Chapter 3 - Sembunyi Dari Alan

Sisi akhirnya menuruti permintaan Owen untuk meningap di rumahnya, ternyata rumah yang dipilih Owen adalah rumah mewah berlantai dua yang sangat luas dan berjarak tak jauh dari rumah sakit tempat Owen di rawat.

"Pelayan!" teriak pengawal Owen saat mereka baru saja masuk ke dalam rumah itu.

"Iya, selamat malam! Mari saya bantu" sambut pelayan yang langsung membantu Sisi melepaskan mantel bulunya.

"Dia adalah tamu istimewa, jadi layani dia dengan baik!"

Mendengar perkataan pengawal itu, Sisi tersenyum lebar. Wanita muda itu tak menyangka akhirnya bisa kabur dari Alan dengan mudah bahkan mendapatkan pelayanan yang sangat istrimewa ini.

"Masuklah, Nona!" tutur pelayan itu lalu mengantarkan Sisi menuju sebuah kamar tidur mewah, Sisi mulai melangkah masuk sambil terus memperhatikan semua sisi dari kamar ini dan menemukan bathtube di dalamnya.

"Wah, apakah aku boleh mandi di dalam bathtube ini?" tunjuk Sisi dengan polosnya.

"Tentu saja, Nona. Kau boleh gunakan apapun di kamar ini!"

Sisi tersenyum senang, dia lalu meminta pelayan itu pergi karena ingin menikmati kamar tidur yang disiapkan Owen untuknya.

Setelah mandi, Sisi bergegas tidur di kasur empuk berukuran besar yang langit-langitnya berwarna biru, sama seperti namanya.

"Apa mungkin aku akan selamanya di rumah ini?" tanya Sisi dalam hati, meski tadi dia sangat cemas namun semua yang ada di kamar ini seolah segera menghapus semua itu dan menggantikannya dengan senyuman meski hanya sesaat.

**

Keesokan harinya.

"Tuan, lihat ini!" tutur pengawal pribadi Owen sambil menyodorkan sebuah surat kabar yang memuat wajah Sisi di sampul depannya dengan tulisan jika keluarga Purple senang mencarinya.

"Iya, aku tau!" jawab Owen sambil memegani dadanya yang masih belum sembuh benar.

"Apa Tuan yakin kita tak akan mendapat masalah dengan menyembunyikan wanita muda itu!"

"Sudahlah, aku sudah berjanji untuk melindunginya!" Owen melemahkan suaranya lalu memejamkan matanya, tak terbayang baginya apa tanggapan keluarganya jika sampai tau jika pria tampan ini mulai memancing keributan antara dua kelurga mafia ini.

"Apa saya perlu menghabisi saja gadis itu?"

"Jangan!" berang Owen sambil menarik kerah baju pengawalnya.

"Tapi Tuan...."

"Kau mau membantahku?"

Pengawal itu menundukkan pandangannya, "Tidak, Tuan!"

"Sudah! Jangan berdebat lagi, aku harus segera sembuh untuk melindungi wanita muda itu!"

Owen lalu melepas cengkramannya dan membiarkan pengawalnya pergi meninggalkannya.

"Owen, apa yang terjadi padamu!" Baru saja pengawalnya keluar tiba-tiba terdengar teriak Diona, pengasuh tuan muda Keluarga Grey ini.

"Tidak, aku tak apa-apa!" ujar Owen yang tiba-tiba jadi sangat manja.

"Kenapa kau tak bilang kepadaku jika kau terluka, Nak!"

"Mmm, aku hanya kalah taruhan saja. Tapi karena mabuk mereka malah menyayatku!"

Pengasuh Owen langsung mengelus lembut kepala pria 25 tahun itu, "Mangkanya jangan mabuk-mabukan dengan mereka. Mereka itu kejam!"

Owen menangguk pelan lalu tersenyum, dia memang sering sekali buat masalah namun pengasuhnya ini selalu saja menganggap setiap kenakalannya sebuah hal yang biasa.

"Owen!" Sisi tiba-tiba masuk ke dalam kamar Owen degan wajah sangat ketakutan.

"Kenapa kau disini?" tanya Owen lalu berusaha duduk di samping tempat tidurnya.

"Kau harus sembunyikan aku. Seseorang tadi datang ke rumahmu dan mengobrak-abrik tempat itu!"

"Apa! Jangan bilang kalau Alan tau keberadaanmu?"

Sisi melangkah menuju kolong tempat tidur Owen berharap dapat bersembunyi di sana, "Iya, mereka tau aku di sana. Jadi aku harus bagaimana?"

"Begini saja, kau pergilah jangan di sini!"

"Pergi kemana?" tanya Sisi yang sangat ketakutan.

Owen lalu memutar bola matanya dan menatap pengasuhnya penuh harap, "Bantulah dia kabur, jangan biarkan seseorang menyakitinya!"

"Kau mau aku membawanya kemana?" tanya Diona sambil mengangkat bahunya.

"Bawa dia jauh, tapi jangan sampai dia lepas darimu. Aku mohon!"

Pandangan Owen yang begitu mengiba membuat pengasuhnya akhirnya luluh dan mengangguk pelan, "Ikuti aku!"

Sisi yang tadinya ketakutan kini bisa tersenyum, dengan yakin dia lalu mengikuti langakah Diona yang berjalan bergegas sebelum seseorang melihat keberadaan Sisi di ruanga perawatan Owen.

"Kau, ikuti dia. Pastikan mereka aman sampai tempat yang dipilihkan pengasuhku!" perintah Owen pada pengawalnya.

"Baik, Tuan!" jawabnya singkat lalu berjalan beberapa langkah di belakang Diona.

Saat Sisi melangkah meninggalkan kamar Owen, tiba-tiba ujung matanya melihat seorang yang tak asing baginya. Pria tinggi besar yang berwajah gahar yang tak lain adalah Alah Purple.

"Oh, tidak!" Sisi menunduk menghindari Alan yang terlihat begitu marah.

"Kenapa?" tanya Diora yang mengikuti langakah Sisi yang semakin cepat.

"Itu, Alan. Dia tau aku di sini! Kita harus cepat!" bisik Sisi lalu terus berjalan menunduk menjauh dari kamar Owen.

"Itu, Sisi!" ujar Alan yang tak yakin dengan sosok wanita yang berjalan cepat menghindari sorot matanya, namun karena tak terlalu yakin pria tinggi besar itu hanya mengerenyitkan dahinya sambil terus berusaha melihat Sisi dengan lebih jelas.

"Kalau begitu ikuti aku, aku tau jalan belakang rumah sakit ini!" Diora lalu menarik tangan Sisi melewati sebuah pintu darurat yang mengarah ke tempat parkir tempat mobilnya berada.

"Apa kau yakin Alan tak akan menyakiti Owen?" tanya Sisi yang hampir tiba di mobil Diona.

"Tidak! Percayalah, Alan adalah teman dari Owen yang sebenarnya tak sekejam yang kau tau!" tegas Diora lalu membukakan pintu mobil untuk Sisi.

"Antar aku pergi ke apartemen Owen!" perintah Diora sesaat setelah pengawal yang diminta Owen mengikutinya masuk ke dalam mobil.

Mobil yang ditumpangi Sisi kemudian mengarah ke utara London. Setelah perjalanan lebih dari setengah jam, mereka akhirnya tiba di sebuah gedung apartemen mewah milik Owen yang biasa di gunakan kelurga Grey untuk membunuh waktu.

"Wah, tempat ini tak kalah mewah dengan rumah Owen!" puji Sisi saat

"Iya, tak sembarangan orang bisa masuk ke dalam apartemen ini. Jadi aku harap kau mau merahasiakan tempat ini!"

"Ibu, kenapa Owen mau menyembunyikanku. Bukankah kau bilang Alan itu teman Owen?" tanya Sisi begitu polos.

"Aku tak tau? Entah apa yang ada di dirimu hingga bayiku itu mau mati-matian menyembunyikanmu seperti ini!"

Perkataan Diora itu membuat Sisi terdiam, dia tak menyangka kehadiarannya di kehidupan Owen benar-benar membuat pria tampan itu ada dalam masalah besar.

"Aku harap Papa Owen tak tau kau ada di sini! kalau sampai keberadaanmu bocor entah seperti apa perselisihan keluarga Purple dan Grey kali ini!"

Sisi menelan ludahnya, "Memangnya kelurga mereka kenapa?"

"Dulu sebenarnya Owen dan Alan berteman baik, namun karena sebuah masalah bisnis, keluarga ini jadi bermusuhan."

"Oh, jadi aku benar-benar bisa jadi masalah dalam hidup Owen?"

"Iya, seperti itu. Mangkanya jangan sekali-kali bikin masalah atau kau berurusan denganku!"

Baru saja Diona menyelesaikan perkataannya tiba-tiba orang yang sangat dia takutkan benar-benar hadir di hadapannya.

Brakkk...

Tony Grey, papa Owen nampak membuka pintu dengan paksa dan dari wajahnya nampak sangat jelas jika dia tak senang melihat keberadaan Sisi di dalam ruangan itu.

"Tuan!" sapa Diona lalu berdiri dari duduknya, "Maafkan saya masuk ke apartemen ini tanpa ijin darimu!"

"Siapa dia?" tanya Sisi yang berharap tau sosok pria di hadapannya.

Diora lalu menghampiri pria paruh baya berbaju jas hitam dan bersleyer abu-abu itu.

"Nona, masuklah ke kamar itu, nanti kita bicara lagi!" perintah Diora pada Sisi yang masih bingung dengan keberadaan Tony.

"Masuk!" tegas Diora dengan tetapan penuh kekesalan melihat Sisi yang tak juga beranjak.

Sisi lalu mengikuti perintah Diora dan masuk ke dalam kamar dengan berjuta pertanyaan di kepalanya.

Dreekk...

Sisi menutup pintu kamar dengan perlahan, dari lubang kunci matanya dengan tajam memperhatikan apa yang akan terjadi pada Diora dan pria paruh baya itu.

"Kenapa kau membiarkan Owen memasukkan wanita itu ke apartemenku!" Terdengar terikan dari balik pintu.

"Maafkan saya, Tuan. Tapi saya jamin, Alan tak akan tau jika wanita itu ada di sini!"

"Kau taukan aku tak mau berurusan lagi dengan kelurga mafia itu?"

"Iya, saya tau, Tuan!"

"Ketus sekali pria itu, lebih baik aku pergi saja!" tegas SIsi lalu keluar dari kamar apartemen.

"Nona, kau mau kemana?"

"Ah, sudahlah. Kalau memang kalian tak mau membantuku aku pergi saja!"

Sisi yang kesal kemudian membuka pintu apartemen dan segera melangkah keluar, baru saja langkahnya mengajun tiba-tiba...

"Sial, itu Alan!" desis Sisi lalu membolakan matanya kearah Alan yang baru keluar dari lift yang ada di depannya.