Saat pandangan mata Sisi mulai mendapatkan penglihatan yang lebih jelas, dari bagian dada pria ini nampak cairan merah kental yang segera membuat wanita muda itu tersadar, "Eh, kau berdarah!"
"Jangan, biarkan saja. Aku sudah bosan hidup!" desis pria itu dengan sisa tenaganya.
"Jangan, Tuan. Jangan mati dulu. Aku bisa kena masalah jika kau mati sekarang!" tegas Sisi lalu berusaha bangkit untuk mencari bantuan.
Untungnya tak lama kemudian sebuah ambulan melintas di sana, dengan cepat wanita cantik itu menghentikan mobil itu dan diapun bisa membawa tubuh pria tinggi besar itu menuju rumah sakit terdekat.
**
Rumah Sakit.
"Nona, apakah pria yang bersamamu adalah saudaramu?" tanya perawat saat Sisi tiba di rumah sakit.
"Bukan! Aku kebetulan lewat saat dia dilempar dari sebuah mobil!" tegas Sisi yang berusaha menceritakan semua kejadian dengan sebenar-benarnya.
"Baiklah, kami akan berusaha mencari tau siapa pria yang bersamamu, selama proses itu kau bisa menunggu di kantin. Sepertinya kau belum makan!"
Perkataan perawat itu membuat mata Sisi kembali bersinar, memang sejak siang dia belum makan dan berharap bisa menikmati makanan gratis rumah sakit untuk sekedar mengisi perutnya.
"Baiklah, aku pergi ke kantin. Kabari aku jika kalian telah menemukan keluarga dari pria asing itu!" tutur Sisi lalu melangkah dengan cepat menuju kantin.
**
Satu Jam Kemudian.
"Nona, kau kah yang menolong tuan kami?" tanya seorang pria bertubuh tinggi besar berbaju serba hitam yang menghampiri Sisi yang baru saja menghabiskan semangkuk sup hangat di kantin.
"Oh, maksudmu pria yang dadanya berdarah itu?"
"Benar, dia adalah Owen Grey. Dia Tuan kami!" tutur pria itu sambil tersenyum ramah.
Sisi lalu bangkit dari tempat duduknya dan mengulurkan tangannya, "Aku Sisi Blue, salam kenal!"
Pria yang berdiri di depan Sisi itu langsung menjabat tangan wanita berambut coklat itu, "Terima kasih kau telah menyelamatkan nyawa tuan kami!"
"Ah, tak usah sungkan. Memangnya siapa tuanmu itu?" tanya Sisi polos sambil tersenyum.
"Hahahahaha, kau tak usah tau siapa dia. Yang pasti kau wanita yang sangat beruntung!"
Sisi tersenyum bingung, dia lalu mengikuti langkah pria itu menuju kamar perawatan Owen Grey yang berada di ujung lorong kamar VIP.
"Dia dirawat di sini?" tanya Sisi saat memasukki kamar Owen yang nampak mewah dengan sebuah sofa menghadap ke jendela membuat ruangan ini nampak sangat luas.
"Iya, dia sedang tidur tapi kau boleh menunggunya di dalam!"
Sisi menuruti permintaan pria itu dan duduk dekat tempat tidur.
"Kau yang menolongku tadi?" tanya Owen yang tiba-tiba membuka matanya. "Tapi kau terlihat tua. Kau lebih pantas jadi tanteku!" ucap Owen dalam hati.
"Oh, kau sudah bangun?" tanya Sisi lalu menundukkan pandangannya.
"Terima kasih kau sudah menolongku!" Owen memberikan kode kepada pria yang ada di depannya untuk mengatur tempat tidurnya di posisi duduk.
"Aku ingin berbincang denganmu empat mata!" tutur Owen lalu memberi kode lagi agar pengawalnya itu meninggalkannya berdua dengan Sisi.
"Baik, Tuan!" Pengawal berbaju hitam itu lalu melangkah meninggalakan kamar Owen dan membiarkan tuannya berbincang serius dengan Sisi.
"Kalau aku lihat kau pasti bukan dari keluarga sembarangan?" Owen berujar sambil terus memperhatikan penapilan Sisi yang mengenakan mantel bulu hitam yang harganya bisa sampai ratusan bahkan jutaan, "Lalu mengapa kau ada di lorong sempit itu?"
"Aku...." Sisi terdiam, rasanya dia ingin sekali jujur tapi lidahnya kehilangan kata untuk menceritakan apa yang terjadi kepadanya.
"Katakan saja, aku pasti akan menolongmu!" Owen menunjuk kearah luka di dadanya yang telah di tutup perban putih, "Ini adalah alasanku melakukan ini, kalau tak kau tolong aku pasti sudah mati!"
"Tapi aku tak bisa mengatakannya! Aku bisa membuatmu dalam masalah!"
"Hahahahahaha, masalah apa yang tak bisa aku selesaikan, Nona!" ledek Owen dengan sombong sambil tersenyum.
"Aku sebenarnya sedang lari dari Keluarga Purple!"
Mendengar nama yang disebutkan Sisi, mata Owen langsung menajam. Dia mulai menatap Sisi yang duduk di sampingnya dari ujung kaki hingga ujung rambutnya.
Pandangan Owen itu langsung membuat Sisi sadar pria yang ada di depannya ini tak mungkin bisa membebaskannya dari kelurga mafia jahat itu, "Maaf, jika kau tak bisa menolongku...."
Tentu Owen yang memiliki gengsi sangat besar tak mau lekas-lekas menyerah, dia lalu meninggikan lagi dagunya dan mulai meyakinkan Sisi jika dia akan menolongnya meski itu sesuatu yang sulit, "Tidak! Aku sudah berjanji maka aku harus menepatinya!" tegas Owen lalu memperbaiki posisi duduknya.
"Sungguhkan?"
"Aku akan menolongmu, percayalah. Tapi ceritakan dulu kepadaku siapa kau sebenarnya?"
"Begini, Tuan,"
"Eh, jangan panggil aku, Tuan. Panggil aku Owen saja!"
"Baiklah, Owen. Jadi aku sebenarnya adalah wanita yang kawin gantung dengan Alan Purple dan saat ini aku sedang berusaha lari dari pernikahan yang tak kuinginkan itu."
Mata Owen mulai terlihat binggun, sebenarnya keluarganya dan keluarga Purple adalah keluarga mafia terkenal di kota ini dan dia tau betul jika keluarga itu adalah keluarga yang sangat kejam dan tak pernah bisa di tembus siapapun.
Karena itu Owen tak pernah mau berurusan dengan Alan yang sebenarnya sahabatnya sejak mereka berdua masih kecil.
"Sepertinya kau mengenal keluarga itu, Owen?"
Owen terdiam sesaat lalu menghela nafas berat. "Aku sudah berjanji padamu, jadi aku harus memenuhi semua permintaanmu, Nona!"
Perkataan Owen ini membuat Sisi tersenyum, "Apa kau yakin!"
"Ya, aku akan membantumu. Ini demi membayar utang budiku!" tegas Owen lalu berusaha meraih ponsel yang dia letakkan di atas meja samping tempat tidurnya.
"Biar aku bantu!" ujar Sisi lalu mengambilkan ponsel itu untuk Owen.
Tatapan mata Sisi yang lembut dan senyumannya yang begitu manis ternyata membuat Owen mulai jatuh hati kepadanya, rasanya sudah lama sekali hatinya tak berdegup kencang karena wanita secantik Sisi.
"Pengawal, masuk!" tegas Owen dalam sambungan telepon itu.
Tok... tok... tok...
Seorang pria tinggi besar masuk ke dalam ruang perawatan Owen, dia nampak begitu kaku berdiri di depan tuannya.
"Bawa dia ke rumahku!"
"Rumah yang mana, Tuan?"
Owen terdiam sesaat, "Rumah yang di dekat sini!" ujar Owen sambil tersenyum seperti meledek.
"Mari, Nona!" ujar pengawal Owen lalu menjulurkan tangannya, "Ikuti saya!"
"Eh, kau mau bawa aku kemana?" tanya Sisi dengan wajah ketakutan.
"Yakinlah kepadaku, kau aman bersamanya." Owen berusaha meyakinkan Sisi yang kemudian bersedia mengikuti langkah dari pengawal itu, baru saja melangkah tiba-tiba hati Sisi kembali tak yakin.
"Tidak, aku baru mengenalmu. Mana mungkin aku percaya kepadamu secepat itu!" Sisi lalu membalikkan badannya berusaha untuk pergi.
Owen yang segera tau wanita ini sangat penakut kemudian mulai mencari kata agar dia mau menurut, "Nona, kau tak mau Alan yang kejam itu menangkapmu di malam yang sepi ini, kan?"
"Iya, kau benar. Jadi aku harus bagaimana?" Sisi membalikkan badannya lalu kembali duduk di samping Owen.
"Sudah, kau ikuti saja pengawalku. Aku janji kau aman bersamanya, lagi pula di luar masih hujan dan aku tak mau kau pergi sendirian!"
Sisi mengangguk cepat, "Baiklah, aku harus pergi. Sembunyikan aku dari orang jahat itu!"
Owen dan pengawalnya tertawa geli melihat tingkah sisi, "Kalian pergilah, setelah aku sembuh kita bicarakan lagi rencana pelarianmu dari Alan, Nona!"