Tanpa sengaja Feni membanting pintu dengan keras. Dirinya khawatir dan seketika membuka kembali pintu tersebut. Ternyata benar dugaannya, Egy sudah berdiri dari kursinya dengan wajah tegang karena terkejut mendengar suara pintu.
"Euh, maaf Mas Egy saya tidak sengaja. Baru didorong sedikit, pintunya langsung ketutup kencang gitu."
"Ngaco. Kalau kamu marah sama saya, kamu yang akan rugi."
"Sekali lagi maaf Mas Egy, saya tidak sengaja. Itu tadi.."
"Ahh sudah sana pergi kerja!" Egy mengayunkan telapak tangannya mengusir Feni.
Ceklek
Kali ini Feni menutup pintu dengan sangat hati-hati. Sambil mengepalkan kedua tangannya seraya gemas menahan emosi, Feni pergi meninggalkan ruangan supervisornya tersebut.
Egy mempunyai ruangan sendiri yang berbeda dengan ruangan karyawan lainnya. Namun, hanya sekitar lima belas meter saja dari meja kerja anak buahnya, termasuk Feni dan Ola yang duduk bersebelahan.
"Fen, kok lama banget sih. Kenapa tuh muka ditekuk begitu? Sampai merah woi," ledek Ola sambil terkekeh.
"Agh kamu pasti tahu alasan kenapa wajahku seperti ini. Mana gelasku? Aku mau minum air es dulu."
Feni berlalu menuju pantry. Sementara Ola hanya menggelengkan kepalanya, masih dengan keadaan terkekeh. Melihat raut wajah Feni, Ola sudah dapat menebak bahwa temannya itu pasti baru saja mendapat pengalaman menjengkelkan yang sangat berharga.
Di dalam pantry, Feni mengisi gelas kesayangannya dengan air es. Sepertinya hati dan jiwanya yang panas sedari tadi, perlu juga diguyur dengan air dingin untuk menormalkan kembali.
Glek glek glek
Sejenak dia menghela napas sambil mengingat kebodohannya di ruang penyimpanan berkas tadi. Bisa-bisanya di hari pertama dia bekerja, dirinya harus dikerjain oleh atasannya itu. Feni bertolak pinggang sambil meracau dalam hati.
'Wajah boleh ganteng, penampilan oke. Tapi sifat kok buruk rupa. Ngeselin banget sih tuh orang, asliii. Aku yakin, pasti tidak akan ada cewek yang mau dan bertahan sama cowok kaya gitu,' gumam Feni sambil menegak minumnya kembali.
"Ehem ehem.. Mba Feni, lagi sibuk apa di pantry? Sudah tidak ada kerjaan?"
Terdengar suara dari arah belakang mengagetkan Feni seketika. Sontak dia membalikkan tubuhnya dengan kedua netra yang membesar.
"Uhuk uhuuk.. Ma-maaf Pak Deka. Saya hanya minum sebentar. Tadi habis mencari file di ruang penyimpanan," jawab Feni seadanya dengan terbata.
Tentu saja Feni terkejut bukan kepalang melihat seorang manajer di belakangnya. Parahnya lagi, Feni kedapatan sedang berada di pantry. Bukannya di meja kerja.
"Permisi Pak Deka," Feni menundukkan kepala dan segera beranjak menuju meja kerjanya kembali.
Secepat kilat Feni berjalan sambil mengigit bibir bawahnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah pak Deka. Dia yakin, pasti manajernya itu akan meminta penjelasan pada supervisornya, Egy. Alhasil, Feni harus bersiap mental kembali manakala Egy mengusik ketenangannya.
Bruk
Feni terduduk dan mulai membuka file kerjaannya. Dia melihat beberapa helai kertas di depan matanya. Feni mencoba membaca dan mencerna apa yang harus dilakukannya.
"Sstt Ola. Sorry nih, otakku dari tadi kacau. Ini kertas-kertas harus diapain?" tanya Feni bingung.
Ola menoleh dan tersenyum, "release data laporan rekanan perusahaan Fen. Tadi kita disuruh kerjakan itu, lalu kirim file ke bagian produksi."
Ola menirukan perintah yang disampaikan oleh karyawan senior lain saat Feni tidak ada di tempat.
"Aku baru nyambung nih. Dari tadi kena prank terus, kacau. Oke, jadi ini langsung masuk sistem ya?"
"Iya langsung. Sebelah kanan kan ada kolom, nah diisi di kolom itu sesuai nomor kodenya. Nanti keluar data, kamu release dan jadikan folder. Aku nomer genap, kamu yang ganjil ya. Jangan sampai salah dan double data," terang Ola sangat detail.
"Oh oke beres."
Feni melirik jam dinding yang terpasang disudut ruangan. Dua jam lagi jam kerja akan berakhir. Feni bisa tenang karena waktunya akan dihabiskan sambil duduk tenang mengerjakan tugasnya tadi.
Sesuai dengan arahan Ola, kedua mata Feni terus menatap kertas print dan komputer dengan fokus. Sudah cukup terkuras tenaganya untuk hari ini. Jangan sampai dirinya melakukan salah input, karena pasti urusan akan panjang.
'Haa ini mudah. Oke tinggal beberapa nomor lagi selesai,' gumam Feni sambil tersenyum.
Detik, menit dan jam pun berlalu. Tersisa lima belas menit lagi jam kantor akan berakhir. Beberapa karyawan di sudut lain juga sudah ada yang mulai merapikan barang-barangnya di atas meja. Tentu saja Feni dan Ola juga semangat untuk segera menyelesaikan pekerjaannya hari ini.
Sebagai anak baru, sebenarnya mereka sadar tidak enak juga jika pulang duluan disaat karyawan lain masih ada yang bekerja walaupun jam kantor telah usai. Tapi, berhubung satu ruangan sudah banyak yang bersiap diri untuk segera pulang dan memang sudah tidak ada pekerjaan lainnya lagi, alhasil Feni dan Ola pun ikut bergegas pulang.
"Aku sudah selesai Fen. Kamu juga kalau sudah, langsung kirim ke email emerald.reiliansyah08 yah. Dia bagian produksi. Cuss kita pulang habis ini," Ola berkata.
"Sip sipp. Aku juga sudah nih nama perusahaan terakhir."
"Kamu release data yang nomor ganjil kan?" sekali lagi Ola bertanya.
"Iya Olaaa, tenang saja. Aku ingat kok kata-katamu. Ehh tadi apa? kirim ke.."
"Emerald.reiliansyah08.. Asiik lima menit lagi pulang Fen. Kenapa ya hari pertama kerja itu berasa capek banget?"
"Mungkin karena jadwal padat dari pagi La. Apalagi aku dari tadi ngadepin supervisor dingin itu. Hiiii gak lagi-lagi deh. Oke done kirim. Yuuk ah beres-beres," jawab Feni bersemangat.
Setelah semua tugas yang mereka kerjakan selesai di email, tanpa menunggu lama lagi Feni dan Ola merapikan semua file dan peralatan lain di mejanya.
Baru saja mereka ingin melakukan absen pulang online dikomputernya, tiba-tiba telepon di meja Feni berdering. Tentu saja Feni terkejut. Jam kerja sudah berakhir, telepon dari mana lagi yang harus dia terima.
Telililittt
"Hallo selamat sore dengan Feni. Ada yang bisa dibantu?"
"Feni.. Feni. Kenapa selalu kamu lagi dan lagi."
Sejurus kemudian kedua netra Feni membesar. Sambil menelan ludah, dia tampaknya mengenali suara yang berada diseberang teleponnya.
'Ya iyalah ini kan mejaku, sudah pasti aku yang angkat. Ngapain lagi sih nih orang?' gumam Feni.
"Umm iya, kan Mas Egy yang telepon ke meja saya. Maaf ada yang bisa dibantu?"
"Kamu ini tidak mengecek ulang pekerjaanmu ya? untuk apa kamu mengirimkan saya email laporan data release, bukannya itu untuk bagian produksi. Apa tidak ada yang memberitahumu disitu?" celoteh Egy.
Sontak Feni terdiam mematung. Otaknya seketika keram. Bukannya dia sudah benar mengirimkan email itu sesuai dengan arahan Ola. Kenapa bisa sampai ke alamat email supervisornya.
Feni langsung mengecek kembali email terkirim yang baru saja dia lakukan. Seketika dadanya terasa sesak.
"Kenapa lagi Fen?" tanya Ola khawatir.
"Tadi kamu bilang kirim email kemana La?"
"Emerald.reiliansyah08.. Tertera kan di komputermu. Di tempatku ada kok nama itu," Ola menegaskan.
Feni terdiam ketika melihat alamat terkirim bertuliskan emerald.reimbaka08. Tanpa bisa berkata-kata, Feni hanya menelan ludahnya kasar.
"Hallo Feni, kamu masih disitu kan. Ke ruangan saya, sekarang!"
Tut
**