengan kemampuan Liu Heng yang sekarang, yang bahkan belum belajar kultivasi untuk belajar alchemy adalah kemustahilan. Untuk mengontrol api untuk membuat satu pill kualitas terendah saja dia membutuhkan setidaknya kultivasi tingkat fondasi qi.

"Terima kasih atas nasihatnya," ucap Liu Heng.

Dia membungkuk memberi hormat dan langsung pergi dari sana. Itu membuta Jue Die terdiam. Setelah apa yang dia katakan, itu sama sekali tidak menurunkan semangat Liu Heng. Jue Die menyayangkan keadaan Liu Heng yang tidak bisa berkultivasi.

"Sangat disayangkan langit tidak berpihak kepadanya," keluh Jue Die. Dia tersenyum dan pergi kembali masuk ke dalam. Dia membiarkan Liu Heng melakukan apa yang dia inginkan.

Sementara itu Liu Heng sudah berada di luar. Dia melihat ke kiri dan ke kanan untuk memperhatikan sesuatu. Setelah merasa aman dia langsung berlari. Dia tidak ingin bertemu dengan para pembully yang selalu membully dirinya.

Ketika Liu Heng berlari. Seseorang memperhatikannya, dia kemudian mengikuti ke mana Liu Heng pergi. Tidak butuh waktu lama bagi Liu Heng untuk tiba di tempat yang dia cari. Dia sudah berada di dekat dinding yang memisahkan sekte dengan dunia luar.

Dia pun melompat dan berhasil melewati dinding tinggi itu. Dia tersenyum ke arah dinding yang sudah dia lewati. Dia pun masuk ke dalam hutan. Dia mencari tempat yang nyaman dan langsung membuka buku yang dia pinjam.

Dia melihat banyak sekali penjelasan. Beberapa lembar awal hanya berisi penjelasan tentang cara alchemy bekerja. Liu Heng membacanya dengan perlahan sambil mengingat semuanya. Dalam satu jam dia sudah membaca semuanya.

Liu Heng pun bangun untuk mencoba beberapa hal yang dia pelajar. Ternyata ada teknik alchemy dasar yang bisa dia lakukan. Tidak memerlukan tungku ataupun kultivasi. Dia hanya perlu menumbuk dan menyatukan semua bahan menjadi satu.

Itu adalah cara paling lama yang sudah tidak digunakan lagi oleh cultivator, tetapi masih digunakan oleh manusia biasa. Biasanya itu dilakukan oleh tabib yang mengerti ilmu kesehatan. Liu Heng akan mencobanya juga.

Dia akan mencari rumput awan, Akar pohon, Bunga tulip merah. Kalau semuanya dicampur menjadi satu, itu akan menjadi obat yang cukup ampuh. Ia bisa mengobati luka bakar yang cukup parah, tetapi kalau untuk luka bakar yang sangat parah, tidak bisa kecuali cara pengolahannya diberikan sedikit qi. Manfaatnya akan bertambah kuat beberapa kali lipat dari biasanya.

Bahan yang Liu Heng cari tidak terlalu sulit untuk dicari. Dia hanya perlu beberapa menit untuk menemukan semuanya. Orang yang mengawasinya sejak tadi hanya terdiam. Dia masih mengawasi Liu Heng. Dia penasaran apa yang Liu Heng lakukan di hutan dengan buku alchemy padahal dia bukan seorang cultivator.

Tidak ada yang tidak tahu siapa Liu Heng diantara para murid sekte luar.

"Bukankah ini sudah cukup," ucap Liu Heng.

Dia kemudian mencari sebuah kayu dan menumbuk semua bahan itu di atas kayu yang sudah dia siapkan. Beberapa menit berlalu dan dia pun selesai melakukan semuanya. Dia terdiam sejenak. Dia kebingungan karena dia tidak bisa melihat hasil yang dia pelajari.

"Apa yang dia lakukan?"

Liu Heng kemudian berusaha menghidupkan api dengan membenturkan dua batu secara terus menerus. Dia sudah biasa melakukannya. Hanya beberapa detik dia pun mendapatkan api yang dia butuhkan.

Liu Heng kemudian menjulurkan tangannya. Dia membakar tangannya sendiri.

Orang yang mengikuti Liu Heng langsung turun dan menarik tangan Liu Heng. Dia juga langsung memadamkan api yang ada di sana. Liu Heng hanya mengerutkan keningnya. Sementara orang itu menatap Liu Heng dengan tatapan kesal.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku sedang ingin membakar tanganku," jawab Liu Heng dengan sangat santai seolah apa yang dia lakukan bukanlah hal yang aneh.

"Kau adalah orang yang paling gila yang pernah aku temui."

"Kau juga adalah orang yang paling aneh yang pernah aku temui. Mengganggu orang lain. Apa kau tidak tahu kalau mengganggu orang lain itu tidak sopan?" tanya Liu Heng.

Orang itu marah. Dia langsung menampar wajah Liu Heng. Itu meninggalkan bekas telapak tangan di wajahnya. Liu Heng menatap pipinya. Dia tidak mengerti kenapa gadis di depannya marah kepada dirinya. Padahal dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Itu membuat Liu Heng menggaruk kepalanya.

"Kau bodoh!" teriak gadis itu. "Jangan lakukan itu lagi, okey!" pinta gadis itu.

"Kenapa?" tanya Liu Heng dengan wajah polos.

Gadis itu mengerutkan keningnya. Dia bingung.

"Kau ini polos atau benar-benar bodoh," keluhnya. "Kau ingin membakar tanganmu, bukan?" tanya gadis itu. Liu Heng mengangguk. "Apa kau tidak tahu kalau apa yang kau lakukan itu berbahaya?"

"Aku tahu kalau itu akan berbahaya, tetapi aku memiliki obatnya. Aku membuat obat untuk menyembuhkan luka bakar." Liu Heng mengambil obat hasil racikannya. "Kalau aku tidak mencobanya bagaimana aku bisa tahu ini bekerja atau tidak?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengerti bagaimana cara berpikir orang yang ada di depannya sekarang. Rela melukai diri sendiri hanya untuk mencoba obat yang baru saja dia buat. Itu diluar nalarnya.

"Pokoknya jangan lakukan!" ucap gadis itu.

Liu Heng akan melakukannya lagi, tetapi bukan sekarang. Untuk sekarang dia hanya akan berpura-pura mengikuti apa yang gadis itu katakan. Liu Heng pun pada akhirnya mengangguk. Anggukan palsu.

"Bagus." Dia tersenyum. "Perkenalkan namaku adalah Bai Linjue."

Linjue menjulurkan tangannya. Liu Heng tanpa ragu menyambut tangan itu.

"Aku adalah Liu Heng," ucap Liu Heng memperkenalkan diri.

"Aku tahu itu. Kau sangat terkenal di antara para murid. Pertama karena kau tampan, kedua karena kau tidak bisa berkultivasi dan ketiga adalah karena kau sering dibully," ungkap Bai Linjue.

"Aku cukup bangga dengan hal itu," ucap Liu Heng sambil melirik ke arah lain.